NovelToon NovelToon
Kehidupan Ke Dua

Kehidupan Ke Dua

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Reinkarnasi / Akademi Sihir / Dunia Lain
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: NAYTHAN

— Lanna Xevellyn, gadis berusia 17 tahun itu harus mengalami kecelakaan maut yang membuat nyawanya melayang ketika menolong seorang anak kecil di jalanan.

Tetapi apakah memang Lanna benar-benar sudah tewas atau ternyata gadis itu masih hidup? Atau bagaimana tentang dirinya yang ternyata menjalani kehidupan keduanya untuk menggantikan peran orang lain yang sudah mati?

Ya, itulah yang di rasakan oleh Lanna. Gadis itu terbangun di dalam tubuh milik orang lain di semesta lain. Di mulai dari tubuh barunya itu, Lanna menjalani babak baru kehidupan keduanya dengan alur kehidupan berbeda yang tidak pernah terpikirkan sekalipun olehnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NAYTHAN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 17 :

Jadi, di sini tempatnya? Batin Lanna.

Mereka berdua sudah sampai di sebuah bangunan sekolah SMP yang sepi dan gelap, bahkan di depan pagar besi sekolahnya terdapat garis polisi. Dengan di antar oleh asisten Rosie, malam ini akan melakukan sebuah misi, mereka di tugaskan datang ke sekolah menengah pertama di kota Ravoria. Kepala sekolah di sana mengeluh tentang keberadaan snomster yang menyerang siswa-siswi di sana dan selama hampir satu Minggu, mereka tidak belajar secara tatap muka melainkan secara daring untuk menghindari snomster.

"Aku akan menunggu di depan sini dan jangan lupa selalu berhati-hati, jaga diri kalian," ucap asisten Rosie pada Xavier.

"Baiklah, kami pergi dulu. Asisten Rosie, kau juga jaga dirimu," balas Xavier.

"Tentu," sahut asisten Rosie.

Mereka melakukan salam perpisahan kemudian Xavier membuka gerbang sekolah tersebut yang tidak terkunci, mendorongnya hingga setengah terbuka dan mulai melangkah kaki mereka untuk masuk ke dalam berjalan beriringan.

"Lebih baik kau diam di sini saja ," ucap Xavier.

"Apa maksudnya itu? Aku jelas tidak mau!" Jawab Lanna.

#Flashback.

"Yo, anak-anak, dengarkan aku! Malam ini kalian mendapatkan sebuah misi," ucap guru Han.

Lanna sontak berdiri dari bangkunya seraya menggebrak meja, gadis itu nampak bersemangat. "Benarkah?"

"Kita ralat, hanya untuk Xavier saja," sambung guru Han.

"Apa? Kenapa begitu?" Kata Lanna, dia tidak terima. "Kenapa hanya untuk dia, guru?" Lanna menunjuk Xavier dan menatap ke arah guru Han secara bergantian.

"Karena kau tidak memiliki inti sihir, penyeimbang sihirmu juga belum sempurna serta kemampuan fisikmu juga masih belum cukup memumpuni. Bahaya jika kau ingin ikut dalam misi," jelas Xavier.

Lanna merasa jengkel, dia lalu menarik kerah seragam Xavier. "Justru itu, seharusnya aku di libatkan agar aku tahu bagaimana rasanya menjalankan misi,"

Xavier memalingkan pandangannya ke arah lain, ekspresinya begitu datar. "Nanti kau cuma jadi beban. Kau membuatku repot,"

"Aku tidak mau pokoknya aku mau ikut!" Teriak Lanna, menarik-narik kerah Xavier sehingga tubuh anak lelaki itu juga ikut terguncang.

"Terserah," balas Xavier, datar.

Lanna mendudukkan pandangannya menatap senjata pisau yang di genggamnya. Itu dari guru Han.

"Gunakan senjata yang satu ini. Mudah di bawa dan ringan untuk kau layangkan seranganmu,"

Kata guru Han padanya, sebelum mereka meninggalkan celestial untuk misi.

"Aku, aku malah jadi tidak berguna kalau diam begitu," kata Lanna lalu menyelipkan pisau tersebut ke holster di sisi pahanya.

Padahal jika dia ikut pun kemungkinan besar malah jadi lebih tidak berguna dan hanya menjadi beban.

