Liburan yang menyenangkan berakhir hancur tersapu ombak akibat hal kecil. Membuat dua orang sahabat terjebak di pulau pribadi dengan cinta penuh misteri.
Bagaimana bisa gadis miliarder yang super tengil mendadak bangkrut karena ulahnya sendiri. Dan di masa sulitnya ia bertemu pun dengan kuli kampung yang mampu memalingkan dunia penuh masalahnya.
Namun apakah dia benar-benar kuli kampung? Atau hanya bermain di atas panggung sandiwara dibalik dunia gelapnya.
••••
Novel ini pernah dibikin komik dengan judul berbeda tapi gak dilanjut lagi, kalau pernah liat itu ada di akun lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceyra Azaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
[Bermartabat Layaknya Pemimpin]
Siren bersungut iba melihat Chai Tea bersedih dalam diam, jadi ia pun mendekat lalu berjongkok di samping. Menemani Chai Tea yang sedang bergelut pikiran dalam benak.
"Tolong jangan lakuin hal bodoh lagi hanya karena tergiur sama uang! Hampir aja kamu kena masalah."
"Gadis-gadis itu hanya ingin mengerjai-mu karena mereka cemburu saat kamu dekat dengan Sky." Jelas Siren sambil meraba pasir putih yang lembut.
"Iya, ini memang salahku. Makasih bantuannya tadi, aku hampir dipidana kalo aja kamu tidak datang membantu."
"Huuh! Umm."
"Btw... Kamu temannya Navy, kan? Jadi gimana bisa kamu mengenal Nona Kane?"
"Aku dan Navy bukan teman, hanya saja berhubungan dekat karena terpaut pada bagian keluarga dasar. Sedangkan Nona Kane, kamu hanya kerabat dekat."
"Keluarga dasar? Aku kayaknya pernah dengar deh?" Decak Chai Tea, menukik penasaran.
"Oh ya! Aku lupa mengenalkan diri, aku Siren Alvarez." Ucap Siren, mengulurkan tangannya untuk berjabat.
"Eh iya! Panggil aja aku Chai Tea."
"Aku udah tau kok! Kamu terkenal bikin ulah di pulau ini, namamu sudah tersebar luas."
"Hah? Serius, gila banget!"
"Tunggu! Kamu bilang Alvarez? Aku kenal, nama itu cukup famous. Jadi kamu salah satu anggota keluarga yang berpengaruh?"
"Jangan lebay! Aku hanya orang biasa! Keluargaku memang terkenal tapi bukan berarti aku juga terkenal."
Jelas bila Siren tengah menutup-nutupi latar belakang keluarganya, wajar saja karena Alvarez sangat tertutup akan kehidupan dari dunia luar.
Chai Tea mengetahui beberapa informasi dari Zee, sang kakak sempat membahas tentang Organisasi Ombra Noir yang berkedok sebagai keluarga empat dasar dan berdiri sebagai pebisnis sukses di depan publik, yang padahal mereka menjalani bisnis ilegal.
Walaupun demikian, tidak dengan Navy yang selalu menampilkan kehidupan secara publik di media sosialnya sebagai selebgram yang sangat yang mencolok. Siren lebih menutup diri dengan penampilan biasa.
Dengan rambut panjang hitam berkilau dan setelan jaket berwarna cream dengan crop top gelap. Sosoknya tampak misterius namun begitu damai, suaranya lembut dan menenangkan seperti nyanyian laut.
...----------------...
Di kedai kopi, Sky dan Dylan sedang duduk beristirahat setelah menyelesaikan pekerjaannya.
"Panas banget! Sky gimana nih aku bakal jadi hitam."
"Huuh! Mau hitam, hijau, merah sama aja, kamu tetap kayak dugong."
"Serius dikit Sky! Aku udah bantuin kamu ngangkat barang, tanpa digaji!" Dylan menekankan kata terakhirnya.
"Keluargamu sudah digaji sama nenekku, kamu mau apa lagi?" Cebik Sky, mengangkat keningnya.
"Aaahh! Sky mah bercandanya kelewatan."
Disaat sedang mengobrol, mereka di hampiri oleh ketiga pria tadi yang kemudian menyerahkan kamera milik Chai Tea kepada Dylan.
"Apa ini? Kamera paparazi lagi?"
"Bukan, itu milik Elissa Rostova."
"Owalah, ceweknya Sky toh?"
Dylan pun sumringah mengecek hasil jepretan yang cukup memuaskan.
"Sky, lihatlah! Cewek kamu cukup berbakat menjadi fotografer walaupun gadungan." Sindirnya, terbahak-bahak seraya menyerahkan kamera itu kepada Sky.
"Aku ingat, dia pernah bergabung pada eskul fotografi semasa SMK dahulu. Umm lumayan!" Sambung Sky, dibuat kagum melihat dirinya sendiri di dalam foto.
Setelah mendengarkan infomasi dari para penjaga, Sky dibuat sedikit kecewa kepada Chai Tea yang terlalu berani mengambil keputusan untuk mendapatkan uang secara instan. Beruntung Dylan tak mempermasalahkannya, dia malah menyukai foto-foto tersebut.
Akhir-akhir ini tidak ada lagi pergerakan dari paparazi musuh yang biasanya mengintai dari kejauhan. Tapi meskipun demikian, tak akan ada yang bisa menurunkan kewaspadaan dari para penjaga.
