NovelToon NovelToon
Istri Terhina Menjadi Ibu Susu Bayi CEO

Istri Terhina Menjadi Ibu Susu Bayi CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Cinta Terlarang / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Ibu Mertua Kejam / Ibu susu
Popularitas:22k
Nilai: 5
Nama Author: Rere ernie

Arsyi seorang wanita sederhana, menjalani pernikahan penuh hinaan dari suami dan keluarga suaminya. Puncak penderitaannya terjadi ketika anaknya meninggal dunia, dan ia disalahkan sepenuhnya. Kehilangan itu memicu keberaniannya untuk meninggalkan rumah, meski statusnya masih sebagai istri sah.

Hidup di tengah kesulitan membuatnya tak sengaja menjadi ibu susu bagi Aidan, bayi seorang miliarder dingin bernama Rendra. Hubungan mereka perlahan terjalin lewat kasih sayang untuk Aidan, namun status pernikahan masing-masing menjadi tembok besar di antara mereka. Saat rahasia pernikahan Rendra terungkap, semuanya berubah... membuka peluang untuk cinta yang sebelumnya mustahil.

Apakah akhirnya Arsyi bisa bercerai dan membalas perbuatan suami serta kejahatan keluarga suaminya, lalu hidup bahagia dengan lelaki baru?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter - 15.

Rendra kembali pada sikap dinginnya, sementara Arsyi menjaga jarak. Ia tahu batas, wanita bersuami tak pantas terlalu dekat dengan pria beristri meski mereka masih terikat sandiwara.

“Sudah selesai, Tuan? Saya harus pergi, Tuan kecil mungkin haus.”

Rendra menghela napas pendek, suaranya meninggi. “Lain kali biarkan pengawal yang bertindak! Kamu tidak perlu ikut campur! Mengerti?”

Nada tajam itu membuat tubuh Arsyi menjadi kaku, namun matanya tak goyah.

“Saya mengerti, tapi saya tidak menyesal. Jika situasi itu terulang, saya tetap akan melindungi Nyonya Raisa dan Tuan kecil Aidan. Karena bagi saya, itu sama saja seperti menyelamatkan diri saya sendiri. Dulu... saya diam saat keluarga suami memperlakukan saya seperti sampah. Saya biarkan keluarga suami menginjak harga diri dan menyiksa fisik saya. Saya pengecut, dan akibatnya... anak saya tiada. Andai saja saya berani melawan, mungkin anak saya masih hidup. Itu penyesalan... yang tak pernah bisa saya hapus seumur hidup.”

Kata-kata itu menghantam Rendra, sesal tergambar di wajahnya. “Aku…”

Arsyi berdiri, ia menarik napas panjang untuk menahan getir. Senyumnya bisa ia palsukan, tapi tidak lukanya. Bayangan kematian anaknya, membuat jiwanya hancur.

“Saya permisi, Tuan.” Suaranya dingin, tanpa kelembutan seperti biasanya.

Rendra menatap punggung Arsyi, punggung seorang wanita yang sudah terlalu sering dipaksa menanggung derita seorang diri. Saat pintu menutup, ia menggeram dan mereemmass rambutnya dengan kassar.

“Sial! Aku malah menambah lukanya…”

Pria itu berjalan ke meja kerjanya, duduk di kursi. Ia membuka laci, menatap foto lama bersama Raisa dan Rio. Penyesalan menghantamnya lagi, keputusan pengecut. Cinta yang tak pernah terucap, serta janji Rio yang hancur bersama nyawanya.

“Kenapa kau mati, Rio? Kau janji akan melindungi Raisa. Seharusnya kau bawa dia pergi dari rumah itu, bukan mengorbankan nyawamu. Sekarang aku yang melindunginya… tapi rasa ini sudah tak sama. Hatiku, tak lagi bergetar di dekat Raisa.”

Ia menutup kembali laci itu. Namun, alih-alih wajah Raisa, yang terbayang justru malah tatapan sedih Arsyi.

“Astaga, kenapa… Arsyi terus menghantui pikiranku?“ Rendra menutup wajahnya dengan kedua tangan.

