Seorang wanita muda bernama Misha, meninggal karena tertembak. Namun, jiwanya tidak ingin meninggalkan dunia ini dan meminta kesempatan kedua.
Misha kemudian terbangun dalam tubuh seorang wanita lain, bernama Vienna, yang sudah menikah dengan seorang pria bernama Rian. Vienna meninggal karena Rian dan Misha harus mengambil alih kehidupannya.
Bagaimana kisahnya? Simak yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dapat bukti
Setelah selesai dengan acara bersih-bersihnya. Misha mendudukkan diri di tepian ranjang. Sambil mengelap rambutnya yang basah dengan handuk karena dia tadi sekalian keramas. Misha menatap laci meja yang berada disamping tempat tidur. Lalu dia membukanya.
"Wahh,," Mata Misha berbinar melihat apa yang dia temukan didalam laci.
"Ini ponsel apel bekas gigitan snow white keluaran terbaru cuy. Gila-gila, beruntung banget gue. Gue pengen beli beginian aja belum keturutan." Misha menemukan ponsel yang dia duga milik Vienna yang asli yang tersimpan didalam laci. Beruntung ponsel Misha menggunakan sidik jari jadi, Misha dengan mudah membuka ponsel tersebut.
Kruukkk!
Suara perut Misha berbunyi.
"Aduh, mendadak kok laper gini." Misha menegangi perutnya yang terasa lapar.
Misha beranjak dan keluar dari kamar untuk mencari makanan karena cacing dalam perutnya sudah mulai meronta-ronta.
Misha menatap takjud rumah yang dia tinggali kini.
"Wah, besar banget rumahnya. Gak kaya kontrakan gue. Rumah gue aja juga kalah besar."
Misha melanjutkan langkah kakinya. Terdengar gelak tawa dari lantai bawah. Misha mengintip, ternyata ada dua wanita yang tadi masuk kedalam kamar.
"Mereka lagi ngomongin apa sih? Wah, gue ambil ponsel dulu, sapa tau gue dapat berita hot."
Misha langsung berbalik kembali ke kamar untuk mengambil ponsel. Setelah ponsel diambil, Misha menuruni tangga dengan sangat perlahan.
Misha membuka kamera dan merekam mereka secara diam-diam.
"Ma, sekarang si bod0h itu udah sadar. Gimana kalau dia mengingat kejadian kemarin malam terus bertanya soal masalah kemarin?"
"Hallah, tenang aja sayang. Nanti kalau dia sampai berani biar Mama yang menghadapinya."
"Tapi, Ma. Nanti kalau dia sakit hati terus kita diusir dari sini gimana?"
"Dia gak akan berani mengusir kita. Misha itu cinta mati sama Rian, jadi gak mungkin dia berani ngusir kita."
Tika menganggukkan kepalanya tanda setuju dengan perkataan Dewi.
"Udah kamu tenang aja, nanti Mama akan bicara sama Rian soal balik nama kepemilikan rumah ini. Kita harus segera mendapatkan tanda tangan Misha secepatnya agar rumah ini bisa menjadi milik Rian seutuhnya. Biar dia juga segera menceraikan Misha lalu mengusirnya dari sini."
"Wah, aku jadi gak sabar deh, Ma. Dan setelah itu, aku juga akan meminta cerai sama Refan. Aku males banget sama dia, lagian aku minta dinikahi dia kan cuma buat alasan, untung aja kemarin selesai nikah dia langsung pergi, kalau enggak pasti aku harus bersandiwara menjadi istri yang baik buat dia, apalagi harus melayani dia, ih ogah banget."
"Sabar sayang. Laki-laki kere seperti Refan juga harus segera di buang."
"Harusnya Refan kita jodohkan saja sama si bod0h itu, Ma. Kere vs Oon."
Mereka berdua tertawa.
"Kamu bener sayang. Eh, tapi Refan gak tau kan kalau kamu sebenarnya bukan anak kandung Mama?"
"Mama tenang aja. Semuanya aman. Aku ini menantu satu-satunya Mama. Tapi, Mama janji ya, setelah Rian menceraikan Misha, Rian harus nikahin aku secara sah. Aku lelah Ma, dengan statusku yang hanya istri siri begini."
"Iya sayang. Tenang aja."
"Eumm, makasih Ma. Muah."
Tika memeluk Dewi. Dewi pun membalas pelukan Tika.
"Cih, drama banget. Lakuin aja apa yang ingin kalian lakuin, gue bakal ikuti alurnya. Ternyata ini toh yang Mbaknya maksud. Dasar manusia-manusia serakah. Huu lihat aja, sebentar lagi kalian bakal gue usir dari sini. Menjijikkan. Ya ini yang dinamakan manusia samp4h alias benalu." Cibir Misha.