Untungnya ada ratusan bawahan yang bertugas menjaga keamanan pulau diberbagai tempat hingga melakukan penyamaran menjadi para wisatawan.
Tetapi ada seseorang yang dapat memicu perhatian, tingkah Chai Tea benar-benar diluar perkiraan, terlalu random, Sky pun selalu saja dibuat geleng-geleng kepala karenanya.
"Zee, mengapa adikmu kelewatan batas nakalnya?"
"Izinkan aku mendidiknya agar dia menjadi orang yang lebih baik." Sky bergumam, bibirnya tersenyum tipis.
...----------------...
Di sisi lain.
Cherry sedang duduk di gazebo kayu dengan beberapa jajanan yang telah ia borong kini menumpuk di sampingnya. Seraya menikmati banyak cemilan, ia tetap menunggu di sana sampai temannya kembali, entah kemana Chai Tea menghilang tanpa memberitahunya terlebih dahulu. Teleponnya juga tidak aktif.
"Astaga! Lama banget tuh anak pergi!"
"Dari tadi hanya aku yang mengantri sendiri."
"Aku habiskan semua makanan ini baru tahu rasa kamu!" Gumam Cherry tak jelas sembari menguyah cemilan.
Pada saat mengomel sendiri, tiba-tiba Chai Tea muncul entah datang dari mana.
Dia juga memasang wajah cemberut bagaikan langit suram yang akan segera turun hujan, berbeda sekali dengan dirinya sesaat yang lalu, Chai Tea tampak begitu ceria dan bersemangat bagai dunia ini hanya miliknya seorang.
Cherry mulai curiga kalau kali ini temannya pasti telah membuat masalah lagi, tak hanya itu, ia juga sadar bila Chai Tea kembali tanpa memegang kamera di tangannya, mungkin itulah penyebab yang membuat dia terlihat muram.
"Jadi apa kamu akan mengungkapkannya sendiri dengan jujur kali ini? Atau aku yang akan membuka paksa mulutmu agar bicara?" Ancamnya sambil menodongkan ujung lidi yang tajam.
"Huuh... Oke! Aku akan mengatakannya."
"Aku dimintai tolong sama remaja untuk memotret orang secara sembunyi-sembunyi, tapi sialnya aku ketahuan dan disangka paparazi."
"Akibatnya kamera milikku disita paksa." Cerita singkatnya, memanyunkan bibir karena kesal.
"Astagaaa..."
Sontak Cherry menepuk jidat lalu menghela nafas. Lagi-lagi ia dibuat lelah dengan kelakuan Chai Tea yang terus saja membuat masalah tanpa habis, sampai-sampai begitu berani melanggar aturan, dia tak memiliki izin sebagai fotografer.
Cherry tahu betul bahwa rata-rata orang elit yang datang ke pulau ini bukanlah wisatawan sembarang yang dapat di potret secara asal.
"Sudahlah! Jangan pikirkan kameramu itu, mungkin nanti sesudah pemeriksaan mereka akan mengembalikannya sama kamu lagi." Hibur Cherry, menyuapi sosis bakar ke depan mulut Chai Tea.
"Kamu tidak mengerti! Aku sangat ketakutan menghadapi pria berbadan besar itu."
"Aku takut akan digondol pergi tanpa sepengatahuan siapapun, bagaimana jika aku tidak kembali lagi, apakah kamu mau mencari-ku?" Bukannya membaik, Chai Tea malah merengek tak jelas, mulutnya dipenuhi sosis.
Cherry mengambil bakso bakar dan menyumpal lagi ke dalam mulut yang berisik itu, benar saja rengekan pun berhenti. Chai Tea mengerutkan keningnya lalu menatap Cherry sambil mengunyah makanan.
"Cher kamu kasar banget, kamu peduli lagi sama aku ya?" Batinnya.
Driing Ding Ding...
Di saat yang bersamaan, ponsel Chai Tea berdering dari saku celana. Begitu dicek ternyata yang memanggil adalah Kane. Sedikit membingungkan sebab tumben sekali Kane yang selalu sibuk bekerja tiba-tiba saja punya waktu untuk meneleponnya.
"Halo Nona!" Chai Tea kesusahan menelan makanannya.
"Chai! Kamu lagi sama Cherry, kan? Bisakah kalian berdua datang ke depan hotel sekarang?"
"Anda terdengar tergesa-gesa, apakah ada sesuatu yang penting?"
"Lebih baik kita bertemu secara langsung supaya aku bisa menjelaskannya!" Ucap terakhir Kane sebelum mengakhiri panggilan.
"Yuk pergi sekarang!"
Langsung saja setelahnya, mereka pun berkemas untuk pergi menemui Kane sekarang.
...----------------...
Di depan hotel, Kane tampak mengurus dekorasi untuk persiapan pesta pembukaan musim panas yang akan digelar pada besok malam. Ada banyak tukang sedang membangun panggung dan membuat kedai kecil, lalu menata bangku-bangku taman di depan layar tancap.
Pesta ini diadakan untuk menghargai para pekerja harian kecil yang telah berkontribusi dengan menyajikan acara meriah yang menyenangkan untuk melepas penat. Semua warga akan memeriahkan dengan hiburan ringan. Para wisatawan pun bebas berpesta di acara pembukaan musim panas.
Sembari mengawasi pekerjaan Kane juga memikirkan menu yang pas sebagai hidangan nanti, disebakan kehabisan ide, ia pun terpaksa memanggil Chai Tea untuk datang kemari agar bisa berdiskusi bersama.