Dimanfatkan oleh sepasang suami istri, Aira tidak bisa menolak. Ia terdesak oleh keadaan, menukar masa depannya. Apakah pilihan Aira sudah tepat? Atau justru ia akan terjebak dalam sebuah hubungan rumit dengan pria yang sudah beristri?
Selamat datang di karya author Sept ke 23
Yuk, follow IG author biar tahu novel terbaru dan info menarik lainnya.
IG : Sept_September2020
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Durasi
Wanita Pengganti Bagian 32
Oleh Sept
Skip aja deh.
Di luar sana masih hujan deras, suara petir pun masih beberapa kali terdengar. Seakan menjadi pengiring kegiatan Farel dan Aira malam ini. Tidak peduli, berapa kali kilat menyambar, yang pasti Farel mau Aira malam ini membuatnya lepas dari rasa yang sudah tidak tertahan.
Aira merasa sudah dikerjai, ia malu campur takut. Begitu Farel minta dia naik, seperti anak kecil, dia pun menurut. Meskipun hatinya juga diselipi keraguan. Daripada merasa puas seperti Farel, Aira malah merasa dirinya benar-benar dijual murah, diobral, seakan tidak sada harga dirinya lagi.
"Lebih cepat," pinta Farel dengan suara serak. Kedua tangan pria tersebut juga masih memegangi pinggang Aira. Ia juga ikut mengontrol gerakan Aira. Biar tidak terlalu cepat, bisa-bisa ia cepat juga keluar. Atau melambat, nanti malah loyo di dalam. Ini kan sangatlah memalukan.
Dengan pasrah, Aira pun melakukan titah sang suami yang bagai perintah sang raja. Dia ikuti komando Farel, disuruh pelan ya pelan, disuruh cepat, dia pun mempercepat gerakan. Walaupun kakinya sedikit ngilu. Sakit juga, karena Farel lama sekali keluarnya. Padahal Aira sudah mulai capek baik turun di atas sana.
"Cukup!" Farel melepaskan pegangan tangannya. Pria itu kemudian meminta Aira ganti posisi. Dasar Farel sudah gila karena Aira. Satu gaya rasanya tidak cukup, bahkan ia rela menahan segalanya, biar tidak keluar lebih cepat. Hanya karena ingin bermain lama dengan istri mudanya itu.
Entah mengapa, ia merasa lain. Sensasinya sungguh jauh berbeda. Apa mungkin karena Aira masih muda? Begitu sempit, seperti berhubungan dengan gadis perawan.
Farel tidak peduli, wajah Aira beberapa kali menahan perih, meringis menahan sakit saat harus menerima pedang miliknya yang lumayan besar. Yang ada dalam kepalanya saat ini hanya ingin merasakan kepuasan yang ia dapat dari Aira, benar-benar pria egois. Dia melakukan bukan atas dasar suka sama suka, Farel hanya mau Aira melayani dirinya. Hanya itu saja.
Kini, pria itu duduk di tepi ranjang. Sedangkan Aira, jelas dia bingung mau apa lagi. Mana kakinya sudah lemas gara-gara Farel yang belum juga mau berhenti.
"Duduk sini!" ucap Farel kemudian menarik lengan Aira.
Aira sempat kaget, karena langsung disuruh duduk di pangkuan suaminya itu. Jelas sekali tidak nyaman, karena ada sesuatu yang keras tapi bukan batu di sana. Sayang, Farel mana peduli. Dia langsung membuat Aira duduk di pangkuannya.
Aira memejamkan mata, rasanya dia benar-benar tidak sanggup harus diapakan lagi oleh pria tersebut.
Tangan wanita muda itu mulai mengepal, kemudian melemas ketika Farel langsung meyentuh sesuatu yang disukai semua pria. Aira dilema, karena tubuhnya malah menyukai sentuhan demi sentuhan yang Farel berikan.
Dengan bodohhnya, ia mengulangi hal yang sama. Kali ini Farel tidak banyak memerintah, cukup memegangi pinggang Aira, Aira mulai paham, dia harus apa.
Sampai akhirnya Farel tidak tahan lagi, dia sudah tidak sanggup menahan lahar dingin yang sudah mau ambrol. Detik berikutnya, ia langsung memeluk tubuh Fara dengan erat. Tubuh pria itu menegang, seiring dengan lahar yang mengalir membasahi rahim Aira.
Bukkkk ...
Farel langsung merebahkan tubuhnya, sampai barang itu tercabut dengan sendirinya, sudah lemas, tidak menantang langit seperti beberapa waktu yang lalu. Sudah layu, tidak punya kuasa lagi untuk mengancam Aira.
Sementara Aira, dia cukup kaget ketika Farel langsung menariknya, hingga ia juga rebahan di sisi Farel. Dia bisa merasakan tubuh Farel yang mulai dingin karena basah oleh keringat.
Durasi yang lama, membuat pria itu menguras tenaga. Hal yang sama juga berlaku bagi Aira, tubuhnya seperti digebukin warga. Karena Farel yang suka banyak gaya.
Sesaat kemudian.
"Ambilkan minum," kata Farel yang merasa haus.
Keduanya menatap nakas yang ada botol air mineral. Karena Aira yang lebih dekat, ia pun mengambil botol itu. Lalu memberikan pada Farel.
Tanpa mengucap terima kasih, Farel langsung minum. Kemudian tengkurap lagi di atas kasur. Jelas mata Aira melotot, melihat gunung Farel. BERSAMBUNG
karepmu jane piye reeell jalok d santet opo piyee.....😡😡😡😡😡😡😡
waktu penyiksaanmu teko fareelll....gawe trsiksa dsek iku farel thoorr.....ben uring uringan mergo nahan rindu tpi airane moh ktmu gtuu 😀😀😀😀😀