Pergaulan di masa putih abu-abu memang sangat menyenangkan. Kebebasan yang di dapatkan kerap kali menjadi jalan yang ia pilih untuk menentukan kedepannya.
Seperti kisah pria tampan yang bernama Raga Mahendra. Ketampanan yang di miliki menjadi incaran banyak wanita. Baik yang nakal mau pun wanita yang baik-baik.
Tanpa ia sadari salah satu di antara banyaknya wanita telah membuat masa depannya terancam. Mengorbankan kesuciannya tak tak lantas membuat wanita bernama Natasha Veronika puas.
Ia meminta pertanggung jawaban pada Raga.
“Apa-apaan kamu? Bertanggung jawab? Tidak.” Tegas Raga menolak.
“Kalau kau memaksa, aku akan menyebarkan video itu.”
Air mata Tasha berjatuhan, ia sadar sebodoh apa dirinya yang cinta mati pada pria seperti Raga.
Hingga akhirnya mereka pun tak lagi bertemu sejak saat dimana mereka telah lulus sekolah.
Akankah mereka bertemu kembali setelah lama berpisah? Apakah semua masalah selesai begitu saja dengan Raga pergi meninggalkan Tasha dengan kenangan buruk? Sementara video keduanya yang hanya menampakkan wajah Tasha sudah tersebar luas di media sosial.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marina Monalisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pemandangan Langka
“Oke, Gara harus semangat tapi pemotretannya. Bagaimana?” Entah apa yang kedua pria beda usia itu bicarakan. Yang jelas Tasha hanya bisa melihat dari kejauhan, sebab Raga menggendong anaknya bicara di ujung kaca jendela ruangan itu.
Tampak dari kejauhan Gara menganggukkan kepalanya sembari bertos ria dengan Raga. Tasha menatap miris sang anak. Sungguh ia sedih melihat keceriaan Gara saat ini.
“Apakah sebegitu pentingnya sosok papi untuk kamu, Gar? Sampai Mami sendiri tidak tahu jika hanya dengan kata-kata pria itu bisa membuat kamu tersenyum dengan bahagia.” gumam Tasha yang kini di buyarkan lamunannya oleh sang anak usai Raga membawanya kembali.
“Uncle janji tungguin Gara kan?” tanyanya lagi sebelum Raga benar-benar menurunkan tubuhnya dari gendongan pria itu.
Raga tampak mengacungkan jempol berjanji. Akhirnya Gara bisa fokus dengan kamera usia berbincang singkat dengan Raga.
Sementara di kursi penunggu, Tasha hanya terus menatap anaknya tanpa sadar jika pria di sampingnya pun turut menatap ke arahnya.
“Kau beruntung memiliki adik selucu dia. Setidaknya hidup menjadi anak tunggal sungguh tak enak dan membosankan.” ucapan yang Raga lontarkan membuat pandangan Tasha beralih ke arahnya.
“Aku pikir anda justru tak tahu arti kata beruntung.” cibir Tasha yang membuat Raga mengernyitkan kening heran mendengar kata ketus dan dingin itu.
Pasalnya ia merasa tak memiliki masalah dengan wanita masa lalunya saat ini. Hingga Raga menggelengkan kepala mendengar ucapan Tasha.
“Maaf, aku pikir jika kau…” Ucapan pria itu menggantung usai mendengar penuturan Tasha kembali memotong ucapannya.
“Kau pikir apa? Masalah yang lama seharusnya sudah tidak di ungkit lagi, begitu?” Raga hanya diam tak bisa berkata apa pun lagi.
Kini Tasha bahkan sudah berdiri dari duduknya. “Jangan pikir semua masalah yang kecil bagimu sama kecilnya bagi orang lain. Bahkan kau tidak sepantasnya masih bisa menghirup udara di luar dengan bebas.” Kembali Tasha duduk dan menatap ke depan.
Melihat wajah dingin Tasha, Raga sama sekali tak berniat mengucapkan sepatah kata pun. Ia tak ingin membuat wanita di depannya semakin menunjukkan rasa tak suka itu padanya.
Setidaknya Raga berpikir jika dirinya saat ini sudah tidak melakukan apa pun lagi yang menurutnya sangat buruk.
Hingga beberapa menit berlalu, pekerjaan Gara pun usai. Dimana Dahlan yang melihatnya juga merasa sangat puas.
“Bagaimana Tasha, apa bisa kita makan siang bersama?” tanya Dahlan yang bergerak cepat menghampiri.
Tasha ingin sekali menolak sayangnya ia belum sempat memberi jawaban, Gara sudah begitu girang menjawabnya.
“Wah Kakak kita akan makan? Perut Gara sudah lapar sekali. Berarti habis makan siang kita baru bermain di mall yah, Uncle?” tanyanya tanpa menunggu persetujuan sang mami.
Mendengar itu Tasha menatap heran, sementara Raga sudah menganggukkan kepala senang. “Tentu saja. Ayo.” Ajaknya dan Gara menggandeng tangan Raga erat.
Pemandangan itu membuat Tasha tak bisa berkutik. Wanita itu hanya bisa melangkahkan kaki mengikuti mereka semua.
“Kak, ayo kemarilah!” Panggil Gara kala melihat sang mami berjalan di belakang. Tasha segera mengejar dan mengimbangi langkah sang anak.
“Eh,” Tasha kaget. Wanita itu menunduk melihat tangannya yang di genggam Gara dan Tasha menoleh ke arah tangan sang anak yang sebelah. Dimana Gara juga menggandeng tangan Raga. Dan kini ketiganya berjalan beriringan.
Sungguh pemandangan yang sangat langka. Beberapa karyawan di perusahaan tampak tersenyum senang melihat pemandangan seperti keluarga kecil yang baru itu.
Bukan hanya mereka, Dahlan yang berjalan di belakang juga tersenyum senang. Ia begitu mengagumi sosok Gara dan Tasha yang ia anggap sebagai adik dan kakak itu.