"Nyawamu lebih penting tetapi terserah, aku tidak ikut campur atas keputusanmu," jawab Xavier tanpa menatap Lanna sama sekali. Lelaki itu hanya terus-menerus menatap lurus ke depan.

Dalam artian Xavier meminta Lanna untuk bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri karena sudah ngeyel.

"Iya, baiklah," Lanna melirik Xavier sembari menahan kekesalannya.

Kini mereka sudah memasuki area lantai dasar gedung sekolah bertingkat empat itu, menyusuri koridor dengan suasana yang nampak sepi, sunyi dan gelap. Hanya suara pijakan kaki mereka saja yang terdengar. Lanna melirik Xavier yang nampak begitu tenang sedangkan dirinya jangan di tanya lagi. Seluruh bulu romanya berdiri terasa merinding, dia juga merasa takut menelan salivanya sendiri tetapi mencoba untuk menahannya.

"Xavier, kita mau kemana dulu?" Tanya Lanna masih mengikuti langkah Xavier.

Xavier menghentikan langkahnya dan Lanna pun ikut menghentikan langkahnya.

"Kita tidak mungkin beriringan begini. Biasanya ketika menjalankan misi akan terbagi menjadi kelompok untuk mencari keberadaan snomster atau jika hanya dua orang yang menjalankan saja biasanya juga akan berpencar," kata Xavier tidak mengindahkan pertanyaan Lanna.

"Lalu?" Balas Lanna.

"Kita harus berpencar," jawab Xavier.

Lanna terdiam sejenak mendengar jawaban Xavier seraya memikirkan jawaban apa yang akan di lontarkannya kepada Xavier. Antara ingin menolak untuk tetap bersama atau mengiyakan untuk berpisah. Mengingat dirinya juga bersikeras untuk ikut dalam misi, terlalu malu jika dia pada akhirnya memilih untuk tetap bersama.

Dan seolah sudah menjawab kebingungannya, Xavier tiba-tiba berkata.

"Baiklah, tidak usah. Kita tidak akan berpencar. Tetap berada di dekatku," kata Xavier. Dia sudah cukup lama menunggu Lanna yang sedang berpikir dan hendak melangkahkan kakinya kembali.

Lagipula pada akhirnya itu akan berbahaya untuk Lanna dan akan jadi merepotkan bagi Xavier nantinya terlebih Lanna belum memiliki pengalaman apapun

"Tidak!" Sergah Lanna menarik lengan Xavier dan menahannya. "Kita berpencar saja,"

"Kau yakin?" Tanya Xavier memastikan. "Aku tidak memaksakan—"

"Tidak, kita berpencar saja,

Mereka akhirnya benar-benar melakukannya, Lanna memutuskan untuk ke lantai dua sementara Xavier pergi ke lantai tiga dan empat.

Lanna menyoroti perjalanannya di koridor lantai dua menggunakan senter ponselnya, mengarahkannya ke setiap sudut yang dia lihat serta kelas-kelas kosong yang di lewatinya. Dia juga masuk keluar kelas untuk memeriksa dan sejauh ini belum menemukan apapun semacam snomster. Dengan hanya berbekal senjata pisau saja, Lanna tidak luput dari kewaspadaannya. Kedua tangannya terasa dingin serta perasaan takut menghampiri di setiap langkahnya, sebenarnya. Mungkin saja jika dia tidak malu pada sifat bersikerasnya tadi untuk ikut, Lanna sudah pasti sedang berteriak-teriak sekarang. Bahkan deru napasnya pun begitu terdengar di tengah-tengah suasana yang sunyi itu.

"Yang benar saja anak itu begitu berani,"

Yang di maksud Lanna ialah Xavier.

Kemudian menghela napasnya. "Tidak ada apapun di sini. Apa aku hubungi Xavier saja lewati ponsel?"

Masih dalam keadaan senter ponsel yang masih menyala, Lanna mulai bergelut dengan ponselnya mencoba menghubungi Xavier melalui pesan singkat.

Seet.

