NovelToon NovelToon
Casanova Kepincut Janda

Casanova Kepincut Janda

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Perbedaan usia / Romansa-Percintaan bebas
Popularitas:184.9k
Nilai: 5
Nama Author: Wiji

Bari abdul jalil, nama yang religius. Kedua orang tuaku pasti menginginkan akun tumbuh menjadi pribadi yang sesuai dengan nama yang diberikan. Tapi kenyataan justru sebaliknya. Saat dewasa justru aku lupa dengan semua ajaran yang diajarkan oleh mereka di waktu kecil. Aku terlalu menikmati peranku sebagai pecinta wanita. Hingga suatu ketika aku bertemu dengan seseorang yang sangat berbeda dari wanita yang aku pacari.
Mau tahu apa bedanya? dan bisakah aku mendapatkan apa yang aku mau?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wiji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32

POV BARI

Sengaja aku tidak datang ke masjid hari ini. Aku berencana akan datang ke rumah Arumi saja setelah isya. Namun, begitu aku sampai di rumahnya, ibu Arumi mengatakan bahwa mereka belum pulang. Padahal jam sudah menunjukkan pukul delapan. Rasanya tak mungkin jika mereka masih di masjid. Tapi aku tetap ke sana untuk memastikan.

Benar dugaanku, masjid sudah sepi. Aku meneruskan perjalanan menuju taman. Barangkali mereka ada di sana. Di tengah perjalanan, aku samar-samar melihat ada dia dua pria yang seperti sedang melakukan kejahatan. Aku tak tahu jelas siapa yang sedang jongkok di dibawahnya dengan menundukkan kepala. Aku melihat pria itu berusaha menarik narik hijab wanita itu. Aku segera turun dan memberi pukulan bertubi-tubi.

Aku sedikit terkejut begitu tahu wanita yang akan di lecehkan pria begundal ini adalah Arumi. Karena rasa terkejut ku membuat aku lengah dan mendapatkan pukulan dari keduanya, membuat sudut bibirku mengeluarkan darah.

Tak butuh waktu lama bagiku untuk memberantas mereka. Dengan amarah dan kemurkaan di ujung tanduk aku menghajar mereka tanpa ampun. Di detik berikutnya mereka lari tunggang langgang meninggalkan ku yang kelelahan.

"Motornya udah aku suruh orang untuk ambil dan bawa ke bengkel. Bagaimana bisa kamu lewat sini? Mau kemana? Udah tahu ini udah malam. Nggak baik berkendara motor kalau sendirian." Aku mengomel dengan melajukan mobil perlahan. Sengaja aku membawanya dengan pelan agar bisa berlama-lama.

"Tadinya mau beli mie ayam langganan kita. Tapi bannya bocor di tengah jalan."

"Bang Alvin nggak ngasih tahu kamu kalau Caca aku ajak jalan? Nggak di kasih juga kartu nama aku?"

"Di kasih."

"Terus kenapa nggak hubungi aku? Udah tahu di sana tadi gelap. Ban bocor ya telepon aku Rum. Kalau terjadi apa-apa sama kalian bagaimana?"

"Ya kan nggak tahu juga kalau bakal begini. Kalau tahu juga nggak akan lewat sini Bar. Ini buat ngelap bibir kamu, masih ada sedikit darah yang keluar." Arumi memberi ku selembar tisu.

"Sakit ya om?" tanya Caca berdiri dan menengok ke arahku.

"Nggak kok. Biasa aja, hanya luka kecil. Mie ayam langganan di sebelah mana sayang? Kita beli di bungkus aja biar nanti bisa makan sama oma ya. Di rumah ada siapa aja Rum?" ucapku pada Caca dan Arumi bergantian.

"Hanya ada ibu."

Aku berhenti di salah satu kedai mie ayam yang tempatnya cukup bersih dan luas. Kedai dengan konsep lesehan itu sudah ramai orang yang bejubel untuk makan.

"Kalian tunggu sini ya, om aja yang turun."

"Ikut," rengek Caca.

"Di sini aja sama bunda sayang, nanti om Bari repot," sahut Arumi.

"Nggak apa-apa Rum. Jangan berlebihan, jangan apa-apa kamu larang, nanti dia juga kalau melakukan apapun jadi takut kamu salahkan."

Aku turun dan membuka pintu penumpang bagian depan. Aku bantu Caca turun dengan pelan dan menggandeng tangannya menuju kedai yang ramai orang.

Aku sengaja duduk di luar, kursi yang paling dekat dengan mobil agar aku juga tetap bisa memantau Arumi. Tanpa diminta Caca duduk di pangkuan ku. Rupanya aku berhasil membuat dia nyaman denganku.

