NovelToon NovelToon
Istri Yang Dicampakkan Bangkit Untuk Balas Dendam

Istri Yang Dicampakkan Bangkit Untuk Balas Dendam

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Janda / Selingkuh / Percintaan Konglomerat / Identitas Tersembunyi / Roman-Angst Mafia
Popularitas:15.1k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Tiga tahun Arunika rela menjadi istri yang sempurna. Ia bekerja keras, mengorbankan harga diri, bahkan menahan hinaan dari ibu mertua demi menyelamatkan perusahaan suaminya. Namun di hari ulang tahun pernikahan mereka, ia justru dipaksa menyaksikan pengkhianatan paling kejam, suami yang ia cintai berselingkuh dengan sahabatnya sendiri.

Diusir tanpa belas kasihan, Arunika hancur. Hingga sosok dari masa lalunya muncul, Rafael, pria yang dulu pernah dijodohkan dengannya seorang mafia yang berdarah dingin namun setia. Akankah, Rafael datang dengan hati yang sama, atau tersimpan dendam karena pernah ditinggalkan di masa lalu?

Arunika menyeka air mata yang mengalir sendu di pipinya sembari berkata, "Rafael, aku tahu kamu adalah pria yang kejam, pria tanpa belas kasihan, maka dari itu ajari aku untuk bisa seperti kamu!" tatapannya tajam penuh tekad dan dendam yang membara di dalam hatinya, Rafael tersenyum simpul dan penuh makna, sembari membelai pipi Arunika yang basah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

03. kembali ke Arummuda

Mobil hitam itu berderet memasuki sebuah gerbang tinggi berukir besi yang menjulang kokoh. Lampu-lampu taman di baliknya berkilau seperti bintang, sementara bangunan megah bergaya Eropa berdiri gagah di tengah pekarangan luas.

Arunika menatap dari balik jendela, matanya membesar. Hatinya berdesir, antara kagum, takut, sekaligus tak percaya.

'Inikah … dunia Rafael?'

Dia dulu terbiasa tidur di rumah kontrakan sempit bersama Adrian, kadang lantainya berair ketika hujan deras. Dia terbiasa menahan dingin dengan selimut tipis, bahkan lebih sering terlelap karena lelah berjualan buah seharian. Dan sekarang, ia diantar menuju sebuah istana. Padahal, dia dulu adalah Nona muda dari keluarga Arummuda.

Mobil berhenti di depan tangga marmer. Begitu pintu terbuka, beberapa pria bersetelan hitam langsung membungkuk memberi hormat pada Rafael. Aura wibawa mereka membuat Arunika kian menciut.

Rafael turun lebih dulu, lalu mengulurkan tangannya. Tatapannya tenang tapi tegas.

“Turunlah.”

Arunika ragu sejenak, tapi akhirnya menggenggam tangan itu. Hangat, kuat, dan untuk pertama kalinya dia merasa aman. Langkahnya sedikit bergetar ketika menaiki anak tangga marmer, dan matanya tak henti menatap sekeliling. Lampu kristal bergelantungan, karpet merah terbentang, dan aroma mahal ruangan itu menusuk hidungnya.

Di dalam, seorang wanita paruh baya dengan setelan anggun sudah menunggu. Ia menunduk hormat kepada Rafael.

“Selamat datang, Tuan Muda.”

Kemudian matanya melirik ke arah Arunika dengan raut penasaran.

“Ini Arunika,” ujar Rafael singkat, dingin. “Mulai malam ini, perlakukan dia sebagai Nyonya rumah ini.”

Arunika terhenyak, dia bahkan belum sepenuhnya memahami keputusan Rafael, namun para pelayan langsung menunduk hormat kepadanya. Seolah hanya dengan kata-kata Rafael, statusnya berubah drastis dari pedagang buah jalanan menjadi wanita yang disegani.

Beberapa menit kemudian, Arunika duduk di ruang tamu besar, secangkir teh hangat disajikan di depannya. Tapi ia hanya memandangi uapnya, jemarinya gemetar.

“Aku tidak pantas di sini…” gumamnya lirih, nyaris pada diri sendiri.