"Oke dapat, segini aja cukup buat gue." Misha menyimpan rekaman tersebut.
"Kalau begini, gue harus gerak cepat. Mending gue pergi sekarang aja." Sambungnya.
Misha pun menaiki tangga kembali dan gegas masuk kedalam kamar.
Misha segera membuka almari dan mengacak-acak seisi almari untuk mencari pakaian yang pas untuk dia pakai.
"Nah, ini lumayan lah bisa gue pakai. Daripada gue pakai daster kaya emak-emak gini." Misha mengambil setelan model melisa baju dan celana yang berada di tumpukkan pakaian bawah sendiri. Namun tak sengaja Misha malah menemukan suatu barang.
"Loh, ini dibawah tumpukan ada kotak pipih apa ini?" Misha mengambil kotak tersebut lalu membukanya. Di dalam kotak tersebut terdapat buku tabungan, perhiasan serta ada sejumlah uang.
Misha terkejut bukan main, bagaikan menemukan harta karun matanya langsung berbinar, namun sesaat dia langsung tersadar. Dengan cepat Misha mengambil tas dan memasukkan semuanya kedalam tas tersebut.
Gegas Misha berganti pakaian dan langsung memesan taksi online.
"Beruntung Mbaknya punya wajah yang cantik dan manis, gak perlu dipoles aja dipandang udah enak banget. Oke gas." Ucap Misha langsung menyambar tas yang sudah dia siapkan sebelumnya.
Misha langsung keluar menuruni tangga. Ternyata dua makhluk tak tahu diri itu masih berada di ruang tengah.
"Hei, mau kemana kamu?"
Langkah Misha terhenti kala Dewi bertanya. Misha langsung membalikkan badannya menatap Dewi.
"Loe, tanya sama gue?"
"Heh Misha, jangan kurang4jar kamu ya, yang sopan kamu sama mertua." Ucap Tika sewot.
"Gue kan nanya, salahnya dimana?" Jawab Misha dengan santai.
"Kamu mau kemana? Kamu belum mengerjakan tugas rumah. Kamu gak saya ijinkan keluar. Cepat kembali dan kerjakan tugas kamu." Perintah Dewi.
"Gue?" Misha menunjuk dirinya.
"Iyalah, siapa lagi?"
"Wowowo, sorry ye. Siapa elo siapa gue? Daripada loe diam aja, mending loe aja sana yang ngerjain, gue ada perlu, lagian gue bukan babu. Dah ya, gue gak mau ribut."
"Heh, berani kamu, aku aduin kamu sama Rian, biar tahu rasa."
"Hemh, embel, ora peduli. Wis, aku ada perlu, nanggepin kalian itu buang-buang waktuku. Bye." Jawab Misha melengos begitu saja.
Misha langsung membalikkan badan dan melangkah pergi.
"Heh, wanita bod0h, s1alan kamu ya. Berani kamu sekarang? Kembali kamu. Heii. Awas aja, sebentar lagi tamat riwayatmu." Tika yang tak terima teriak-teriak gak jelas.
"Dasar wanita gendheng. Mertua Mbaknya juga gendheng. Huah, gak bisa bayangin kalau Mbaknya masih hidup. Edian tenan. Edian maneh, gue yang lajang tiba-tiba berubah status jadi istri orang. Lelucon macam apa ini? Yo wis lah, nikmati wae." Celetuk Misha mengabaikan teriakan Tika.
**
Singkatnya, Misha baru saja keluar dari Bank. Dia sudah berhasil mengamankan harta Misha.
"Wah, mumpung udah diluar begini, ini gue lebih baik shopping aja. Percuma nih Mbaknya punya uang banyak gak digunain."
Misha pun memesan taksi online kembali dan meminta mengantarkannya ke sebuah toko perbelanjaan.
Supir taksi pun mengantar Misha ke sebuah Mall terdekat.
"Mbak, sudah sampai." Ucap supir taksi.
"Oh, sudah ya, Mas. Maturnuwun ya, Mas. Ini tak bayar kontan. Sekali lagi maturnuwun." Jawab Misha dengan logat medoknya.
"Enggih, sami-sami, Mbak. Ternyata Mbaknya orang Jawa. Seneng bisa dapat penumpang sama-sama asli Jawa."
"Lih, iya toh Mas? Gak ngira. Ya wis, sampean ati-ati nggih."
Supir taksi pun mengangguk dengan tersenyum.
Misha pun turun dan menatap gedung yang ada didepannya.
"Wah, gede tenan iki. Beda banget sama di Jawa. Ahh gak sabar buat belanja."
Misha gegas melangkah masuk ke dalam Mall.