Hilya Nadhira, ia tidak pernah menyangka bahwa kebaikannya menolong seorang pria berakhir menjadi sebuah hubungan pernikahan.
Pria yang jelas tidak diketahui asal usulnya bahkan kehilangan ingatannya itu, kini hidup satu atap dengannya dengan status suami.
" Gimana kalau dia udah inget dan pergi meninggalkanmu, bukannya kamu akan jadi janda nduk?"
" Ndak apa Bu'e, bukankah itu hanya sekedar status. Hilya ndak pernah berpikir jauh. Jika memang Mas udah inget dan mau pergi itu hak dia."
Siapa sebenarnya pria yang jadi suami Hilya ini?
Mengapa dia bisa hilang ingatan? Dan apakah benar dia akan meninggalkan Hilya jika ingatannya sudah kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
STOK 17: Orang Terkait
" Bregsek kau! Sialan, kamu bilang dia udah mati hah! Ini apa, mereka posting cuma bilang dia terluka!"
Plak!
Sebuah tamparan keras mendarat di kepala Pelmo. Tentu saja yang melakukan itu adalah Santiago. Dia amat sangat marah, bukan hanya karena berita itu tapi hingga saat ini dia belum juga mengungkap apa yang ada dalam lukisan The Beautiful Golden Sunset.
Padahal Santiago sudah mendatangkan ahli dari negara Prancis untuk menganalisa lukisan itu, namun nihil. Sedangkan, Pelmo tentu saja ia hanya bisa diam karena ia tahu bahwa dirinya salah. Ada sesuatu yang masih ia rahasiakan dari sang Tuan.
Tak tak tak
Brak!
" Bajingan kau Santiago, apa yang kamu lakukan pada Tara hah!"
Seorang wanita berusia sekitar pertengahan 30 masuk ke kediaman Santiago dengan ekspresi marah yang meluap-luap. Wanita cantik dengan dress selutut dengan menyandang sebuah tas tangan mahal melemparkan tatapan tajam kepada Santiago.
Agaknya Santiago paham apa yang membuat wanita itu marah. Tapi saat ini dia sedang tidak dalam mood yang baik untuk meladeni wanita itu.
Santiago memilih membuah wajahnya dan pergi meninggalkan si wanita. Namun, wanita itu langsung menarik tangan Santiago dengan kuat. Ia tentu tidak suka diacuhkan begitu.
" Helena, please aku lagi capek. Jangan buat aku semakin marah dengan sikap kekanak-kanakan mu itu. Aku tahu kamu mau bicara apa, tapi nanti. Aku beneran lagi banyak pikiran. Dan Tara atau Raka itu, dia masih hidup kan jadi nggak usah berlebihan."
Gigi Helena bergemelutuk, pria yang berstatus sebagai saudara karena sama-sama diangkat anak oleh Romario itu memang selalu menjengkelkan. Ia tahu bahwa Santiago ingin mendapatkan harta warisan Romario, dimana Helena juga menyetujui rencana itu dengan syarat mereka akan membaginya nanti. Namun ia tidak menyangka bahwa Tara pria yang ia begitu dambakan dilukai oleh Santiago.
" Pelmo!"
" Maaf Nona, saya tidak bisa mengatakan apapun tanpa seijin Tuan." Pelmo menundukkan kepalanya sebagai pertanda bahwa dia memang tidak bisa mengatakan apapun tapi tetap dia menghormati nona mudanya itu.
" Arghhh!!!"
Helena mengeram marah, dia berjalan cepat menuju keluar rumah dan masuk ke mobil dengan kasar. Nafasnya memburu karena saking marahnya. " Aku harus nyari tahu apa yang terjadi dengan Tara. Aah sial, ngapain juga aku setuju dengan ide itu!" geramnya.
Wanita itu menyalakan mobilnya dan pergi menjauh dari rumah. Semua yang dilakukan oleh Helena ternyata dilihat oleh Santiago dari balik jendela di lantai dua kamarnya.
Beberapa bulan yang lalu, yakni setelah kematian Romario, Santiago yang mengetahui fakta bahwa lukisan TBGS memiliki makna lain dimana bukan hanya sekedar lukisan, terus berusaha mendapatkannya. Dan keyakinannya itu diperkuat dengan fakta bahwa Romario telah memberikan lukisan itu kepada pelukis asalnya. Padahal dia tahu bahwa lukisan itu dibuat dengan biaya yang tidak murah.
" Aku ingin ngambil lukisan itu."
" Ya udah ambil aja kalau memang itu berguna buat kita."
Itulah ucapan Santiago yang disetujui oleh Helena. Dan Santiago semakin bersemangat ketika Helena mengatakan bahwa dirinya mengenal pelukis TBGS dengan sangat baik. Karena jelas akan lebih mudah.
Santiago pun meminta Helena untuk mempertemukannya dengan Raka Pittore untuk membujuk agar lukisan itu diberikan kepadanya. Namun berkali-kali ia melakukannya tidak mendapatkan hasil apapun karena ternyata orang itu kukuh tidak ingin memberikannya.