Rafael yang duduk di seberangnya mendengar dengan jelas. Dia bersandar, menyilangkan kaki, lalu menatap Arunika tajam.

“Pantas atau tidak, itu bukan keputusanmu, Arunika. Kau di sini karena aku menginginkannya. Dan mulai sekarang, siapa pun yang berani meremehkanmu akan berhadapan denganku.”

Arunika menoleh, menatap matanya. Ada sesuatu di dalam tatapan itu dingin, tapi juga penuh keyakinan. Keyakinan yang bahkan dirinya sendiri sudah kehilangan. Dia menelan ludah, lalu berbisik, “Kenapa aku? Kenapa kau masih menginginkan aku, setelah aku menolakmu dulu?”

Rafael diam lama sebelum menjawab. “Karena aku melihat sesuatu dalam dirimu. Kau bukan sekadar gadis desa atau pedagang buah. Kau punya jiwa yang keras, meski kau tak menyadarinya. Dan aku tahu suatu hari … luka akan membuatmu lebih kuat.”

Kata-kata itu menusuk hati Arunika.

"Satu hal yang harus kau tahu, Arunika ... Kau tetap Nona muda dari keluarga Arummuda,"

Dia menunduk, mengepalkan tangannya erat. Wajah Adrian dan Shila kembali terbayang di kepalanya, begitu juga hinaan ibu mertuanya yang menyakitkan. Amarah yang ia tahan tadi sore kembali berkobar.

“Kalau aku tinggal di sini…” suaranya gemetar, “aku ingin satu hal, Rafael.”

“Bicara.” Rafael mendekat, sorot matanya dalam.

“Aku ingin membalas mereka semua. Adrian, Shila, dan ibunya, Rohani. Aku ingin mereka hancur … seperti mereka menghancurkan aku.”

Senyum tipis Rafael muncul. Dia meraih dagu Arunika, mengangkat wajahnya agar ia menatap langsung ke matanya.

“Itu mudah ... Tapi dengar ini, Arunika ... jika kau benar-benar masuk ke duniaku, tidak ada jalan untuk kembali. Dunia ini keras, penuh darah, penuh dosa. Kau siap?”

Arunika menahan nafas. Hatinya berdegup kencang. Ada rasa takut, tapi lebih besar lagi rasa marah dan sakit hati yang membara.

Ia mengangguk.

“Aku siap.”

Rafael menatapnya lama, lalu melepas dagunya. Ia berdiri, berjalan ke arah jendela yang diterpa hujan.

“Bagus, mulai malam ini, kau bukan lagi wanita yang dicampakkan. Kau adalah istriku. Dan bersama aku, kau akan berdiri di atas reruntuhan mereka.”

Arunika merasakan sesuatu bergetar di dalam dadanya. Untuk pertama kali sejak ia diusir, hatinya menemukan pijakan. Luka yang ia bawa berubah menjadi bara. Malam itu, di kediaman seorang mafia, lahirlah sosok baru dari seorang Arunika.

Keesokan harinya.

Pagi itu, sinar mentari menembus sela tirai tipis kamar megah yang kini ditempati Arunika. Dia terbangun dengan perasaan yang sulit diuraikan, antara mimpi dan kenyataan. Dulu, setiap pagi ia terbangun di kasur tipis kontrakan kecil, dengan bau sayuran busuk dari pasar menempel di udara. Kini, ia terbangun di ranjang empuk, dengan aroma bunga segar di meja kecil di sampingnya.

Pintu kamar diketuk pelan. Seorang pelayan masuk, menunduk hormat.

“Nyonya, Tuan Rafael sudah menunggu di ruang tamu. Beliau ingin mengajak Anda keluar.”

Arunika bergegas bangun. Rambutnya masih sedikit berantakan, tapi ia mencoba merapikannya sebelum mengenakan gaun sederhana yang sudah disiapkan pelayan. Jantungnya berdetak lebih cepat, ia tak tahu Rafael akan membawanya ke mana.

Di ruang tamu, Rafael berdiri dengan setelan abu-abu yang rapi. Tatapannya langsung jatuh pada Arunika.

“Siap?”

Arunika mengangguk. “Kita … mau ke mana?”

