NovelToon NovelToon
Suddenly Become A BRIDE

Suddenly Become A BRIDE

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Nikahmuda / CEO / Nikah Kontrak / Keluarga / Romansa
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: boospie

Liliana, gadis biasa yang sebelumnya hidup sederhana, dalam semalam hidupnya berubah drastis. Ayahnya jatuh sakit, hutang yang ia kira sudah selesai itu tiba-tiba menggunung. Hingga ia terpaksa menikah i Lucien Dravenhart , seorang CEO yang terkenal dingin, dan misterius—pria yang bahkan belum pernah ia temui sebelumnya.

Pernikahan ini hanyalah kontrak selama satu tahun. Tidak ada cinta. Hanya perjanjian bisnis.

Namun, saat Liliana mulai memasuki dunia Lucien, ia perlahan menyadari bahwa pria itu menyimpan rahasia besar. Dan lebih mengejutkan lagi, Liliana ternyata bukan satu-satunya "pengantin kontrak" yang pernah dimilikinya…

Akankah cinta tumbuh di antara mereka, atau justru luka lama kembali menghancurkan segalanya?

Cerita ini hanyalah karya fiksi dari author, bijaklah dalam memilih kalimat dan bacaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon boospie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 13 : Gaun merah

Matahari yang bersinar tidak cukup terik mulai menyusup melalui dinding kaca di salah satu lantai pada gedung. Perlahan memberikan kesan hangat, tetapi kehangatan itu tidak sedikitpun dirasakan oleh seorang wanita yang menghadap meja. Hari ini menjadi hari kedua Liliana untuk bergelut dengan tumpukan kertas diatas mejanya.

Kacamata yang bertengger rapi itu menambah aura seorang pemimpin dari dirinya, benda pipih dengan tulisan bercorak emas yang terpajang diatas mejanya kini sudah tertulis namanya—Chief Executive Officer Liliana Montclaire.

Aehara corp sejak didirikan oleh ayah Liliana sudah bergerak didunia skin care dan saat perusahaan itu kembali masih tetap bergerak dibidang yang sama. Masih dalam pertanyaan bagaimana pria itu memanipulasi perusahaan seperti ini. Namun, terlepas dari semua itu, keingintahuan Liliana mengenai dunia skincare yang telah ayahnya jamah cukup besar, begitupun ia sebagai pengguna membuatnya mau mempelajari hal-hal tentang skincare.

Perusahaan ini kemungkinan akan cukup berpengaruh nantinya, melihat dizaman sekarang banyak masyarakat sudah mulai berbondong-bondong untuk merawat diri. Meskipun ada kemungkinan untuk bisa berkembang, tetapi persaingan produk skincare kian merambah sehingga perusahaan harus memiliki usaha dan kreatifitas dalam mengembangkan sebuah produk. Liliana tahu, posisi yang ia duduki bukan sekadar gelar—ini adalah medan baru yang menuntut kepemimpinan, ketekunan, dan pengetahuan yang tajam.

Tangannya terulur, mengambil salah satu dokumen yang tergeletak rapi. Mata cokelatnya yang tajam menelusuri baris demi baris mengenai laporan pengembangan produk terbaru.

“Bukan hanya soal kulit tampak cerah,” gumamnya pelan, “tapi juga soal kepercayaan diri, kenyamanan, dan keberlanjutan.”

Seketika, pintu ruangannya diketuk. Suara pelan dari sekretaris sekaligus asisten pribadinya menyusul, “Maaf mengganggu, Bu Liliana. Pertemuan dengan tim R&D dan marketing akan berlangsung dalam lima belas menit lagi.”

Liliana menarik napas panjang, merapikan kertas-kertas di mejanya. Ia bangkit, membenarkan letak kacamata di batang hidungnya, dan berjalan menuju pintu dengan langkah mantap.

Sebelum keluar dari pintu, langkahnya berhenti matanya menatap pada sang sekretaris yang jauh lebih tua darinya.Tatapan sendu yang mengartikan bahwa ia ragu, ia butuh bantuan dari sekretaris nya.

Sekretarisnya pun paham dengan arti tatapan Liliana. Ia mengulurkan sebuah map tipis berwarna krem dari tangannya.

“Ini, Bu,” ucapnya pelan tapi pasti. “Beberapa catatan kecil dari saya. Ringkasan singkat tentang siapa saja yang akan hadir di rapat, latar belakang mereka, dan poin-poin penting yang kemungkinan besar akan dibahas. Dan bagaimana yang seharusnya seorang CEO lakukan untuk menghadapi hal ini."

Liliana menerima map itu kemudian membukanya perlahan. Di dalamnya, terdapat selembar kertas dengan tulisan tangan yang rapi. Ia melangkah ke kembali ke meja kerjanya untuk memahami hal-hal yang harus dia lakukan.

Tangannya terangkat memperbaiki posisi kacamatanya, matanya fokus membaca setiap kata tanpa ada yang terlewat, bahkan manik matanya bergerak dari kiri ke kanan secara perlahan.

“Terima kasih. Lebih dari kamu tahu, ini sangat membantu.” Liliana tersenyum.

Sekretarisnya menunduk sopan. “Anda tidak sendiri di sini.”

...~• suddenly become a bride •~...

