MY SWEETIE BOYFRIEND

"Bagaimana saksi?" tanya Pak penghulu.

"Sah."

"Sah."

Semuanya mengucapkan hamdalah karena Dion dan Dila sudah menjadi pasangan suami dan istri secara agama dan negara.

Dari atas kamar pengantin, Dila, Anna, serta Maya juga mengucapkan hamdalah. Dengan sekali ucap secara lantang serta jelas, Dion mengucapkan ijab kabul yang membuat Dila terharu mendengarnya.

Kehidupan baru Dila dimulai sekarang, bersama seorang pemuda tampan nan muda, dan satu hal, pria itu sangat tergila-gila padanya.

Anna dan Maya mengiringi langkah Dila menuruni anak tangga satu per satu. Senyum kebahagian terukir jelas di bibir manis Dion takkala memandang wanita cantik yang sudah sah menjadi miliknya.

Dila duduk di samping Dion, mengecup punggung tangan pria yang sudah sah menjadi suaminya. Cincin permata berinisial nama dari pasangan tersebut, tersemat indah di jari manis Dila serta Dion.

Keduanya menandatangani surat-surat nikah lalu berfoto bersama sebagai kedua mempelai. Reyhan terharu karena merasa bahagia melihat wajah kebahagian dari mama serta papa tirinya. Sekarang sahabatnya sudah berubah status menjadi papa tiri.

Dila dan Dion memohon restu kepada Bastian terlebih dulu. "Papa ... Dion minta maaf atas segala kesalahan yang selama ini Dion perbuat. Dion meminta restu pada Papa untuk menjalani kehidupan rumah tangga bersama dengan istri Dion."

Bastian menepuk pundak Dion, lalu mendaratkan kecupan di kening. "Papa merestui kalian berdua. Semoga pernikahan kalian selalu dilimpahi dengan segala kebahagian."

Setelah itu giliran Dila yang bersalaman bersama Bastian. "Maafkan segala kesalahanku, Bas. Aku memohon restu padamu."

Bastian mengecup kening Dila. "Aku merestui kalian. Semoga kehidupan rumah tangga kalian selalu bahagia dan selalu dalam lindungan sang Maha Pencipta."

Selepas itu, Dion dan Dila bersalaman dengan para kerabat Dila yang datang menjadi saksi pernikahan keduanya.

"Mama ... selamat yah," ucap Anna sembari merangkul Dila.

"Terima kasih, Sayang," balas Dila.

Anna beralih pada Dion. "Papa ... selamat." Istri Reyhan itu mengecup punggung tangan Dion.

"Selamat, Ma," ucap Reyhan dengan mengecup kening Dila. "Semoga Mama selalu diberi kelimpahan kebahagian."

"Kamu juga, Sayang," sahut Dila.

Dion tersenyum saat giliran Reyhan yang memberi ucapan selamat kepadanya. Langsung saja pria itu mengulurkan tangannya agar disambut oleh Reyhan.

"Selamat, Dion," ucap Rey.

Dahi Dion berkerut. "Aku sudah menjadi Papamu. Panggil aku Papa."

Reyhan melirik Dila yang menganggukkan kepala seolah dia juga setuju dengan pernyataan yang Dion utarakan.

Sepertinya aku bakal ditindas oleh Dion," batin Rey.

Ayo Reyhan ... kapan lagi kamu mau mengecup punggung tanganku," batin Dion.

Meski berat hati, Rey tetap melakukan apa yang seharusnya pria itu lakukan. Bagaimanapun, Dion sudah menjadi bagian dari kehidupan Dila dan sudah berstatus sebagai papa sambungnya.

Reyhan mengecup punggung tangan Dion. "Selamat, Papa."

Dion merangkul tubuh Reyhan. "Terima kasih, Nak. Terima kasih."

"Biasa saja, Dion. Aku merasa risih menyebutmu Papa," ujar Reyhan.

Dion melirik Dila. "Sayang ... anak kita tidak menyukaiku."

"Reyhan ... Dion sekarang papamu," ucap Dila.

Reyhan menghela napas. "Iya, Ma."

Giliran Diki dan Maya yang memberi ucapan selamat kepada Dion serta Dila dengan disusul oleh para tamu lainnya.

"Dik ... jamunya sudah kamu siapkan?" tanya Dion dengan berbisik.

"Tenang saja. Pokoknya malam ini, mama Dila pasti kelelahan," ucap Diki tertawa geli.

"Pelankan suara tawamu," bisik Dion. "Nanti Reyhan dengar."

