Bagaimana rasanya mencintai orang yang tak seharusnya? Bukankah sakit?
(Aleena Salindri)
Kisah ini menceritakan tentang Aleena yang yang terjebak pada sebuah perasaan terlarang pada tunangan sahabat nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noah Arrayan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 28
Aleena tersenyum sendiri mengingat kejadian tadi malam. Ia tak menyangka akan memiliki kesempatan untuk mengungkapkan perasaan pada Ivan. Ia mengira selamanya akan memendam perasaan itu hingga akhirnya padam dengan sendirinya. Meski belum ada keputusan final darinya, ia masih merasa ragu untuk menerima cinta Ivan dengan status pria itu yang masih menjadi tunangan sahabat nya
Benarkah ia harus egois kali ini seperti permintaan Ivan? berhenti mengalah pada Rania yang jika diingat selalu meletakkan posisi nya di belakang gadis itu. Selama ini setiap langkah Aleena seolah harus menunggu persetujuan Rania. Gadis itu selalu takut jika Aleena selangkah lebih maju. Namun Aleena masih tak sampai hati mengkhianati Rania meski pada kenyataan nya gadis itu begitu jahat padanya. Diam-diam menikam Aleena dari belakang dengan tanpa perasaan.
Ketukan di pintu menyadarkan Aleena dari lamunan nya, ia beranjak dari ranjang untuk membuka pintu.
"Selamat pagi" Sapa Ivan dengan senyum manisnya, rambut acak-acakan Ivan menunjukkan bahwa pria itu baru saja bangun tidur sama seperti dirinya, namun di mata Aleena Ivan begitu menawan dalam setiap keadaan.
Mata Aleena terpaku menatap bibir Ivan, bibir yang tadi malam telah merebut ciuman pertamanya. Tubuh Aleena memanas mengingat apa yang mereka lakukan tadi malam.
"Menginginkan nya lagi?" Tanya Ivan dengan senyum menggoda. Aleena membulatkan matanya, ia merasakan wajahnya ikut memanas, Aleena yakin sekarang wajahnya sudah semerah kepiting rebus. Aleena merasa malu karena Ivan bisa membaca apa yang sedang ia fikirkan.
"Maksud pak Ivan apa" Aleena memalingkan wajahnya, ia tak berdaya menatap pada Ivan.
"Kamu menginginkan ciuman seperti tadi malam?" Aleena terbelalak dengan jantung yang berdegup cepat, Ivan malah begitu gamblang berucap tanpa disaring sedikitpun.
Aleena berbalik akan kembali ke kamarnya dan berniat menutup pintu karena ia tak bisa lagi menahan rasa malu. Namun dengan sigap Ivan menangkap tangan Aleena dan menariknya hingga tubuh gadis itu menubruk tubuhnya. Ivan dengan cepat meraih pinggang gadis itu dengan erat, tubuh keduanya saling menempel tanpa jarak.
Ivan tersenyum menatap mata Aleena yang masih shock atas perlakuan tiba-tiba pria itu.
"Mau mencoba kabur dari ku?"
Bisik Ivan dengan tersenyum miring.
"Le-lepas pak, aku harus mandi. Ini sudah pagi aku ada jam mengajar pagi ini" ucap Aleena gugup.
"Tapi dengan satu syarat"
"Apa itu?"
"Berhenti memanggilku pak, aku kekasihmu bukan guru mu lagi" Bisik Ivan begitu dekat dengan telinga Aleena, gadis itu merasakan tubuhnya berdesir saat nafas hangat Ivan menerpa telinga dan lehernya.
"Aku bukan... Kita belum resmi menjalin hubungan, aku belum menyetujuinya" Hati Aleena tak tega untuk mengatakan 'Aku bukan kekasih pak Ivan' dan itu disadari oleh pria yang tak sedikitpun melonggarkan pelukan nya pada pinggang Aleena. Ivan tersenyum lebar merasa menang. Sebentar lagi Aleena akan menjadi miliknya.
Jika kemarin Ivan tak berani mengejar Aleena sebelum hubungan nya dengan Rania berakhir karena takut gadis itu tak menaruh perasaan yang sama dengan nya maka berbeda kali ini, ia akan mengejar Aleena hingga tak ada penolakan dari bibir gadis itu mengingat Aleena juga mencintainya.
"Terserah kamu mau memberi nama apa pada hubungan kita saat ini, tapi jangan pernah mencoba melarang ku untuk menyebutmu kekasihku Aleena. Karena aku mencintai mu dan kamu pun sama. Bagiku kamu adalah kekasihku, gadisku, cintaku yang sebentar lagi akan menjadi istriku" Tegas Ivan, tubuh Aleena terasa kaku mendengar pernyataan cinta yang begitu manis dari bibir Ivan.