Setelah kejadian hari itu, kondisi Raisa semakin memburuk. Ia tak pernah keluar kamar, hanya duduk diam dengan pandangan kosong. Satu-satunya yang ia terima hanyalah keberadaan Arsyi, sementara Arsyi sendiri menjauh dari Rendra.

Suasana rumah berubah tegang dalam beberapa hari terakhir ini. Para pelayan pun ikut tertekan, tak nyaman hidup dalam keheningan yang terasa menekan. Bahkan Sinta mulai gelisah melihat perubahan Arsyi yang menjadi pendiam.

“Mbak, apa Mbak Arsyi bertengkar dengan Tuan? Sudah lebih dari seminggu kalian seperti ini. Bisa tidak… berbaikan? Kami semua jadi sungkan.”

Arsyi menatap heran. Ia memang menjaga jarak dari Rendra, tapi bukan karena merasa punya kuasa. Justru ia sadar, dirinya tak lebih dari seorang pegawai. Seharusnya, kalau memang ada yang salah, Rendra yang menegurnya. Lalu, mengapa pria itu seakan enggan bicara dengannya?

“Aku hanya menjalankan kewajibanku sebagai ibu susu Tuan kecil, tidak lebih. Jadi, untuk apa aku berbaikan dengan majikanku?” Arsyi menggeleng, merasa aneh dengan prasangka para pelayan.

Sinta tak menyerah. “Tapi Mbak… coba bicara dengan Tuan, setidaknya sekali saja.”

“Bicara apa? Kalian tahu sendiri, hubungan kami hanya sandiwara di depan Nyonya Raisa. Di luar itu, tidak ada__”

Ucapan Arsyi terhenti saat Sinta tiba-tiba melotot.

“T-tuan…”

Rendra berdiri di ambang pintu dengan wajah dingin, ia mendengar semuanya.

“Sinta, bawa Aidan keluar!”

“Baik, Tuan.” Dengan cepat Sinta mengambil bayi itu dari gendongan Arsyi, lalu menghilang.

Kini kamar terasa sesak, hanya ada mereka berdua.

“Kau masih marah padaku?” suara Rendra datar.

Arsyi menahan napas. “Saya hanya ibu susu, tidak punya hak marah pada majikan saya.”

Rendra melangkah mendekat, helaan napasnya terdengar berat. “Aku akui, aku salah padamu. Waktu itu aku keras padamu, padahal jiwamu pun sedang terluka seperti Raisa. Aku tidak peka, jadi… bisakah kau berhenti menjauh? Kau ingin aku minta maaf?”

Arsyi tertegun, bibirnya menipis. “Kenapa Tuan berkata begini? Harusnya Tuan memarahi saya, atau mengancam... karena sudah berani bersikap kurang ajar pada Tuan.”

Rendra menatap wanita itu lamat-lamat. “Aku sudah terbiasa denganmu di rumah ini… terbiasa dengan keberanianmu. Jadi, kita berdamai saja. Bukankah kau berjanji akan menyembuhkan Raisa?”

“Sekarang, Nyonya Raisa sudah sering bicara normal dengan saya. Hanya saja... ia belum mau keluar kamar dan bertemu orang lain. Tuan harus bersabar. Sebentar lagi, Tuan dan Nyonya Raisa akan hidup bahagia sebagai suami istri.”

Ucapan Arsyi justru membuat mata Rendra menyala, tangannya tiba-tiba mencengkerraam lengan Arsyi. “Kau tahu aku hanya bertanggung jawab pada Raisa dan Aidan, aku hanya melindungi mereka! Tapi kenapa kau malah mendoakan kami hidup bahagia sebagai pasangan? Kau tidak… cemburu?”

Arsyi membeku, terperangah. “Untuk apa saya cemburu? Kalian memang suami istri, sementara saya hanya__”

“Cukup!” Rendra melepaskan cekalannya, wajahnya dipenuhi amarah. Ia berbalik dan pergi begitu saja.

Arsyi terdiam, kenapa dia harus cemburu?

