Devano Hanoraga, pria dingin yang super rich, perfeksionis, berkuasa, dingin, tegas dan tak takut mati yang menjadi pengusaha hebat dan tak kenal ampun selalu menjadi incaran para wanita yang selalu ingin hidup mewah tanpa ingin bekerja keras.
Ia tak sengaja menolong gadis cantik yang bekerja di Bar milik sahabatnya sebagai pelayan untuk membiayai kuliahnya saat dirinya dijual untuk melunasi hutang judi Kakak tirinya.
Yesica Anastasya, gadis cantik yang terpaksa bekerja di Bar untuk membiayai kuliahnya dan juga untuk membiayai Ibu tirinya yang pemalas dan Kakak tirinya yang senang berjudi.
"Jadilah wanitaku maka aku akan melunasi hutang Kakakmu." Devano.
"Aku bersedia menjadi wanitamu asal kau izinkaan aku melanjutkan studyku." Yesica.
"Deal."
Bagaimana kisah mereka selanjutnya?
Apakah Devano akan jatuh hati hingga sejatuh-jatuhnya pada sugar Baby yang ia tolong dan selamatkan dari Ibu dan Kakak tirinya?
Follow:
Fb: Isti
Ig: istikomah50651
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Isti Shaburu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 24
Yesica dan Vivi saling pandang satu sama lain, mereka seakan berbicara melalui telepati.
“Hei, kalian kok malah pada bengong sih. Hayu kalian pasti lagi ngomongin aku yah.” Luna menunjuk dua sahabatnya secara bergantian membuat keduanya nyengir yang dipaksakan.
“Kok kamu tahu sih kalau kita lagi bicarain kamu? Kamu anak dukun pasti yah?” dengan mengacungkan telunjuk di depan wajahnya menunjuk pada Luna, Vivi bertanya.
“Enak saja aku anak dukun, anak paranormal yang lebih kerenan dikit dong, dukun mah udah ketinggalan jaman.” Luna malah ngebanyol.
“Ah kamu mah maunya yang mengikuti jaman mulu. Lelah Hayati, Bestie.” Vivi meletakkan punggung telapak tangannya di keningnya, sedangkan Yesica hanya tertawa dengan tingkah kocak kedua sahabatnya itu.
Saat mereka sedang asyik bercanda, tiba-tiba saja seorang pria duduk di depan ketiganya seketika membuat Yesica langsung menghentikan tawanya dan menutup rapat mulutnya. Ia langsung merubah sikapnya menjadi canggung.
“Hai Yes, apa kabar? Lama banget kita gak ketemu yah, kamu sulit banget kalau ditemui. Aku kesini beberapa kali kamunya udah pulang duluan, ke Malam Langit kamu gak ada terus, katanya kamu sudah gak kerja di sana lagi. Makanya aku jam istirahat sempati datang siapa tahu ajah bisa ketemu, eh benar saja ketemu kami di sini,” ucap pria itu yang langsung bicara tanpa jeda sudah seperti kereta api saja.
“Kak Riyan ngapain kesini?” tanya Vivi to the poin, ia tak sungkan menunjukkan rasa tak sukanya pada pria yang mengejar Yesica karena Yesica sendiri pun merasa terganggu meski menyukainya.
“Vi, kamu kok ngomongnya begitu sih, Kak Riyan kesini pastilah mau ketemu sama Yesica, iya kan Kak?” Luna menegur sahabatnya yang bersikap ketus pada Riyan seraya beralih pada Riyan, Vivi mencolek pinggang Luna dari belakang membuat gadis feminin tersebut terkejut.
“Aw, apa sih, Vi. Iseng deh main colek-colek dikira aku sabun colek apa,” protes Luna.
“Kamu ih, bisa diam gak sih,” bisik Vivi di belakang punggung Yesica, Luna hanya bergaya menyeleting bibirnya dan menganggung tipis.
“Kak Riyan mau apa mencariku?” tanya Yesica setelah kedua temannya tenang.
“Boleh kita bicara berdua saja? Ada banyak hal yang ingin aku bicarakan sama kamu, Yes. Kita sambil jalan-jalan di taman samping kampus bagaimana?” tanya Riyan mengajak Yesica, gadis cantik itu melihat pada Vivi dan Vivi hanya mengangguk kecil.
“Tapi aku tak bisa lama-lama yah, Kak. Soalnya mau ada mata kuliah lagi,” sahut Yesica.
“Sepuluh menit saja sudah cukup berarti buatku, Yes.” Riyan berucap dengan senyum memesonanya.
“Baiklah.” Yesica bangun dari duduknya. “Gaes, aku ngobrol bentar sama Kak Riyan yah,” pamitnya pada kedua temannya.
“Hm.” Vivi hanya ber hm ria, ia memang tak suka pada Riyan yang terlalu mengejar Yesica karena tahu sahabatnya itu sangat terganggu.
“Oke, Kak,” berbeda dengan Vivi, Luna malah seperti welcome sekali terhadap Riyan.
Keduanya pun pergi setelah berpamitan pada dua gadis cantik sahabat Yesica.