Lanna menoleh cepat ke arah depan. Entah dia salah lihat atau bagaimana tetapi dia merasa seperti ada sesuatu yang lewat dengan cepat. Namun kemudian pemikiran Lanna tidak langsung terpaku begitu saja, dia langsung menepis perasaan tersebut dan menyelesaikan pesan singkatnya kepada Xavier dan selesai.

Lanna mengangguk-angguk melihat pesan singkatnya sudah terkirim pada Xavier. "Ya, setidaknya aku sudah melaporkannya lebih du—"

Seet.

Lagi? Untuk yang kedua kalinya Lanna merasakan ada sesuatu yang lewat dengan cepat. Tetapi kali ini di belakang. Kembali, Lanna menoleh cepat ke arah belakang lalu memutar tubuhnya, mengarahkan senter ponsel. Matanya berkeliling memperhatikan dengan seksama dan lagi-lagi tidak menemukan apapun selain koridor yang panjang nan gelap.

...----------------...

Xavier memejamkan matanya, anak lelaki itu berdiam diri di tengah-tengah rooftop. Bahkan dia mengatur ponselnya menjadi mode senyap.

...----------------...

Krieet. Bruk.

Mata Lanna melotot melonjak kaget, terkejut dengan suara bantingan pintu yang cukup keras. Menoleh ke salah kelas letaknya hampir di ujung koridor, pintu kelas itu tiba-tiba menutup sendiri. Lanna menghela napas pendek seraya memejamkan mata, mau berpikir positif pun agak sulit karena biar bagaimanapun keadaan yang dia rasakan ini lama-lama jadi terasa sangat horor. Mustahil juga jika ada angin sejak tadi tidak ada angin yang masuk ke gedung ini. Di kepalanya berputar sebuah pilihan untuk dia putuskan. Pertama ; kabur dan pergi ke lantai atas di mana Xavier berada dan kedua ; dia tetap berjalan mendekati ruangan kelas tersebut dan memeriksanya.

Lanna berani bersumpah, jika dia tidak takut itu bohong. Lanna benar-benar sangat ketakutan sekarang. Tangannya terasa dingin gemetaran, napasnya tersengal-sengal.

"Baiklah," Lanna menelan salivanya sendiri. "Sepertinya kita akan memilih pilihan yang kedua,"

Dia berjalan perlahan ke arah kelas tersebut sembari satu tangannya meraba-raba holster di pahanya untuk berjaga-jaga jika saja memang ada snomster yang tiba-tiba menyerangnya. Ya, jika memang dia tidak mampu menumbangkan snomster tersebut setidaknya dia bisa menyerangnya untuk menjaga diri.

"Halo! Ada orang di sana?"

Suara Lanna begitu menggema di tengah-tengah koridor. Iya, Lanna tahu tentu saja tidak ada siapapun di sekolah itu selain hanya dirinya dan Xavier. Dia melakukan itu untuk menutupi rasa takutnya saja.

Sampailah dia di pintu kelas yang tertutup rapat itu. Dengan penuh keraguan dia mengulurkan tangannya memegang kenop pintu dan membukanya perlahan. Kemudian kepalanya melongok-longok ke dalam kelas lalu melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam kelas dan berkeliling. Lagi, Lanna tidak menemukan apapun di sana.

"Syukurlah, kalau begitu aku akan keluar,"

Bruk.

"Eh?" Mata Lanna melotot melihat bagaimana pintu kelas itu tertutup dengan sendirinya.

Cepat-cepat Lanna berlari ke arah pintu, berusaha membuka pintu. Namun nihil, pintu itu seolah terkunci rapat.

"Apa ini? Sebenarnya apa yang terjadi?" Lanna masih berusaha membuka pintu tersebut, berulang kali menggerakan paksa kenop pintunya.

Di tengah-tengah kepanikannya itu, tiba-tiba saja sesuatu seperti bola menggelinding ke arahnya. Lanna sontak saja terdiam kaku merasakan adanya sesuatu mengenai kakinya. Mengintip ke bawah, Lanna melihat adanya rambut panjang di dekat sepatunya. Lanna memejamkan matanya takut tetapi juga merasa penasaran. Dia yakin ini bukan tentang bola. Akhirnya dia memberanikan diri untuk melihatnya dan dugaannya benar saja.

"Snomster macam apa ini?!" Teriaknya.

...****************...

1
Retno Isma
jgn Hiatus ya....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!