Luna And System

...■▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎■...

Saat ini, Luna sedang pergi ke sekolah mengunakan motor sport besar Ducati nya.

Hal ini dikarenakan video call dari ayah dan ibu nya yang mengunakan bahasa Mandarin malam sebelum nya.

"Luna, ayah dengar kamu tidak mengunakan kendaraan yang ayah dan ibu siap kan! Apakah kamu tidak suka? Kalau iya, ayah akan berikan yang baru," ucap Xiao Yan.

"Tidak usah, ayah. Itu cukup hanya saja aku masih sekolah. Rasa nya belum pantas mengendarai nya karena aku masih sekolah," jawab Luna dengan senyuman kecil.

Saat Luna berbicara seperti itu, Putra yang ada disampingnya sontak menyela.

"Aishh ... Kakak licik! Masa aku diantar pake supir dan mobil mewah sedangkan kakak hanya mengunakan motor matic," ucap putra.

Putra sendiri sudah belajar bahasa Mandarin jadi, dia pun bisa berkomunikasi dengan kedua orangtuanya.

"Tuh kan. Kamu saja yang terlalu malu," ucap Xiao Lin.

"Luna. Sekarang, Kamu bukan Luna Dwi Samudra tapi Xiao Luna. Tunjukkan kepada mereka siapa putri terbaik ayah dan ibu!"

"Baik, ayah. Ibu," jawab Luna dengan senyuman kecil.

Sesaat kemudian, Luna mengalihkan topik pembicaraan.

"Ngomong-ngomong, sekarang. Ayah dan Ibu sedang dimana?"

"Ayah sedang berada di Amerika. Disini banyak permasalahan yang harus diselesaikan," jawab Xiao Yan.

"Kalau ibu di Afrika. Meski begitu, kalian jangan sedih! Ulang tahun kalian berdua pasti kami akan datang ke Indonesia," jawab Xiao Lin.

"Baik, ayah. Ibu. Kami mengerti," jawab serentak Luna dan Putra.

Setelah itu, panggilan video pun berakhir.

Dan, itulah sebabnya Luna mengendarai motor Ducati nya.

Setibanya di gerbang sekolah, Luna menjadi pusat perhatian semua murid bagaimana tidak.

Luna pergi ke sekolah dengan mengunakan jaket kulit hitam, helm hitam mengkilap dengan motor nya bahkan di tempat parkiran motor ada motor sport juga menjadi kalah saing.

Semua murid menjadi heboh dengan sosok yang ada dibalik helm hitam dan saat Luna membuka Helm, seluruh murid sontak lebih terpesona dengan Luna. Apalagi Luna menanggapi nya dengan senyuman kecil.

Setelah itu, Luna turun dan merapikan rok panjang nya agar celana yang digunakan nya tertutup oleh seragam. Awalnya, Luna mengunakan rok pendek namun, sesaat mengunakan motor Ducati. Dia memutuskan untuk menyembunyikan celana panjang nya didalam rok.

Luna pun melangkah dengan santai kedalam kelas yang mana seperti hari sebelum-sebelumnya. Ada yang suka adapun yang tidak suka dengan kehadiran Luna.

Meski begitu, Luna tidak mempedulikannya apalagi dia cukup senang meski hanya memiliki Sania sebagai sahabat nya.

"Sania, selamat pagi!"

"Pagi, Luna. Oiya, kamu sudah mengerjakan PR belum? Kalau udah, boleh lihat gak?" pinta Sania.

Luna tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Lalu, dia memberikan buku nya.

"Ini."

"Terimakasih, Luna," jawab Sania yang langsung mengerjakan PR nya.

Lalu, Alexa yang melihat itu sontak menyindir nya.

"Apa tidak malu menyontek seperti itu? Juga memberikan contekan dan membuat mereka semakin bodoh."

Luna tersenyum kecil, "Itu lebih baik. Sebagai orang pintar, kita harus berbagi kepada orang yang membutuhkan. Tidak hanya berdiam diri membiarkan mereka yang bodoh tetap bodoh dan yang pintar terus menyombongkan diri diatas tanpa mempedulikan sekitar nya."

"Cih! Iya aja lah!" gumam kesal Alexa.

Luna pun tersenyum menanggapi ucapan Alexa begitu juga kepada Sania.

Beberapa saat kemudian, Bu Rani datang hingga membuat seluruh murid duduk rapih dan Bu Rani memulai pembicaraan nya.

"Sebelum dimulai kelas, ada beberapa pengumuman yang harus ibu sampaikan! Taufik, silahkan maju kedepan!"

Sosok murid berkacamata dengan rambut rapih maju kedepan kelas dan memulai perkataan nya.

“Ada beberapa yang harus saya diskusikan yaitu memutuskan peserta tournament olahraga dan juga pemilihan ketua kelas!”

Beberapa murid di kelas sedikit terkejut heran mendengar itu. Memahami situasi itu, Bu Rani menyambung ucapan Taufik.

“Pemilihan ketua kelas ini dikarenakan Taufik akan berpindah sekolah ke luar negeri bulan depan maka dari itu, Taufik harus mencari pengganti jabatannya."

“Apakah ada relawan?” tanya Taufik yang melihat sekeliling kelas.

Disaat Taufik menanyakan itu, semua teman sekelas terdiam dan menundukkan kepalanya karena diri mereka yang tidak ingin menjadi ketua kelas tidak terkecuali Luna. Dia pun enggan untuk menjadi ketua kelas.

“Tak ada seorang pun?” tanya Bu Rani seraya melihat sekelilingnya.

Akan tetapi semua murid dikelas tidak ada yang mengajukan malah bersikap tidak peduli.

Tak lama kemudian, Sania berdiri dan mengatakan sesuatu.

"Bu Rani, Taufik. Saya menyarankan Luna untuk menjadi ketua kelas. Sosok nya yang heroik melawan kaum bangsawan membuat nya pantas untuk menjadi Ketua kelas."

Luna yang sedang bersantai sontak terkejut dan langsung berbisik, "Sania, kamu bicara apa?!"

Tiba-tiba Alexa juga mengangkat tangan nya, "Saya juga mengajukan Luna untuk menjadi ketua kelas."

Luna yang mendengar itu, dia sontak menoleh kearah Alexa yang mana Alexa berbicara tanpa mengeluarkan suara, 'Mampus, lu.'

Tidak hanya Alexa, beberapa murid lain juga setuju untuk Luna menjadi ketua kelas.

Melihat situasi itu, Taufik mempertanyakan Luna.

"Bagaimana menurut mu, Luna?"

Pertanyaan itu membuat seluruh perhatian tertuju kepada Luna. Dia pun menghela nafas panjang lalu, berdiri.

"Baiklah. Aku terima menjadi ketua kelas."

Mendengar itu, semua murid di kelas bertepuk tangan dengan ekspresi senang kecuali Alexa dan Raffi. Walau begitu, Luna tidak mempedulikannya.

"Luna, selamat!" ucap Sania dengan senyuman kecil.

Luna yang mendengar itu sontak menoleh kearah Sania dan memberikan senyuman kecil juga kepada nya.

...■▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎■...

*) Besok hari Minggu, Luna And System libur dulu ya. Sampai bertemu di hari Senin ☺️