“Kak Riyan mau ngomong apa?” tanya Yesica kembali membuka pembicaraan setelah beberapa detik mereka berjalan di taman.
“Aku merasa kamu seperti menghindar gitu ke aku, Yes. Apakah aku ada salah sama kamu?” tanya Riyan, Yesica merasa bersalah tapi ia tak ingin membuka celah terhadap pria lain mengingat dirinya yang sebentar lagi akan menikah dengan Devano.
“Kak Riyan tak ada salah apa pun ke aku kok, Kak. Aku hanya ingin menjaga jarak saja dengan Kak Riyan,” sahut Yesica tanpa memberitahu alasannya.
“Mengapa kamu mau menjaga jarak dariku? Apa ada yang salah denganku sampai kamu berniat menjauhiku seperti itu? Apakah aku melakukan hal yang melanggar padamu hingga dengan kejamnya kau berbuat seperti itu? Aku sayang sama kamu, Yes. Please jangan menyiksaku seperti ini, aku beberapa hari ini sulit sekali untuk menemuimu sampai hampir gila rasanya,” banyak pertanyaan yang dilontarkan oleh Riyan tapi Yesica tak berniat untuk menjawabnya.
“Di luar sana banyak gadis baik yang menyukai Kak Riyan, aku tak pantas buat Kak Riyan. Kelasku sudah mau dimulai, aku pergi dulu.” Yesica berbalik hendak meninggalkan Riyan, tapi baru beberapa langkah kakinya harus terhenti karena Riyan memeluknya dari belakang.
“Kak Riyan apa-apaan sih, lepasi aku, Kak. Tak enak dilihat oleh orang seperti ini, aku tak ingin orang salah paham dengan apa yang mereka lihat.” Yesica mencoba memberontak melepaskan pelukan Riyan yang erat pada tubuhnya.
“Aku tak akan melepaskanmu sebelum kau membalas perasaanku. Biarkan saja orang mau berpikir apa, aku malah berharap mereka berpikir kalau kita memiliki hubungan spesial,” sahut Riyan yang tak memberi celah sedikit pun untuk Yesica melepaskan diri.
“Kak, kalau Kak Riyan tak melepaskan aku, sekarang juga aku akan berteriak kalau Kakak mau berbuat yang tidak-tidak padaku. Aku juga akan sangat membenci Kakak mulai saat ini,” ancam Yesica.
“Kalau aku melepaskanmu saat ini juga pun kamu tak akan mau melihat padaku. Kau bagaikan embun yang sangat sulit untuk digapai, aku akan kehilanganmu begitu aku melepaskanmu. Please Yes, sekali saja. Sekali saja tolong lihat padaku, aku sudah menyukaimu sedari awal kamu masuk ke kampus ini, tapi kamu tak pernah mau melihat betapa besarnya perasaanku ini padamu. Kau selalu saja menutup matamu dan berpaling dariku.” Riyan yang diancam bukannya takut, ia malah memohon agar Yesica mau melihat padanya dan memberinya kesempatan.
Namun hal itu tak mungkin dilakukan oleh gadis cantik itu. Ia dan Devano akan menikah minggu ini, jadi tak mungkin baginya untuk membuka hatinya untuk pria lain. Ia tak memiliki keberanian itu untuk membuat Devano yang selama ini sudah baik padanya menjadi marah dan murka.
“Maaf, Kak. Meski kau memohon, bahkan kau melakukan apa yang kau suka padaku, aku tetap tak akan melihat padamu. Hatiku sudah dimiliki oleh pria lain yang jauh lebih segalanya darimu. Dia sudah hadir dalam hidupku sebelum Kak Riyan mengatakan suka padaku. Jika Kak Riyan tetap memaksa, maka ma*i akan lebih baik untukku ketimbang menjadi milikmu,” ucap Yesica berdusta, ia mengatakan hal yang bertentangan dengan hatinya dengan begitu tegasnya, ia tak ingin membuat celah sekecil apa pun untuk Riyan berharap padanya.
“Apa kau lebih memilih ma*i dari pada bersama denganku, Yes?” lagi Riyan mengulang perkataan Yesica dengan suara yang parau untuk memastikan.
“Yah, aku lebih memilih untuk ma*i dari pada menghianati orang yang kucintai,” dengan tegas dan tanpa keraguan Yesica menjawabnya, hal itu membuat Riyan menjadi sangat terpukul, ia melepaskan palukannya pada Yesica dan membiarkannya pergi.
Yesica pergi tanpa menoleh pada Riyang yang masih berdiri menatap kepergiannya di belakangnya.
Hatinya terenyuh, tapi ia tak bisa luluh begitu saja, ia tak ingin menghianati Devano yang suda baik pada dirinya.
Tanpa ia sadari Vivi menyaksikan apa yang terjadi, ketika kelas akan dimulai ia berniat menyusul Yesica setelah Luna masuk kelasnya, tapi ia harus menyaksikan adegan yang ia tahu membuat sahabatnya itu menderita.
“Kebahagiaan akan datang padamu kelak, Yes,” gumam Vivi, ia lalu menghampiri sahabatnya itu.
3 sahabat yang sudah menemukan kebahagiaan nya.