Liliana melempar tubuhnya diatas single bed, merasakan letihnya bekerja di perusahaan dimana menjadi pengalaman pertama. Ia akui bekerja selama 10 jam kerja sangatlah menguras tenaga mungilnya, dibanding pekerjaan sebelumnya masih mendapat jadwal pembagian waktu sehingga tidak bekerja full. Apalagi kali ini ia harus benar-benar mengejar sebagai CEO yang baik dan mengerti apa yang harus dilakukan.

Matanya yang hampir terpejam itu melirik kearah jam sebentar, menunjukkan pukul enam malam lebih beberapa menit. Kepalanya seketika mendongak saat pikirannya mengingat suatu hal, pesta.

Keluarga Dravenhart mengadakan pesta sebagai perayaan pernikahan Lucien, sang CEO sekaligus sebagai alat untuk membangun networking dalam dunia bisnis serta branding sebuah perusahaan. Liliana harus datang bersama Lucien, tetapi detik ini juga pria itu masih belum pulang dari kantornya.

Tidak ambil pusing dengan keberadaan Lucien, gadis itu memilih bangun dari tidurnya. Melangkah ke kamar mandi guna membuang energi negatif yang menempel ditubuhnya pada seharian ini.

Dentingan keras tiba-tiba saja terdengar menggema di seluruh apartemen Lucien. Liliana yang saat itu masih mengguyur seluruh tubuhnya dengan air, segera menarik handuk kimono untuk dipakainya. Ia melangkah keluar dengan handuk besr yang membungkus seluruh tubuhnya dengan rapat.

Ia berlari menuju arah suara, matanya menemukan Lucien yang sudah tergeletak dilantai. Liliana mendengus pelan, melihat keadaan Lucien yang tampak jelas terpengaruh oleh alkohol.

"Permisi tuan Lucien, hari ini anda ada acara pesta yang anda adakan sendiri, lalu mengapa anda mabuk?" tanya Liliana dengan nada lembut tapi kekesalan menggumpal didalamnya.

Lucien menatap Liliana, ia tidak sepenuhnya terpengaruh alkohol, ia berusaha bangkit.

"Terimakasih sudah mengingatkan—" Lucien dengan wajah datar bergerak melewati Liliana tapi berhenti sejenak, "Tidak perlu saya katakan alasan mabuk saya." Kemudian ia melanjutkan jalannya.

Liliana memutar bola matanya, mulai jengkel dengan sikap Lucien yang sok dingin itu. Tidak lama ia pun kembali melanjutkan mandinya.

Semilir angin malam menerjang gorden melalui jendela yang terbuka, hari ini bulan menunjukkan dirinya dalam bulatan sempurna. Keduanya masih berkutat dikamar masing-masing selama hampir satu jam, sesekali suara gaduh timbul dari kamar Liliana. Hal wajar sebagai seorang perempuan, sementara seorang laki laki hanya bersiap diri dengan beberapa kebutuhan.

Bunyi decitan pelan tercipta dari kedua pintu yang terbuka secara bersamaan, dengan tanpa dasar mereka saling memandang.

Liliana menatap Lucien yang tampak gagah dengan setelan jas serba hitam, dengan rambut yang ditata sedemikian rupa. Sedangkan Lucien mengamati gadis itu dari ujung rambut hingga ujung kakinya, seolah seperti juri yang akan mengomentari perihal penampilan.

Yah~Liliana sangat cantik malam ini. Tubuhnya dibalut dalam gaun merah maroon terbuat dari bahan velvet yang memiliki tekstur halus nan berkilau memberikan kesan elegan, ditambah model gaun bodycon ini tampak semakin memperjelas lekuk tubuh Liliana seperti jam pasir. Atasan tanpa lengan dengan potongan dada cowl neck tetapi masih menutup bagian dadanya membuat bentuk indah dari bahunya terlihat jelas.

Rambut lurus yang dibiarkan terurai jatuh dengan aksen rantai tipis yang melengkung mengikuti kepala, biasa disebut hair chain, disertai ornamen kecil kupu-kupu yang mana salah satu bagiannya menjuntai kebawah disamping rambut.

Beralih ke sisi leher jenjang Liliana yang dilingkari oleh pita hitam berbahan velvet dengan kupu-kupu ditengah pita yang senada dengan hiasan dirambutnya.

Lucien terdiam sejenak ia terpukau dengan penampilan Liliana yang tidak masuk akal cantiknya, hingga turun ke bagian tubuh yang sangat menggoda itu ia segera memalingkan wajahnya.

"Apakah pakaian ini berlebihan?" tanya Liliana sambil mengikuti jalan Lucien menuju keluar.

"Tidak." Pria itu menjawab dengan dingin, tapi sedikit membuat Liliana kesal.

Keduanya memasuki lift yang tiba-tiba saja sepi, lantaran biasanya akan bersama dengan orang lain satu atau dua. Rasa canggung pun jadi sangat terasa antara keduanya. Liliana memegang erat tasnya.

Dalam detik itu juga lift berhenti bergerak, begitupun lampunya yang padam.

"Ish," celetuk Liliana tanpa sengaja terlontar.

Lucien tidak membalas ucapan Liliana, ia bergerak menekan tombol emergency kemudian berucap, "Lift sedang tidak berfungsi."

Setelah itu hening—tidak ada obrolan yang tercipta antara mereka.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!