"Kamu harus tahan sampai malam nanti. Siang ini jangan buat mama Dila letih dulu," saran Diki.

"Beres," bisik Dion.

Reyhan sedari tadi melihat kedua sahabatnya asyik berbisik di tengah para kerabat yang memberi ucapan selama kepada mempelai pengantin.

"Apalagi yang direncanakan mereka berdua?" gumam Rey.

"Paling buat acara nanti malam," sahut Anna.

"Nanti malam?" ulangnya.

"Kayak kamu enggak pernah jadi pengantin saja," cetus Anna.

...****************...

Kedua keluarga sudah berada di halaman hotel sebab resepsi diadakan dengan tema garden party. Dion sudah berdiri di atas panggung, di mana ada sebuah lingkaran bunga-bunga di belakangnya.

Tema yang mengusung warna putih, dibuat sederhana, tetapi terkesan eksklusif. Hanya tamu-tamu pilihan saja yang diundang ke dalam acara tersebut.

Dila memakai gaun pengantin berwarna putih yang dirancang khusus oleh menantunya Anna. Rambut panjang Dila, disanggul dengan menyisakan anak rambut di sisi kanan serta kiri telinganya.

"Mama sangat cantik," ucap Maya.

"Terima kasih, Sayang. Kamu jangan terlalu lelah ... kamu lagi hamil besar," ucap Dila.

"Mama tenang saja. Aku tidak apa-apa," sahut Maya.

"Ma ... Rey sudah siap buat mengantar," celetuk Anna.

Rey muncul dari balik pintu. Pria itu bertugas membawa Dila menuju pelabuhan cinta bersama Dion.

"Mama cantik," puji Dion.

"Kamu bisa saja," ucap Dila malu.

Reyhan memberi lengannya untuk digandeng oleh Dila menuju ke tempat acara. Sebuah alunan musik romantis serta taburan bunga disertai lampu kerlap-kerlip, melengkapi langkah Dila menghampiri suaminya.

"Aku serahkan bidadari hatimu," ucap Reyhan sembari mengulurkan tangan Dila.

"Terima kasih sudah mengantarkan bidadari hatiku," balas Dion.

Acara resepsi dimulai. Pembawa acara memberi sebuah mic kepada Dion untuk mengucapkan sebuah kata kepada sang istri tercintanya.

Dion meraih sebelah tangan Dila. "Apa yang bisa kukatakan? Tiada kata-kata yang bisa untuk aku ungkapkan kepada istriku."

Suara riuh rendah para tamu bersorak dan menginginkan kelanjutan dari apa yang pria itu ucapkan.

"Kata-kata cinta, semua itu sudah aku ucapkan dan mungkin istriku malah bosan mendengarnya," sambung Dion.

"Aku tidak bosan, Sayang," sahut Dila.

"Yang ingin aku katakan adalah. Aku bahagia. Bahagia hingga aku kehilangan kata-kata untuk mengucapkannya. Kamu berdiri di depanku memakai gaun pengantin. Ini seperti mimpi, tetapi aku sudah memastikan jika ini bukan mimpi. Kamu nyata. Kamu sudah menjadi milikku." Dion mengecup kening Dila. "Aku ingin mengatakan, bahwa aku adalah milikmu dan kamu adalah milikku. Kita adalah satu. Satu cinta dan satu jiwa."

Dion memeluk Dila erat, kemudian mendaratkan beberapa kecupan kecil di bibir sang istri.

Semua tamu yang hadir bertepuk tangan hingga ada yang bersiul dengan mendentingkan gelas sloky yang mereka pegang.

"Kami ingin punya suami seperti papa Dion," ucap Anna serta Maya serempak.

"Apa?!" kaget Reyhan dan Diki.

"Mengapa papa Dion sangat romantis," celetuk Anna dengan memegang kedua pipi. Mendengar perkataan Dion, membuat hati semua wanita meleleh.

Bukan perkataan cinta ataupun kata-kata puitis yang pria itu ucapkan. Namun, Dion mengungkapkan apa yang hatinya rasakan kepada seorang wanita yang paling dicintainya.

"Aku ingin diperlakukan seperti mama Dila," sahut Maya.

"Memangnya kami tidak romantis?" tanya Rey serta Diki.

"Kalian cuma bisa main diranjang saja," seloroh Anna dan Maya.

Diki menghela napas. "Aku harus banyak belajar dari Dion."

"Aku juga harus bersikap manis seperti Dion," sahut Reyhan.

Bersambung.

Dukung Author dengan vote, like dan koment.