Tak mau melewatkan kesempatan, aku ajak dia ngobrol dan bersenda gurau. Aku akan menciptakan tawa dari bibir Caca agar Arumi terbuka hatinya, bahwasanya Caca merindukan sosok pria yang berperan sebagai ayahnya.

"Tadi bunda nggak telepon om kenapa? Caca nggak di kasih ijin sama bunda kalau jalan-jalan sama om?"

"Iya, aku tungguin om di masjid juga nggak datang-datang. Kata bunda, om lagi sibuk. Ya udah kita jalan-jalan sendiri."

"Besok kan hari sabtu. Sekolah Caca libur kan? Besok Caca mau kemana? Biar nanti om yang ijin sama bunda."

"Aku mau renang om. Udah lama nggak renang. Bunda sibuk terus."

"Ok, kalau begitu kita besok renang ya. Sama om aja kalau bunda nggak mau ikut, Caca bisa renang emangnya?"

"Masih belajar. Ajarin ya om."

"Siap. Om ajarin sampai bisa."

Aku kembali bercanda dengan Caca, aku melirik Arumi yang juga sedang melihat kebersamaan kami. Jika aku tebak, pasti Arumi sedang heran sekaligus kagum padaku karena aku bisa sedekat ini dengan anaknya.

Tak berselang lama, pesanan ku datang. Aku menyerahkannya tiga lembar uang ratusan ribu.

"Kebanyakan mas," kata pak penjual terkejut.

"Nggak apa-apa pak, lebihnya bisa buat beli keperluan kedai. Lumayan kalau di ujung sana di tambah meja. Biar makin ramai yang makan di sini." Aku menunjuk salah satu sudut pojokan yang masih kosong dan cukup jika di tempati oleh empat orang.

"Alhamdulillah. Makasih mas, mudah-mudahan mas rezekinya lancar."

"Aamiin. Nitip doa juga biar saya segera menikah dengan pilihan saya ya pak."

Pak penjual meg-aaminnkan ucapan ku dengan sedikit bingung serta beberapa kali melihat Caca. Aku tahu yang ada di dalam pikirannya, namun aku tak menjelaskan apapun. Aku pergi begitu interaksi kami berakhir.

"Bunda besok aku mau renang sama om Bari ya. Please," ucap Caca begitu sampai di mobil.

"Sudah berapa kali aku bilang jangan menjanjikan apapun pada anakku Bari. Aku nggak mau kalau dia bergantung sama orang lain selain aku," protes Arumi.

"Mau sampai kapan? Kamu nggak bisa begitu Rum. Kamu nggak selamanya bisa jaga dia seorang diri. Akan ada masanya kamu nggak bisa jaga dia. Apa kamu mau nuntut Caca buat jaga dirinya sendiri di usia yang begitu dini? Jangan apa-apa harus berjalan sesuai keinginan kamu."

"Bukan itu maksudnya, aku..."

"Sudahlah Arumi, aku tahu kamu paham dan mengerti perasaan Caca. Kamu paham kalau dia butuh ayah. Itu sebabnya kamu selalu menjauhkan Caca dari semua pria yang mendekati kamu. Apakah menurut kamu itu baik?"

Sungguh aku kesal sekali dengan Arumi, dia begitu egois. Karena melindungi dirinya sendiri dan hatinya dari pria, dia sampai mengorbankan Caca. Ingin sekali aku mengatakan pada Arumi bahwa Caca jadi bulan-bulanan teman-temannya karena tak punya ayah. Namun, tak mungkin aku katakan jika ada Caca di antara kami.

"Jangan hanya pikirkan hati dan diri kamu sendiri. Biarkan Caca bahagia, jika letak kebahagiaannya ada padaku. Maka biarkan aku yang membahagiakan Caca. Nggak apa-apa kalau kamu nggak terima pinangan aku, nggak masalah kalau kamu nutup hati buat aku."

"Bari aku ibunya, kenapa kamu yang jadi atur-atur aku?"

"Bukan ngatur Arumi, tapi aku membuka hati kamu. Buka pikiran kamu."

"Udah om, Bunda jangan bertengkar."

Aku dan Arumi diam begitu mendengar suara permohonan Caca. Ah baru kali ini aku merasa kesal dengan Arumi. Aku bingung harus menggunakan cara dan bahasa seperti apa untuk memberi pengertian pada wanita ini.

Sekitar pukul sembilan lebih sepuluh menit kami sampai di rumah. Ibu Arumi nnampaknya menunggu kedatangan anak cucunya. Hal itu terlihat dari duduknya yang gelisah di teras.

