Lanjutan kisah Cinta Simon Dan Maria di Kisah Klasik Remaja. mau baca dulu silahkan biar ga bingung hehe..
kisah kehebatan Simon sang CEO dan Hacker Cantik Jenius bernama Maria.
mereka adalah pasangan suami istri yang masih muda.
Menikah di usia muda tentu saja menjadi tantangan tersendiri, apakah pernikahan mereka selalu berjalan bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 123123tesmenulis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perdebatan Maria Dan Papa Ron
Setelah beberapa menit mereka bertiga sampai di supermarket. Maria turun dengan menggandeng Simon mesra, sementara Raffi mengikuti mereka berdua dengan memasukan tangan ke saku celananya. Berjalan dengan santai.
“Aku mau cemilan pedas, sebelah mana sih?” tanya Maria setelah mereka mengambil troli
“Raff..” ucap Simon menoleh kearah Raffi yang langsung mencari pramuniaga untuk bertanya.
“Sebelah sana” tunjuk Raffi yang langsung diangguki Maria.
Maria mendorong trolinya dan berjalan didepan. Dia mengamati sekitar dan mengambil beberapa cemilan yang dia inginkan.
“Kak, kalau mama Lia lebih suka makanan apa?” tanyanya
“Mama suka pedes juga kok tapi lebih suka manis kayak cake atau brownies” jelasnya yang diangguki oleh Maria.
“Kalau papa Ron?”
“Sama kayak aku.. Coba aku suka apa?” goda Simon sambil meraih pinggang Maria
“Suka aku kan?” balas Maria bercanda
Simon malah cemberut
“Kamu tu yaa..”
“Hehehe..” maria cengengesan sambil mengambil beberapa cemilan manis dan membaca tanggal kadaluarsanya.
“Besok kita jadi pindah ke rumah sewa?” tanya Maria
“Besok aku masih harus meeting, kayaknya kita di rumah papa sampai weekend nanti. Gapapa?”
Maria menghembuskan nafasnya kecewa.
“Yaudah gapapa..”
“Apa dirumah papa kamu merasa ga nyaman?”
“Engga bukan gitu, cuma udah ga sabar aja mau menata rumah sendiri..”
“Jadwal kamu besok apa?”
“Rencananya nyelesain urusan di sekolah sampe makan siang abis itu mau hunting laptop lagi”
“Disekolah ngapain lagi?” tanya Simon heran
“Bukannya kamu udah plot biar bisa seminggu sekali ya?” tanyanya heran
“Yang ekskul olahraga juga.. Oh iya mereka sepakat buat memperpanjang kontrak sama CC fashion, nanti bilang kak Rayan ya kak”
“Dan satu lagi, 2 bulan lagi OSIS mau ngadain acara isra miraj kayak dulu lagi tapi pengen ada seminar motivasi gitu. Dan mereka minta kakak, gimana? Mau?”
“Kok aku?” tanya Simon heran
“Pak Guntur selalu bahas kakak pas kumpulan mereka, jadi kayak role model ketua dan kepengurusan OSIS terbaik sepanjang masa sih. Ini juga permintaan beliau kakak tau kan aku ga bisa nolak, “
“Raff bisa gak ya kira kira?” Simon bertanya kepada Raffi
“Nanti gue atur di weekend” sahut Raffi
“Em.. kak, kalau bisa dihadapan mereka jangan nunjukin kalau kita suami istri yaa”
“Lohh kenapa? Malu ?”
“Bukan malu, cuma… emm gimana yaa, “
“Jelasin yang bener sayang..”
“Guru guru disana sering gosipin kalau suami aku itu gendut buncit dan tua”
“Hahahahaha” Raffi tertawa sementara Simon mengernyit tak mengerti
“Kenapa ga sekalian ditunjukkin aja kalau suami kamu ini ganteng, berwibawa dan berkharisma?” ucapnya
Maria menggeleng. “Kasian nanti mereka ga bisa gosipin aku lagi”
“Hahahaha ya ampun Marr.”
“Lagian aku juga takut kalau diantara mereka nanti deketin kakak trus godain kakak” ucap Maria cemberut.
“Emm… baiklah baiklah.. Kita tak akan membahas itu di seminar nanti..”
“Makasih suami akuu yang ganteng bangettt” Maria memeluk lengan suaminya
“Samasama sayangku, jangan lupa ini gak gratis..” jawabnya sensual.
Setelah mendapatkan cemilan yang diinginkan, Mereka bertiga memutuskan untuk pulang.
****
“Gimana hari ini?” tanya Lia kepada Maria.
“Cukup melelahkan Maa.. aku ga dapet laptop yang aku inginkan” jawab Maria sedih
“Oh ya? Kenapa?” tanya Lia, dia menyajikan bronies yang tadi dibeli oleh Maria.
“Spek dan merk yang aku cari ternyata ga ada di indonesia ma, harus ke LN.”
“Coba tanya Papa, biasanya papa tau yang jual laptop susah gituu..”
Maria mengangguk, lalu membawa cemilan itu kedepan ruang tengah dimana suaminya dan ayahnya sedang mengobrol santai perihal hal receh seperti warna cat rumah baru mereka.
“Duduk sini sayang” ucap Simon lalu merangkul Maria yang menghampirinya
Sang ibu hanya mengendus sambil tersenyum
“Gimana hunting laptopnya?”
“Ga nemu pa..”
“Coba papa liat speknya..”
Maria meminta Simon menunjukkannya karena dia sedang tidak bersama ponselnya.
Simon menyerahkan spek di ponselnya dan Ron membacanya dengan seksama.
“Kenapa harus yang seperti ini sayang? Kamu tahu kan ini laptop hacker yang sudah level tinggi”
“Hehehe, biar nyaman aja sih pa..”
