Gejolak Cinta Tuan Erick
"Berapa uang yang harus saya keluarkan untuk membeli satu malam mu?"
Erick Davidson, pria berusia 29 tahun yang telah memiliki segalanya dalam hidup, kekayaan, wajah rupawan, kehormatan, dan nama besar, justru kini terlihat seperti tak punya harga diri setelah mengutarakan pernyataan nyeleneh pada gadis mungil di depan nya kini, Elena cempaka, personal assistan nya yang naif.
Gadis itu tercenung beberapa saat berusaha mencerna ucapan bos nya, Elena hanya seorang gadis biasa, ia yatim piatu sejak kecil. Tak ada yang spesial dari dirinya, Tidak mungkin kan bosnya itu tertarik padanya?
Tiga tahun menjadi sekretaris yang juga merangkap sebagai personal assistan tuan Erick Davidson, pemilik perusahaan real estate terbesar di negaranya, baru kali ini pria itu mengutarakan keinginan yang benar-benar tak bisa di prediksi oleh Elena, sebagai orang yang selalu mengerti kebutuhan tuannya, kali ini Elena di buat syok oleh permintaan aneh putra pertama Rey Davidson tersebut.
"Apa maksud bapak?" akhirnya hanya kata itu yang berhasil Elena utarakan setelah beberapa saat di landa hening, bahkan spaghetti bruscheta yang semula terlihat menggiurkan kini mendadak anyep dalam pandangan, tersaji mengenaskan di atas meja, sebab tak jadi di sentuh oleh pemiliknya.
"Saya kira cukup tak ada pengulangan dalam pertanyaan saya tadi, tiga tahun bekerja seharusnya kamu sudah mengerti apa yang saya katakan," kata Erick dengan tenangnya, laki- laki bermata hazel yang menawan itu mengambil cangkir coffe nya, menyeruput setengah pahitnya cairan espresso itu.
"Bapak baru saja merendahkan saya?" manik indah Elena mengerjap tak percaya, gadis 23 tahun itu menarik nafas paling dalam lalu menguraikan nya dengan kasar.
"Saya coba menerka, bapak terlalu memusingkan proyek kali ini, saya tahu proyek besar ini sangat penting untuk kemajuan perusahaan kita, tapi alangkah baiknya bapak untuk tetap tenang dan rileks." Elena mencoba tak menanggapi dengan serius ucapan atasan nya tersebut untuk menenangkan suasana, dia pikir jika bosnya yang selalu terlihat cool ini sedang mencoba untuk membuat humor yang terkesan garing.
"Saya sedang tidak bercanda, Elena cempaka!" penekanan kata Erick membuat orang-orang yang semula sibuk di cafe kini menoleh spontan ke arah mereka.
Elena tercengang, lalu buru-buru ia menguasai diri lantas membenarkan berkas-berkas yang berserakan di atas meja merapikannya lagi dalam map. "30 menit lagi meeting pak, sebaiknya kita segera kembali ke kantor."
Niat awal ingin merefreeskan otak dengan mengajak atasannya ikut serta sambil membicarakan pekerjaan seperti nya adalah keputusan yang paling salah yang pernah ia buat, seharusnya Elena tak lancang dengan memaksa Erick ikut bersamanya, sementara pria itu adalah seorang CEO yang memiliki jadwal sibuk.
Erick akhirnya hanya bisa membuang nafas kasar, dalam pikirannya ia salah dengan mengutarakan niatnya secara tiba-tiba tanpa adanya improvisasi, pasti Elena sangat terkejut saat ini hingga tak bisa mencerna situasi.
"Kita bicarakan ini lain kali." masih sempat-sempatnya Erick mengatakan itu setelah membuat gadis belia tersebut di landa kebingungan yang luar biasa akibat dirinya.
Ponsel yang berada di genggaman Elena bergetar, Erick menyadari itu menatap sang gadis dengan gurat tanya.
"Vicky, pacar saya menelpon," ujar Elena membuat raut wajah Erick berubah seketika. Meredup.
"Bapak bisa pergi dahulu, nanti saya menyusul dengan taksi," tukas Elena lalu. Keduanya nampak canggung. "Saya permisi ngangkat telepon dulu." lalu gadis itu memutar tubuh dan berjalan dengan cepat, meninggalkan Erick yang hanya bisa melihat punggungnya yang semakin lama semakin jauh.
Erick menghela nafas panjang lalu mulai merutuki diri nya sendiri. "Bodoh, seharusnya kau tidak mengatakan langsung pada intinya." monolog nya menyalahkan kecerobohan.