Bagaimana ia bisa terlepas dari perangkap cinta Ivan yang kokoh sementara hatinya dengan suka rela ingin memasuki penjara cinta pria itu. Otaknya nyaris menyerah bertarung dengan perasaan.
"Jadi bisakah berhenti memanggilku pak?"
Ivan menaikkan alisnya menunggu jawaban Aleena yang menatap takjub padanya.
"A-aku haru memanggil pak Ivan apa?" ucap Aleena terbata.
"Terserah padamu asalkan jangan pak, aku akan sangat senang kalo kamu memanggilku sayang, honey, darling atau baby" ucap Ivan sambil mengulum senyum. Rasa gemasnya sudah mencapai titik tertinggi melihat mata Aleena membola mendengar ucapan nya.
"Aku nggak bisa, nanti ketauan Rania dia bisa mengamuk"
"Baiklah untuk sementara do depan Rania kami boleh memanggilku sesukamu. Tapi kalau hanya kita berdua kamu hanya boleh memanggilku sayang"
"Apa?!"
"Panggil aku sayang saat kita hanya berdua. Kalo kamu masih manggil aku pak atau panggilan lain nya siap-siap aku akan cium kamu" Ancam Ivan, seringai di wajahnya membuat Aleena bergidik.
"Mana bisa begitu"
"Bisa sayang. Karena kamu adalah kekasihku, milikku!" Tubuh Aleena meremang mendnegar Ivan memanggilnya 'sayang' untuk pertama kali.
"P-pak aku harus membersihkan diri kita akan terlambat" ucap Aleena panik. Seketika tubuh Aleena menegang saat Ivan menempelkan bibir mereka. Aleena menutup rapat bibir nya dan berusaha memalingkan wajah agar bibir Ivan terlepas.
"Sudah kubilang panggil aku sayang" Ivan kembali menyeringai. Aleena menghela nafas tak percaya pada sikap Ivan yang kekanakan.
"Baiklah sa-sayang aku harus mandi. Ayo lepaskan" Wajah Aleena memerah memanggil Ivan dengan sebutan itu. Namun anehnya Aleena merasa sangat bahagia, terlebih melihat pancaran kebahagiaan di mata Ivan saat ia memanggilnya sayang.
"Iya sayang" Ivan mendekatkan kembali wajahnya bermaksud mencium bibir Aleena lagi. Namun gadis itu menjauhkan wajahnya.
"Aku baru bangun tidur, aku bau belum gosok gigi" ucap Aleena gugup. Ivan tersenyum dan mengusap puncak kepala Aleena.
"Baiklah hanya cium kening" Ivan mendekatkan wajahnya dan mendaratkan kecupan di kening Aleena, kali ini gadis itu tak menolak. Namun tanpa Aleena duga Ivan kembali mencuri ciuman di bibir Aleena.
"Segeralah mandi, aku akan memesankan sarapan" Ivan kembali mengusap dengan sayang puncak kepala Aleena sebelum melepaskan tangan nya yang melingkar di pinggang gadis itu.
Ivan meninggalkan Aleena yang masih terpaku dengan perlakuan Ivan padanya. Ada letupan kebahagiaan yang membuncah di dadanya yang memaksa bibir Aleena untuk bergerak membentuk senyuman.
Aleena dengan tubuh yang terasa melayang dan senyuman yang enggan terhapus dari bibirnya melangkah dengan bahagia menuju kamar mandinya. Ia merasa sangat bahagia untuk pertama kalinya selepas kepergian sang mama.
Aleena tertegun memandangi wajahnya di cermin. Ia tak bisa membohongi dirinya, ada kebahagiaan yang begitu besar terpancar di matanya. Namun perlahan sinar dimata itu berubah menjadi pancaran ketakutan, ia takut kebahagiaan ini hanya semu, ia takut terlena pada harapan yang akan membuatnya lebih sakit pada akhirnya, karena bagaimana pun juga Ivan bukan lah pria yang bebas saat ini. Ivan masih terikat pada sebuah hubungan dengan gadis lain.
Aleena takut terhempas pada harapan nya yang melambung tinggi. Ia takut menghadapi perasaan nya sendiri.
🍁🍁🍁
Sorry baru sempat up. Hari ini ada kegiatan jadi baru ada waktu buat nulis...
Jadi seperti yang aku bilang sebelumnya kalo aku juga kerja, jadi nggak bisa untuk nulis banyak part setiap hari. Tapi aku selalu berusaha untuk up demi kalian pembaca setia yang menunggu cerita receh aku ini. Makasih untuk pembaca yang bijak dan mau mengerti bahwa author juga punya kesibukan di duni nyata.
Aku sayang kalian...
Btw ada yang pernah berada pada posisi Aleena? 😂😂😂❤️
Mampir thor🙋🙋