Azzura. Seorang gadis yang memiliki kekuatan super namun hidupnya berakhir tragis. Sebuah keajaiban terjadi, jiwa Azzura ternyata masuk ke dalam tubuh Azzura Aurora, tokoh figuran dari cerita novel yang pernah dia baca. Akankah Azzura memiliki kehidupan yang layak di dalam novel tersebut atau sama saja dengan kehidupannya di dunia nyata? ....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Tidak Perduli
Gardenia duduk di samping Aaron, wanita itu memperhatikan Aaron dari atas sampai bawah, jujur saja, meskipun Aaron buta, namun pesonanya tidak luntur. Aaron sangat gagah, tapi lagi-lagi itu semua tidak cukup, bagi Gardenia, orang seperti Aaron ini akan sangat menyebalkan karena pastinya dia akan direpotkan terus menerus. Gardenia tahu Aaron sangat kaya, keluarganya juga merupakan keluarga terpandang. Namun apa arti dari semua itu jika Gardenia akan hidup sebagai seorang pengasuh laki-laki dewasa.
"Kak Aaron!"
Gardenia menyentuh punggung tangan Aaron, dia mendengus ketika Aaron menepis tangannya dengan suara desisan yang membuat Gardenia merasa jijik. Jika bukan untuk melakukan misi yang Mark sarankan padanya, Gardenia juga tidak ingin mendekati Aaron seperti ini, sekarang dia sudah tidak bisa mendekati Azzura, terakhir kali dia mengecoh Azzura mencoba untuk memancing emosi gadis itu, semuanya sia-sia karena Azzura terlihat sangat cuek. Gardenia merasa di abaikan. Akting terbaiknya tidak mendapat perhatian dari orang yang memang dia targetkan. Itu benar-benar sangat menjengkelkan hingga Gardenia tidak bisa menyerah begitu saja. Harapan Gardenia tinggal satu, dia harus merayu Aaron untuk membuat Azzura kesal.
"Jangan menyentuh ku Gardenia. Aku rasa ucapan ku saat itu sudah cukup jelas, aku tidak ingin memiliki hubungan apapun lagi dengan mu."
Mendengar suara Aaron yang sangat ketus, Gardenia sangat ingin memukulnya. Namun ketika dia ingin kembali berbicara, pintu ruang ICU terbuka. Seorang dokter keluar dari sana. Dan di saat yang sama, Violet juga datang dari arah yang berbeda, setelah mengeluarkan darah cukup banyak, Violet di anjurkan untuk beristirahat, alhasil dia baru muncul setelah beberapa jam.
Azzura melirik Aaron dan juga wanita di sampingnya, dia melihat bagaimana dekatnya Gardenia dengan Aaron, mereka berdua berdiri menatap ke arahnya meskipun detik yang lain Aaron langsung berjalan dengan tongkat di tangannya menuju hospital bad yang perawat dorong.
"Istri Anda sudah bisa di pindahkan ke ruang rawat inap Tuan. Dia baik-baik saja, Anda tidak perlu khawatir!"
Aaron mengangguk, dia mengabaikan Violet dan Gardenia, Aaron bahkan belum mengucapkan terima kasih. Dia akan melakukan itu setelah memastikan jika Azzura memang baik-baik saja.
"Ibu lihat, Gardenia bilang apa. Mereka itu hanya memanfaatkan kita Bu. Ibu udah mengorbankan darah Ibu untuk Azzura, tapi apa yang Ibu dapat, hanya sikap tidak menyenangkan, apa Ibu masih akan perduli pada Azzura? Menurut Gardenia jangan Bu. Ibu itu hanya akan sakit hati."
"Tapi dia Ibu kandung Nyonya Azzura!"
Beck yang saat itu mendengar perkataan Gardenia jengah, dia ikut berjalan melewati Gardenia dan Violet setelah mengucapkannya apa yang menurutnya benar.
Violet menghembuskan napas kasar, dia bingung harus bagaimana. Seseorang yang baru saja berjalan melewatinya benar, dia harus bertanggungjawab karena Azzura adalah anak kandungnya, tapi apa yang Gardenia ucapkan pun tidak salah, faktanya memang begitu.
"Sudahlah! Kita jenguk dulu adik mu. Setelah itu kita pulang, ibu gak masalah kalau Azzura tidak mengakui ibu sebagai keluarga. Ibu punya kamu Nak, cuma kamu yang sayang sama ibu!"
Senyum tipis tersungging di bibir Gardenia, syukurlah jika Violet memakan umpan yang dia berikan. Gardenia memang tidak ingin melihat Violet kembali pada Azzura. Violet adalah ibunya, siapapun tidak boleh mengambilnya Violet darinya meskipun itu Wiliam sekalipun.