"Oma. Aku bawa mie ayam kesukaan kita," teriak Caca girang.

"Cadar kamu kemana?" Pertanyaan yang tiba-tiba saja muncul dari mulut ibu Arumi.

"Ceritanya panjang bu. Masuk dulu yuk!"

Arumi berjalan masuk lebih dalam ke rumah dengan ibunya. Tak berselang lama, mereka kembali dengan Arumi yang sudah memakai cadar dan empat mangkuk di tangannya. Sedangkan ibunya membawa air putih.

"Terimakasih ya nak Bari sudah nolong anak cucu ibu."

"Nggak perlu sungkan begitu bu. Siapapun yang ada di posisi Arumi pasti akan saya bantu." Aku merubah panggilanku pada ibu Arumi. Rasanya tak enak jika beliau selalu menyebutkan dirinya ibu, namun aku memanggilnya tante.

Kami melanjutkan makan dengan hikmat. Sejak tadi Caca tak lepas dan tak mau jauh dariku. Sesekali aku bersikap manis pada anak itu dengan memberikan suapan dan juga ciuman kecil di wajahnya.

Ibu Arumi haya tertawa dan senang dengan kedekatan kami. Sedangkan Arumi hanya diam saja. Mungkin dia kesal karena anaknya yang melupakan dirinya.

"Inilah yang aku tidak suka jika Caca dekat dengan pria manapun." Tiba-tiba saja suara Arumi terdengar tak lama setelah ibunya pamit ke belakang.

"Kamu cemburu jika Caca dekat dengan orang lain? Aku baru tahu ada manusia se egois kamu. Dia dekat denganku, dia bahagia Arumi. Jangan hanya pikirkan cemburu kamu. Mau dekat dengan siapapun asal Caca bahagia kenapa nggak? Harusnya itu yang kamu pikirkan."

Aku beranjak ke belakang untuk meletakkan piring sekalian pamit pulang. Aku ingin Arumi melihat sisi lain dariku dan memikirkan ucapan ku.

"Om Bari pulang dulu ya sayang. Besok om jemput jam sembilan pagi. Mau dengan bunda atau tidak kita akan tetap renang."

Caca mengangguk senang.

"Jangan mengajari anakku untuk durhaka Bari!" kata Arumi tegas.

"Memang aku ajarkan apa? Ngajarin Caca buat melawan kamu? Nggak kan? Bu aku pamit pulang ya."

Sengaka aku cepat-cepat pergi dari sana. Aku tak ingin berdebat dengan Arumi lebih lama, panjang dan akan merembet kemana mana.

Bersambung

1
Harjanti
lha tegas gitu dong bari..
Ani Yuliana
itu dia 5thn baru hamil, keguguran, trus rahimnya d angkat sis 🙏
Harjanti
arumi belagu...
Duda Fenta Duda
bukan kumpul sapi bari tapi kumpul monyet😁😁
Kusii Yaati
celap celup tp di bibir sama aja bohong bari,itu bibir kamu bekas lumatan cewek2 kamu🙉
Erlinda
kok aq seperti membaca diari ya bukan novel
langit
mantap cerita nya
langit
apakah tasbih? benda kecil yg dimaksud?
Fitriyani
bgtu syng nya Arkan sm istrinya,tp bs bgtu brutalnya Dy SM Arumi,,,🤦
emang sih Dinda org yg Dy cinta,tp bs Dy lgsg brubah psiko SM Arumi..
Fitriyani
untung tiba2 Aksan bs menyikapi bijak...
Fitriyani
apa sih krj Arkan tu Thor,kq Dy bs LBH brkuasa gt dr bari....
Fitriyani
mgkin sebagian orang akan menganggap sikap Arumi salah n brlebihan,tp mnrt q,,sikap Arumi udh benar.mengingat gmn sikap Arkan terdahulu.klo q ada d posisi Arumi,aq jg akan mlkukn hal yg sm,aq g akan rela org yg dulunya g prnh mngakui ank,bhkn mnyiksa lahir batin,skrg tb2 dtg butuh pengakuan,,
mamp*s aja Lo Arkan😠
Fitriyani
jgn bilang nti xan sibuk mau ngrebut hak asuh Caca y.....
Abid
Biasa
linamaulina18
BNR t ibu, msh single blm tentu menjaga k hormatnya
linamaulina18
lumayan
linamaulina18
jgn2 anknya dokter yg bercadar itu lg
linamaulina18
🤣🤣🤣🤣
linamaulina18
bgs deh kirain ska celap celup
linamaulina18
selain tampan dirimu ska celap celup jg gt aja bangga ckckck
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!