Langkah Rendra yang menjauh masih terngiang di telinga Arsyi, lengan yang tadi dicekal Rendra masih meninggalkan jejak panas membuatnya gelisah tanpa alasan.

Arsyi duduk pelan di tepi ranjang, dadanya naik turun berusaha mengatur napas.

“Cemburu? Untuk apa aku harus cemburu?” gumamnya, seolah ingin meyakinkan dirinya sendiri.

Namun, bayangan tatapan Rendra barusan terus menghantui. Itu bukan sekadar tatapan marah… ada tuntutan yang samar, ada rasa keinginan yang tak seharusnya muncul dari seorang majikan.

Sementara itu, Rendra berjalan cepat di lorong rumah. Wajahnya tetap dingin, namun pikirannya berantakan. Tangannya mengepal kuat di sisi tubuh, seakan ingin memukul sesuatu atau memaki dirinya sendiri. Ia benci dirinya sendiri, karena hampir kehilangan kendali barusan.

“Cemburu? Kenapa aku harus menanyakan itu pada Arsyi?!“

Ia berhenti di depan jendela besar di lorong, menatap pekatnya malam diluar sana. Bayangan Raisa melintas, wanita yang seharusnya ia lindungi. Namun entah kenapa, justru bayangan Arsyi yang tak mau hilang.

Rendra menutup mata, mencoba menenangkan diri. “Dia hanya pegawai, hanya pegawai…”

Ucapan itu seperti mantra, namun semakin ia mengulang kata itu, semakin hatinya menolak percaya. Ada sesuatu yang berbeda dalam hatinya kepada Arsyi, dia hanya belum ingin mengakui. Keberanian Arsyi, caranya menentang, cara wanita itu berbicara padanya tanpa takut.

Semua itu, membuatnya sulit berpaling. Membuat hatinya yang beku bertahun-tahun setelah ditinggal Raisa menikah, kini seolah... mencair.

Ia menghela napas panjang, seakan tercekiik oleh perasaan yang tak berani ia beri nama.

Apakah ini hanya keterikatan karena keadaan… atau sesuatu yang jauh lebih berbahaya?

.

.

.

Maaf ya Update terkendala, othor lagi gak enak badan. Moga hari ini bisa dobel up, semoga kalian semua juga sehat-sehat ya 😘🫶

1
Azahra Rahma
Rendra semoga kamu datang utk menolong Daniel dan Raisa
Azahra Rahma
kenapa banyak sekali penghianat??? Daniel kamu gak boleh mati,,kamu harus selalu hidup utk menjaga Raisa ,,,dan semoga kalian nnti bisa bersatu hidup bahagia
Indriani Kartini
Thor jangan bwt Daniel m'ninggal ya Thor jodohkn dia dengan raisa
Azahra Rahma
ceritanya makin seru dan makin menegangkan
Heni Mulyani
lanjut
Yuliana Tunru
smoga rendra bisa hancurkan bisnis erlqn dan kkga x agar tak bisa lg berkuasa..smoga selamat raisa knpbtak pindah kota sih..
Tiara Bella
ada aja penghianat nya.....Daniel jangan mati dl Thor.....
Siti Zaid
Pasti seseorang akan menyelamat mereka...Danial dan Raisa😢
Zeni Supriyadi
😭😭 Daniel jgn meninggal dulu siapa yg akan melindungi, menjaga, dan mencintai Raisa ... kasian amat sih mereka, Rendra anak buahnya kurang banyak apa sampai Daniel kalah😭
Aditya hp/ bunda Lia: bener
total 1 replies
Dian Rahmawati
jangan sampe daniel mati
Rohmi Yatun
jgn dibikin mati si Daniel Thor... 🙏
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😘
Zainab Ddi
waduh trnyata uang bikin orang berkhianat
Nureliya Yajid
lanjut thor
Nie
kok Daniel mati trus Raisa bagaimana..
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😍
Zainab Ddi
seru banget ya ceritanya dan bikin tegang bacanya
Dian Rahmawati
rendra semangat menjaga aidan,arsyi,raisya
Siti Zaid
Author..terus..semangat lagi💪💪💪
Nureliya Yajid
lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!