“Sayang kalau servernya kamu pakai yang ini nanti perusahaan papa ga akan bisa ngasih legalitas.. Gimana kalau pakai komputer papa aja?”
“Nanti bakal bisa di pindah kok pa servernya” balas Maria sedikit keberatan.
“Kemampuan kamu sudah sampai sana ?” tanya Ron tak percaya.
Maria mengangguk.
“Emang kenapa sih pa? Wajar kan aku lulusan RMIT..”
“Iya papa tau, tapi papa ga nyangka aja ada orang indonesia yang sudah bisa sampai level itu..”
“Coba kamu lihat spek komputer papa, kira kira srek gak?” tanya Ron sambil memberikan spek komputernya
Maria mengernyit sambil membacanya
“Aku ga yakin pa” ucapnya jujur.
“Apa Maria ga bisa bikin yang lebih sederhana?”
“Aku coba deh yaa..”
“Malam ini bisa?”
“Ada di ruang kerja papa..”
“Kosong?”
“Apanya?”
“Komputernya..”
“Tentu saja isi”
“Aku butuh yang kosong papa” balas Maria manja
Lia tersenyum mendengar interaksi Maria yang sudah menganggap mereka seperti orang tuanya. Dulu ia kira Maria akan canggung dan kaku. Nyatanya itu tidak berlalu sama sekali
“Kan kamu bisa melakukan backup sayang” balas Ron gemas
“Kalau komputernya meledak data papa ga akan balik lagi” ancam Maria
“Ga mungkin sampai meledak sa…” ucapan Ron terhenti, matanya melotot tak percaya
“Bukankah papa bilang harus yang sederhana sayang?” ucap Ron lagi, nadanya sedikit mengancam.
Maria mengerucutkan bibirnya
“Dosen ku bakal menertawakan aku kalau aku bikin sistem yang sederhana…”
Simon hanya tertawa pelan.
“yasudah , yuk coba aku juga pengen liat kamu ngoding”
“Janga ledakan ruang kerja papa ya Mar!” ancam Rony
“Aku usahakan pa..” balas Maria, Lia tertawa keras
“Hahah lucu sekali kalian.. Tapi emang bisa sampai meledak ya pa?” tanya Lia penasaran.
Rony mengangguk
"Jika data yang diminta dan dimasukan terlalu banyak dan cepat dalam waktu yang berbarengan maka hardware akan panas dan resiko terbesarnya ya meledak” jelas Rony, dia lalu mengikuti kedua anaknya menuju ruang kerjanya.
Maria sudah duduk di kursi dengan layar komputer yang hitam menampikkan mode coding.
“Dibanding AI kamu lebih ke sistem ya?” tanya Simon
“AI juga bisa cuma yang ngasilin uang gede emang bikin sistem gini,”
“Contoh AI kamu yang mana?”
“Itu aplikasi CC katalog CC fashion terbaru, kakak belum lihat? Itu kan AI bikinan aku” balas Maria, tangannya masih terampil menekan nekan keyboard, seolah fokusnya tak terganggu sama sekali.
“I need my glasses pleasee..” ucap Maria pelan. Simon mengangguk lalu keluar dari ruang kerja ayahnya dan menuju kamar mereka mengambil kacamata Maria.
Saat hendak kembali keruang kerja sang ayah, handphone Maria berdering. Nama Aldo terpampang dan Simon langsung mengangkatnya.
“Mar, lama banget sih! Urgent nih.. Aku udah kirim sinyal tolong di lacak..”
“Bentar Mas, Maria lagi di..”
“Lohhh..” ucap Aldo heran
“Aku bawa laptop dia yang mana ini ?” tanya Simon bingung
“Yang biru” jawab Aldo,
“Cepat ya Mon..” ucapnya lagi
Simon bergegas.
“Sayang mas Aldo nih” ucap Simon sambil menyerahkan handphonenya.
“Hmm?” tanya Maria singkat, tangannya mengambil kacamata dan menggunakannya lalu membuka laptopnya dan mulai melakukan tugasnya seperti biasa.
Ketika menekan enter di laptopnya Maria menghela nafas.
“Urgent apanya sih mas?”
“Dia harus menikah hari ini” jelas Aldo
“Tapi dia lagi di hotel XXX di California”
“Mas lain kali kalau tugas kayak…”
“Oke thanks gue transfer ya!”
Klik sambungan terputus.
Lia hanya menggelengkan kepalanya pelan.
“Kamu bisa meretas sampai belahan dunia mana ?” tanya Ron. Maria kembali fokus ke komputer.
“Kecuali Antartika dan korea utara” balas Maria singkat
“Kok bisa?”
“Ya belajar lah” sahutnya lagi
“Hahaha” kali ini Simon tertawa melihat Ron yang mengerucutkan bibirnya
“Rencana S2 ilmu komputer juga ga?” tanya Ron
“Belum kepikiran sekolah lagi”
Maria menekan enter pada komputernyya.
“Beres kalau cuma sistem sederhana..” ucapnya
Ron menghampirinya dan memeriksanya.
“Ini kamu bilang sederhana?” tanya Ron tak habis fikir. Bahkan Fiko saja IT terbaik di kantornya belum bisa membuat sistem seperti ini.
Stabil, menarik dan tidak ada bug sama sekali.
“Ini bisa digunakan tanpa internet?” tanya Ron
“Bisa asal beli lisensi”
“Wah papa bisa jualan lisensinya dong?” ucapnya senang
“Papa mau melegalisasi ini?” tanya Maria tak percaya.
“Ini cukup bagus, mari kira coba untuk perkantoran suami kamu”
“NO!” ucap Maria tegas
“Aku udah bilang kan untuk perusahaan Sahid Grup aku udah bikin dan tinggal kau pindahin servernya.