Rafael tak menjawab, hanya memberi isyarat agar ia mengikutinya keluar.

Beberapa saat berlalu, mobil hitam itu kembali melaju, kali ini menembus jalanan kota yang semakin ramai di pagi hari. Sepanjang perjalanan, Rafael tetap tenang, sementara Arunika terus menatap keluar jendela, menyembunyikan rasa gugupnya.

Baru ketika mobil mulai memasuki kawasan perbukitan yang sejuk, Arunika menyadari jalanan ini tidak asing. Dadanya bergetar.

“Ini … ini jalan menuju Arummuda,” bisiknya pelan.

Rafael menoleh sekilas. “Benar, sudah tiga tahun kau meninggalkan rumah itu. Hari ini saatnya kau kembali.”

Arunika tercekat, dia menggenggam erat ujung gaunnya. Ingatan masa lalu kembali berputar bagaimana ia meninggalkan rumah itu karena menolak perjodohan dengan Rafael, bagaimana ia lebih memilih Adrian, dan bagaimana sejak itu ia tak pernah lagi berani menatap wajah ayahnya.

Terakhir kali ia melihat sang ayah hanyalah di layar televisi, dalam sebuah wawancara bisnis. Tubuh ayahnya tampak lebih ringkih, tapi matanya masih menyimpan wibawa seorang tuan besar.

'Bagaimana kalau Ayah marah? Bagaimana kalau Ayah tidak mau melihatku lagi?'

Mobil itu berhenti di depan gerbang besi tinggi yang perlahan terbuka. Di baliknya, rumah besar berlantai dua menjulang anggun, dengan taman yang tertata rapi. Seorang pria berbadan kekar segera turun dari mobil depan, berlari membuka pintu untuk Rafael dan Arunika.

Begitu Arunika melangkah turun, udara pagi bercampur aroma bunga mawar langsung menyergap. Matanya bergetar menatap bangunan yang begitu akrab sekaligus asing. Rumah yang dulu ia tinggalkan kini terasa jauh lebih besar dan megah.

Di teras, seorang pelayan yang kebetulan lewat menatap ke arahnya. Wajah pelayan itu seketika berubah, antara terkejut dan gembira. Ia segera berlari ke dalam rumah.

“Tuan Besar! Nona Arunika kembali! Nona kembali!”

Suasana rumah yang semula tenang mendadak bergemuruh. Pintu ruang makan terbuka, suara kursi bergeser terdengar, lalu langkah tergesa memenuhi lorong. Dan di ujung tangga, seorang pria paruh baya muncul. Rambutnya memutih sebagian, tubuhnya sedikit membungkuk karena usia, namun tatapannya tetap tajam. Roman Arummuda, seorang pria yang sangat disegani banyak orang.

Begitu melihat sosok Arunika, tubuh Tuan Roman yang semula lemah mendadak tegak. Ia berjalan dengan langkah pasti, seolah seluruh tenaga kembali ke dalam dirinya hanya untuk momen itu.

“Arunika…” suaranya bergetar, namun penuh kuasa.

Arunika menutup mulutnya dengan tangan, matanya basah. Tiga tahun penantian, tiga tahun penyesalan, tiga tahun kerinduan, kini pecah di hadapan ayahnya.

“Ayah,” bisiknya lirih.

Tanpa sadar, ia berlari menaiki tangga teras, sementara Tuan Roman mempercepat langkahnya. Saat keduanya berhadapan, keheningan singkat mengisi udara, sebelum akhirnya Roman meraih putrinya ke dalam pelukan yang kuat.

“Akhirnya … kau pulang juga, Nak,” suara Roman pecah, namun penuh kebahagiaan.

Arunika terisak dalam dekapan ayahnya. “Maafkan aku, Ayah … aku sudah mengecewakanmu … aku meninggalkanmu…”

Roman menggeleng, menepuk punggungnya dengan kasih sayang. “Tidak ada yang perlu kau minta maaf ... Kau tetap putriku. Dan rumah ini akan selalu menunggumu kembali.”

