Di tengah masalah pelik yang menimpa usaha kulinernya, yang terancam mengalami pengusiran oleh pemilik bangunan, Nitara berkenalan dengan Eros, lelaki pemilik toko es krim yang dulu pernah berjaya, namun kini bangkrut. Eros juga memiliki lidah istimewa yang dapat membongkar resep makanan apa pun.
Di sisi lain, Dani teman sedari kecil Nitara tiba-tiba saja dianugerahi kemampuan melukis luar biasa. Padahal selama ini dia sama sekali tak pernah belajar melukis. Paling gila, Dani tahu-tahu jatuh cinta pada Tante Liswara, ibunda Nitara.
Banyak kejanggalan di antara Dani dan Eros membuat Nitara berpikir, keduanya sepertinya tengah masuk dalam keterkaitan supernatural yang sulit dijelaskan. Keterkaitan itu bermula dari transfusi darah di antara keduanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon OMIUS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Yang Kelima
“Aku sudah putuskan, Tara enggak bisa perpanjang kontrak rumahnya lagi.”
Tiada penekanan sewaktu temannya berkata, terdengar datar-datar saja selayaknya orang yang tengah bercakap-cakap. Namun, Nitara yang mendengarnya terasa lain. Serasa beroleh penolakan hakim atas upaya bandingnya, sangat mengecewakan.
Tadi siang Delisa, temannya mengirimnya surel. Memberitahukan bila rumah yang selama ini disewanya tak akan diperpanjang lagi kontraknya. Karuan Nitara terperanjat, tidak menyangka sekali Delisa bakal tega mengusirnya dari rumah yang disewanya. Siang ini juga dia lalu bergegas mendatangi rumah Delisa, hendak meminta konfirmasi.
Bukan setahun dua tahun Nitara menyewa rumah yang sekarang dimiliki Delisa, melainkan jauh sebelumnya. Dia hanya melanjutkan tradisi menyewa rumah dari ibunya. Hampir empat puluh tahun rumah itu telah digunakan sebagai lahan usaha ibunya. Sejak tahun 80-an ibunya sudah membuka usaha kuliner di sana.
RM. Sambal Kejora, demikian ibunya menamai usaha kuliner yang berlokasi di Jl. Ahmad Yani Bogor. Sejatinya usaha kuliner ibunya menyanyikan menu-menu khas Nusantara. Meski begitu sesuai dengan namanya, menu ikonik yang menjadi nilai jual adalah aneka macam sambal. Mulai dari sambal terasi hingga sambal kecap dipastikan tersedia di sana.
Nitara sendiri sudah mengambil alih pengelolaan RM. Sambal Kejora dari ibunya. Ia sampai memutuskan keluar dari kantor tempatnya bekerja. Karena dua adik laki-lakinya waktu itu lebih berminat berkarier di industri perminyakan, ibunya sudah lama mempersiapkan dirinya sebagai anak sulung untuk mengelolanya.
Lima tahun dikelolanya RM. Sambal Kejora tetap mampu menjaga eksistensinya, bahkan lebih. Dibuktikan dengan pusingnya Nitara menyediakan lahan parkir untuk pelanggan.
Sebenarnya sedari dulu ibunya sudah menyadari, betapa pun ramainya RM. Sambal Kejora, namun tetaplah menempati lahan milik orang. Ibunya lantas mencari-cari lahan lain untuk mendirikan cabang RM. Sambal Kejora. Paling tidak sudah enam cabang pernah didirikan, termasuk dua yang berlokasi di Jakarta. Sayangnya tiada satu pun yang berkembang, selalu sepi hingga kemudian diputuskan ditutup saja.
Sampai sekarang Nitara masih belum menemukan latar belakangnya, sehingga RM. Sambal Kejora tetap eksis di rumah yang disewa dari Delisa. Sedangkan zaman sudah berubah banyak, pun dengan para pesaing terdekat yang sejak awal mengambil konsep rumah makan modern.
Bandingkan dengan bangunan RM. Sambal Kejora, yang tak hanya terlihat kadaluwarsa dari segi arsitektur, namun aslinya difungsikan sebagai hunian biasa.
Walau kadaluwarsa, namun arsitektur bagunan RM. Sambal Kejora memiliki keunikan tersendiri. Desain khas Indonesia yang di tahun 60-an sempat populer, arsitektur Jengki. Ciri khasnya terdapat pada dinding di bagian muka rumah yang miring ke depan.
Atap bangunan RM. Sambal Kejora mengambil bentuk pelana, sedangkan setiap kusen jendela di sana selalu terdiri dari empat kotak. Ciri khas lainnya pada dinding bagian bawah yang tidak diplester, tetapi menggunakan batu andesit ekspos.