Duduk kembali ke tempat semula, Erick meraba saku jasnya mengambil sesuatu di sana, sebuah jepit rambut berwarna perak keemasan dengan corak bunga mawar di tengah nya.
"Lima tahun mencari keberadaanmu, tidak mungkin saya lepaskan begitu saja," ucapnya sambil memandang jepit rambut itu.
***
Di tempat lain, langkah Elena berhenti di sekitar pelataran tokoh, di bawah pohon yang rindang nya cukup melindungi nya dari sinar matahari, ia berusaha mengatur nafasnya yang mulai tidak normal.
"Apakah si tirani itu gila? apa katanya, mau membeli satu malam ku? apa dia menganggap ku adalah wanita rendahan?!" di hadapan pohon tua itu Erika mengungkapkan rasa kesalnya, mengoceh lalu menetralkan nafas kembali, dan mulai mengangkat telepon dari sang kekasih hati yang awalnya ia abaikan.
"Halo," suara lembut Elena menyapa.
"Halo sayang, kau di mana?"
Ah,suara yang Elena rindukan. Vicky memang selalu bisa untuk memenangkan nya.
"Aku masih di kantor, habis makan siang, ada apa?"
"Aku jemput ya, hari ini aku ingin jalan-jalan sama kamu," suara Vicky menyahut di sebrang sana.
"Bisa, tapi tidak sekarang, aku ada rapat penting yang harus di hadiri."
Lalu berderai lah suara tawa di sana, ringan dan renyah, yang berhasil membuat kekesalan Elena reda, setidaknya untuk beberapa saat.
"Tentu saja aku akan menjemputmu setelah semua pekerjaan mu selesai," kata Vicky, tanpa sadar Elenq tersenyum, sudah terbayang akan menghabiskan malam ini dengan romantis bersama pujaan hati setelah selama seminggu ini mereka tanpa sadar menciptakan jarak karena kesibukan masing-masing.
"Baiklah, aku akan menunggu mu," ucap Elena dengan riangnya, seperti oase di tengah gurun, kabar dari Vicky sukses membuatnya kembali ceria.
"Oke sip.Tapi sebelum itu bisakah kau transfer uang, tidak banyak lima juta saja, untuk menebus mobil ku yang sekarang ada di kantor polisi."
Penjelasan Vicky sukses membuat Elena terhenyak. "What? kenapa mobil mu ada di kantor polisi sayang? apa sesuatu telah terjadi?"
"It's okay babe, gak usah panik gitu." masih bisa- bisanya Vicky tertawa, sementara Elena jelas panik sebab mobil yang sekarang di pakai Vicky surat-surat nya atas namanya, dan ya tentu saja, bisa di bilang mobil itu adalah mobil nya juga, sebab Elenq memberikan nya untuk Vicky sebagai kado ulang tahun, permintaan laki-laki itu.
"Everything's gonna be okay, babe. Teman ku sudah membereskan nya, sekarang tinggal menebusnya saja sebab aku melakukan pelanggaran karena parkir sembarangan itu juga alasannya mobil ku di geret polisi, kamu bisa kan ngirim uang secepatnya ke rekening ku? kalau gak kita gak bisa jalan, haha."
Elena berdecak, masih sempat-sempatnya kekasihnya itu membuat lelucon di tengah kepanikannya.
"Baiklah, aku akan mengirimkan uangnya segera, semoga semuanya cepat selesai dan mobil mu bisa kembali." selama ini Elena selalu percaya pada Vicky, itu sebabnya ia tak pernah ragu dengan apapun yang di ucapkan Vicky.
"Baiklah, secepatnya ya. Aku mencintai mu, dah!"
Tut! sambungan di putuskan begitu saja, Elena merasa hampa, padahal ia ingin mendengar suara kekasihnya lebih lama lagi, tapi ia mengerti musibah tak terduga telah terjadi saat ini, dan yang bisa Elena lakukan adalah membantu dengan mengirimkan sejumlah uang yang di pinta Vicky.
"Semoga semuanya baik-baik saja." gumam Elena.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 159 Episodes
Comments
Devi Handayani
waahhh cowo matre cowo matre ga ada otak nyeee..... ke laut sje sono😒😒😒😒
2023-03-31
0
ahyuun.e
ini manusia macam apa sih, kok bisanya cew karir di bodohin mokondo mau" aja
2023-01-25
0
Authophille09
Holla kak, Scala dari "Cinta karena Perjodohan" mampir nih. udah bawain paket lengkap nya juga. kuy kenalan sama Scala.
2022-11-21
1