Di belakang mereka, Rafael berdiri dengan kedua tangan di saku. Wajahnya dingin seperti biasa, tapi ada kilatan puas di matanya. Dia tahu detik itu juga, Arunika bukan lagi wanita yang dicampakkan. Ia kini kembali sebagai putri sah keluarga Arummuda, sekaligus istrinya.

Dan tanpa sepengetahuan Arunika, sehari setelah Adrian mengurus akta cerai, Rafael sudah memastikan buku nikah mereka selesai diproses dengan lancar. Baginya, dengan uang dan kuasa, segalanya bisa berjalan sesuai kehendak.

"Kau berhasil, Rafael. Kau membawanya kembali," kata Tuan Roman dengan bangga.

"Tentu, itu adalah janjiku bukan? Sekarang giliran Anda untuk menempati janji Anda," katanya pelan namun terdengar tegas.

"Maksud kalian?" Arunika menatap kedua pria yang penuh kuasa itu berdiri di depannya. Rafael hanya tersenyum smrik terus menatap Roman dan juga Arunika.

1
Sukhana Ana lestari
Maaf Thor.. bacanya marathon jd belum ikutan komen.. 🙏🏻
Salam sehat ttp semangat... 💪💪😘😘
Sukhana Ana lestari
Assalamu'alaikum..
Salam kenal Thor.. 🙏🏻
Aisyah Alfatih: waalaikumsalam, salam kenal kembali kak..
total 1 replies
Kar Genjreng
looo pada kabur 🏃🏃🏃🏃🏃🏃 Raeder duhhh mesakne podo minggat
ken darsihk
Semakin seruuu aq syukak 👍👍👍
v3r4
Bagus ceritanya👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Kar Genjreng
jadi apa dong mungkin di awal iya,,ingin menikahi putri pembunuh keluarga nya tetapi begitu sudah menjadi pasangan nya rasanya balas dendam tidak penting lagi,,,tetapi ingin menjadi pasangannya,,,semoga langgeng
A.M.G
lanjut
Agunk Setyawan
sama dari awal cerita belum cukup ngerti alur ceritanya
ken darsihk
Aq masih ora mudeng thor , tapi tetap membaca penasaran 💪🏼💪🏼
Kar Genjreng
❤️❤️lope lope sekebon jengkol Bu wong diriku mencintai Arunika,,,,lah terus apa kalau orang tua nya pembunuh terah anaknya jadi pembunuh Yo tidak bu,,,mikir Bu saya tidak di akui jadi anakmu lagi Yo sudah,,,meneri,,, kebetulan 😄😄 ayo kabur sayang Arunika jangan takut ada Ayang Beb di sisi mu 🤣🤣
Aisyah Alfatih: 🤣🤣🤣 ucu na....
total 1 replies
A.M.G
akhirnya kebongkar semoga ini hanya salah paham.
ken darsihk
Sebenarnya perseteruan apa antara orang tua nya Rafael dan orang tua nya Arunika di masa lalu ??
Ma Em
Benarkah Rafael benar2 tulus mencintai Arunika atau hanya pura2 didepan Arunika agar Arunika percaya , semoga saja siapapun yg mau berbuat jahat dan ingin mencelakai Arunika , Arunika selalu ada yg melindunginya .
Sunaryati
Arunika kau akan tetep pemenangnya, walaupun Rafael mungkin pura-pura, pasti masih ada orang yang mau membantumu, karena bukan salahmu, dan mungkin ayah Rafael yang salah
Sunaryati
Saya kira Rafael hanya manfaatkan Arunika, ternyata benar mencintainya, semoga orang yang membekap Aurel, itu orang yang setia pada oran tuanya. Dan Arunika lebih kuat dan kokok serta kecerdikannya bertambah
Piet Mayong
kira kira ini bagian dr sandiwara atau beneran ya???
mikir nihh
Piet Mayong
aku sih masih nebak nebak dgn karakter Rafael ini
A.M.G
buat arunika jadi wanita kuat thor
A.M.G
wah siapa kah wanita itu dia ada di pihak siapa Kira Kira ❓❓❓
Kar Genjreng
ooohhh ternyata Rafael mencintai dengan tulus tidak perduli asal usulnya Prembun ayahnya,,,, terus yang di kurung. siapa di rumah siapa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!