****
"Istri Anda baru bisa pulang besok malam atau lusa pagi Tuan. Tolong jaga lukanya agar tetap kering, jika ingin ke kamar mandi, bisa minta bantuan suster!"
"Aku akan merawatnya!" jawab Aaron singkat penuh keyakinan.
"Kalau begitu saya permisi Tuan!" ucap dokter itu berlalu dari hadapan Aaron dan Azzura.
"Tuan aku ingin duduk!" pinta Azzura, tubuhnya terasa sangat ngilu, dia juga masih sangat lemah. Mungkin karena dia baru sadar jadi semuanya belum kembali normal.
Aaron merapatkan tubuhnya ke tubuh Azzura, mencari tombol di sisi ranjang untuk menaikan kepala ranjang tersebut, namun baru akan mengambil batal untuk menyangga punggung sang istri, Azzura tiba-tiba memeluknya, padahal saat itu masih ada selang infus yang tertancap di punggung tangan Azzura, tetapi Azzura menggunakan tangan itu untuk merangkul lehernya.
"Terima kasih Tuan!" bisik Azzura di depan bibir Aaron, dia semakin mendekatkan bibir mereka hingga bibir itu kembali bertemu. Aaron awalnya tidak mengerti, namun dia tetap membalas ciuman Azzura.
"Ekkhemmmm!"
Azzura tersenyum menyeringai. Ia melepas tautannya. Sedikit mendorong Aaron lalu tersenyum ke arah ibu dan kakak tirinya, Azzura benar-benar sangat senang, dia bisa melihat wajah kesal Gardenia dengan sangat jelas. Tidak sia-sia Azzura mengorbankan harga dirinya untuk mencium Aaron lebih dulu demi mengompori Gardenia.
"Ekh Ibu, ibu kenapa di sini?" Azzura menarik tangan Aaron meminta Aaron untuk duduk di kursi yang ada di sebelah ranjangnya.
"Kau keterlaluan Azzura! Ibu adalah orang yang sudah menolong mu. Kenapa kau bersikap seperti ini, jika ibu tidak ada, kau mungkin sudah mati sekarang." Gardenia berucap dengan mata mendelik ke arah Azzura.
"Itu tidak mungkin, selain ibumu, aku sudah menemukan pendonor lain. Jika ibumu tidak ada pun Azzura masih akan hidup!"
Aaron memang sudah mendapat laporan dari Beck dan Bert, mereka bahkan sudah membuat komunitas perkumpulan orang-orang yang memiliki darah panda untuk mengantisipasi kalau-kalau suatu saat mereka membutuhkan darah itu.
Azzura mengusap wajah Aaron, dia menatap laki-laki itu tidak percaya. Haruskah Azzura meyakini jika Aaron memiliki perasaan yang sama sepertinya, tapi jika Azzura berharap lebih, Azzura takut kecewa.
"Baiklah, berapa yang kalian inginkan, aku tahu, selama ini Ibu tidak pernah menginginkan aku hidup, kalau sekarang Ibu mau menolongku, itu pasti harus ada timbal baliknya kan?" Azzura berbicara tanpa menoleh ke arah ibunya.
Violet menatap Azzura dengan tatapan tidak percaya, sebegitu bencinya Azzura kepada Violet sampai dia berani mengucapkan kata-kata seperti itu. Violet tahu selama ini dia sudah banyak membuat Azzura berpikir yang tidak-tidak. Tapi Violet melakukan semua itu karena dia ingin mengamankan posisi mereka di rumah Wiliam. Violet tidak mau hidup miskin lagi, dia hanya berusaha untuk menyayangi Gardenia melebihi sayangnya kepada Azzura.
"Lebih baik kita pergi dari sini Bu. Sepertinya Azzura memang tidak menerima kebaikan hati Ibu. Anggep aja Azzura itu sudah mati, Ibu tidak pantas mendapatkan anak durhaka seperti Azzura!"
Azzura tersenyum tipis, dia memalingkan wajah menyembunyikan desakan air mata yang ingin keluar dari pelupuk mata indahnya. Azzura tidak mengerti kenapa hatinya sakit mendengar perkataan Gardenia, Azzura adalah anak kandung Violet, namun wanita paruh baya itu lebih mencintai Gardenia.
"Sebaiknya kalian keluar sekarang! Untuk semua biayanya kami sudah mengirimkan sejumlah uang ke rekening Nyonya Violet!"
Beck mempersilahkan Violet dan Gardenia pergi dari sana. Gardenia mendengus, dia menarik paksa tangan Violet tidak ingin melihat kegilaan orang-orang itu.
"Cih, tidak di usir pun kita akan pergi. Dasar pengawal songong. Awas aja kalau uang yang kalian kirim tidak cukup. Aku akan mengambil kembali darah Ibu yang kalian ambil."