Kendati didesain untuk hunian, namun rumah yang dijadikan lahan usahanya itu terbilang luas, selain juga berlantai dua di mana kamar-kamar seluruhnya berada di atas. Sementara lantai bawah tampak macam aula karena minim sekat dinding.
Ruangan lega di lantai bawah inilah yang digunakan sebagai rumah makan. Meski tanpa dilengkapi AC, namun kondisinya senantiasa adem. Barangkali dikarenakan kawasan Jl. Ahmad Yani Bogor yang rimbun oleh pepohonan besar.
Menarik, semula ibunya sempat kurang tertarik dengan lokasi RM. Sambal Kejora sekarang. Namun, ibunya tak enak hati karena terus-terus didesak papahnya Delisa. Kebetulan mereka berdua berteman baik sedari muda dulu. Saking baiknya pertemanan mereka berdua, papahnya Delisa bahkan pernah menjanjikan pada ibunya, selamanya RM. Kejora tak bakalan terusir. Siapa pun pewaris rumah berasitektur jengki itu dipastikan terlarang untuk menjualnya. Selama RM. Sambal Kejora masih beroperasi, rumah tersebut wajib disewakan untuk ibunya.
Nitara sendiri meyakini bila papahnya Delisa tak semata menganggap ibunya teman baik, tetapi lebih dari itu. Papahnya Delisa sepertinya menyimpan rasa pada ibunya. Terbukti berdasarkan cerita ibunya, papahnya Delisa semasa hidup lebih sering makan siang di RM. Sambal Kejora dibandingkan di rumah. Kepada ibunya, papahnya Delisa kerap berdalih ketagihan pada sambal buatan ibunya.
Alamiah sekali, mengingat paras ibunya yang jangankan semasa muda dulu, sekarang ini pun masih terlalu cantik untuk ukuran wanita paruh baya penyitas stroke. Amat lumrah bila ibunya lalu diberi kontrak sewa rumah istmewa, berdurasi panjang, namun miring dari segi harga.
Sukar dibantah bila ibunya memang memiliki pesona ala artis-artis terkenal negeri ini. Nitara sendiri sudah rutin mengagumi kecantikan ibunya semenjak kecil dulu, khususnya pada bagian dagu.
Kadang pikirannya nakal menuding, jangan-jangan bapaknya memanfaatkan klenik demi mendapatkan ibunya. Bapaknya hanya lelaki berwajah biasa-biasa saja, juga berasal dari keluarga yang tak kalah biasa-biasa juga. Namun, ibunya malah berkenan dipersunting bapaknya.
Kerap dirinya menyayangkan, kenapa ibunya cuma menurunkan kepadanya bagian dagu sebagai warisan kecantikan. Kenapa tidak sekalian saja seluruh paras ibunya diturunkan kepadanya?
Bukan berarti dia tidak mensyukuri, malahan kerap bangga akan dagu panjang dan bercelah miliknya yang senantiasa dipuji-puji orang. Nitara hanya suka mengandai-andai saja, membayangkan betapa sempurna kecantikan dirinya andai bentuk muka oval ibunya juga menurun kepadanya.
Apa boleh buat, dirinya hanya kebagian bentuk muka bapaknya, lonjong. Sekali lagi dia tetap mensyukurinya meski bentuk muka seperti itu akan membebani keindahan dagunya, paling tidak menurut pandangan matanya.
Terkecuali sepasang bola mata bulat dan besar yang tersemat di wajahnya. Sampai detik ini Nitara tetap menggerutu pada bapaknya, kenapa tega menurunkan bola mata telur unta padanya.
“Del, sekedar mengingatkan saja, almarhum papahmu semasa hidup pernah berwasiat agar Sambal Kejora tak boleh terusir.”
“Yang aku ingat, Papah cuma kasih pesan pada anak-anaknya, jangan pernah menjual rumah warisan beliau.”
“Ibuku yang cerita padaku, Del. Ibuku dan almarhum papahmu dulu berteman baik.”
“Boleh Tara perlihatkan surat wasiat Papah!”
Nitara cuma tersenyum kecut. Dia mengerti posisinya lemah secara hukum. Mana mungkin ucap janji antar teman sampai harus diformalkan lewat hitam di atas putih. Sementara durasi kontrak terakhir yang dibuat semasa papahnya Delisa masih hidup menyebut, waktu tersisa RM Sambal Kejora menempati lahan yang disewa tinggal delapan bulan lagi.
o5o