" Itu adalah wasiat dari Tuan Romario. Dia meminta saya menjaga lukisan itu sampai hidup saya berakhir. Jadi saya tidak akan memberikannya kepada siapapun bahkan jika orang itu membayar mahal kepada saya."
Itulah ucapan Raka Pittore a.k.a Taraka Abyaz Dwilaga yang membuat Santiago geram. Ia merasa bahwa lukisan TBGS adalah miliknya, dan mengapa ia harus kesulitan untuk mengambil miliknya sendiri? Maka dari itu sebuah rencana dibuat yakni dengan memanfaatkan Helena.
Tapi tentu saja Helena tidak mengetahui rencana keseluruhan dari Santiago. Maka dari itu Helena sangat marah mengetahui kondisi Tara yang katanya tidak bisa bangun dari tempat tidur. Helena langung membuat sebuah dugaan bahwa Santiago sungguh melakukan perbuatan yang buruk kepada Tara.
Ia jelas tidak bisa terima, bagaimanapun Tara adalah pria yang ia sukai. Ya, sudah sejak lama Helena menaruh hati terhadap Tara. Tepatnya sejak ayah angkatnya-- Romario berkali-kali mengundang Tara ke kediamannya.
Pria yang dingin dan selalu menampilkan ekspresi datar itu membuatnya begitu tertarik. Padahal di luar sana banyak pria yang mengejarnya, tapi hati Helena terpaut dengan Tara yang memiliki kesan cuek serta acuh terhadap wanita. Bagi Helena itu merupakan daya tarik dari seorang Tara.
" Apa aku harus ke rumahnya ya, tapi aku datang sebagai apa? Aah iya teman dari almarhum Papa. Benar, itu bisa kau jadiin alesan buat melihat kondisi Tara secara langsung."
Helena tersenyum puas karena ia mendapatkan alasan yang bagus untuk bisa melihat Tara. Tapi lebih dulu dia harus mengganti pakaiannya. Ia tidak mungkin datang mengunjungi kediaman Dwilaga dengan menggunakan pakaian seperti ini. Terlebih ia juga tahu bahwa ibu dari Tara adalah seorang wanita muslimah yang mengenakan hijab yang lebar. Tentu saja akan sangat tidak sopan jika ia menggunakan dress sepaha dengan bagian dada terbuka.
" Selamat siang Nyonya, saya adalah Helena. Saya anak dari Romario, teman Tuan Tara. Kedatangan saya kemari untuk menyampaikan rasa prihatin atas musibah yang menimpa Tuan Tara."
Setelah mengenakan pakaian yang dirasanya pantas, Helena ternyata langsung datang ke rumah Kaluna siang itu juga. Sebuah kemeja panjang dipadukan dengan celana bahan panjang ia pilih untuk bertamu. Dan ia lega karena ekspresi dari Kaluna tidak aneh ketika melihat tampilannya.
" Aah begitu, jadi Nona ini temannya Tara. Mari silakan masuk. Saya sebagai ibunya Tara mengucapkan terimakasih atas perhatian Nona sudah mau datang menjenguk Tara. Ya, saat ini kondisi Tara memang sangat tidak bagus. Tapi mohon maaf Nona Helena, sepertinya akan sedikit sulit untuk melihat Tara. Hingga saat ini dokter masih menjaganya secara intensif. Bahkan saya pun tidak selalu diizinkan untuk melihat anak saya."
Ucapan sendu dan sedih dari Kaluna membuat Helena yakin bahwa kondisi Tara memang sangat buruk. Tangannya mengepal erat dan dadanya bergemuruh karena saking marahnya. Ya, Helena marah kepada Santiago. Ia sungguh tidak tahu apa yang sudah dilakukan saudara angkatnya itu hingga Tara menjadi seperti ini sekarang.
" Ma-maafkan saya Nyonya. Saya~"
" Ahh tidak apa-apa. Tidak perlu meminta maaf. Kami senang ternyata putra kami masih mendapat banyak perhatian. Terimakasih Nona Helena sudah menyempatkan waktu Anda untuk berkunjung."
" Tidak, aku sungguh minta maaf karena apa yang terjadi pada Tara saat ini karena aku ikut andil di dalamnya. Sungguh aku minta maaf." Helena mengucapkan hal itu dalam hatinya. Kepalanya menunduk dalam, hampir saja air matanya jatuh. Tapi sebisa mungkin dia menahannya.
Tak ingin berlama-lama karena takut dirinya akan lepas kontrol, maka Helena pun pamit undur diri. Kaluna sekali lagi mengucapkan terimakasih atas kunjungan dari Helena.
" Dek, apa Bunda nggak dosa ya bohong gini," ucap Kaluna kepada putri bungsunya ketika mobil Helena sudah menjauh dari kediaman.
" Heheh semoga ndak ya Bund. Kita kan juga lagi bantu Abang buat nyari siapa pelaku dibalik peristiwa yang melukai Abang," sahut Visha cepat. Rupanya dari tadi Visha juga memerhatikan tamu yang datang. Dan ia tidak menyangka bahwa ibunya sungguh pandai berakting seperti itu.
TBC