Dewasa 🤎
Jika aku boleh memilih...
Aku lebih suka
mencintai seseorang yang tidak mencintaiku.
Setidaknya, disitu aku mengetahui
bahwa aku benar-benar mencintainya
dengan tulus tanpa mengharapkan apapun.
~anonim~
Quote diatas menggambarkan perasaan seorang Farel kepada Nada.
Awalnya Nada hanyalah adik dari temannya, seiring waktu perasaan itu berubah menjadi cinta.
Kisah ini menceritakan perjuangan Farel mendapatkan cinta Nada, juga perjuangan mereka untuk dapat saling mengerti dan menerima. Saat Farel berhasil menikahi Nada, mereka berusaha mengerti arti kata pernikahan yang sesungguhnya.
Full of love,
Author ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom fien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekecewaan lagi
Aku dan kak Farel sudah merasa cukup dengan pengaturan kapan kami harus berhubungan intim. Akhirnya kami sepakat untuk membuang aplikasi itu. Kami juga jadi jarang berhubungan intim, sepertinya tidak hanya aku yang merasa bosan dan kehilangan gairah, kak Farel juga merasakan hal yang sama. Kami masih berpelukan dan berciuman, namun tidak sampai melakukannya.
Di bulan berikutnya, kami sepakat untuk berkonsultasi dengan dokter. Kami menjalani pemeriksaan sesuai saran dokter. Ternyata pemeriksaan yang harus kami jalani cukup memberikan rasa tidak nyaman dan sedikit sakit, tapi kami melakukannya sepenuh hati.
Dokter menyatakan aku normal dan tidak memiliki masalah. Sedangkan untuk kak Farel, pergerakan spermanya lambat, tapi itu bisa diatasi dengan vitamin, dan tidak menyentuh alkohol. Dokter juga menyarankan kami berolahraga bersama, selebihnya ia tidak menentukan kapan kami harus melakukan hubungan intim. Ia lebih menekankan kualitas saat kami melakukannya, jadi saat ia mendengar bagaimana pengaturan jadwal hubungan intim kami berdasarkan aplikasi, ia hanya tersenyum, lalu berkata,
"Aplikasi itu tidak sepenuhnya salah, tapi daripada melakukan pengaturan yang terkesan kewajiban, lebih baik kalian mengaturnya untuk kesenangan bersama. Tidak perlu sering melakukan kegiatan seks, selama tubuh kalian dalam kondisi prima, dibantu doa, semoga usaha kalian diperlancar".
Kami berterima kasih dan pamit pulang, namun sekali lagi dokter mengingatkan kami untuk tidak lupa berolahraga bersama. Jika dipikir-pikir kami memang jarang berolahraga. Kalau aku dari dulu memang malas berolahraga. Sedangkan kalau kak Farel, teman-teman basketnya sudah memiliki keluarga masing-masing jadi sulit untuk meluangkan waktu untuk berkumpul.
Setelah konsultasi dari dokter satu satunya perubahan yang terjadi adalah olahraga bersama, selain minum vitamin yang dokter berikan tentunya. Setidaknya seminggu sekali aku dan kak Farel meluangkan waktu untuk sekedar jalan kaki atau berenang. Sedangkan kegiatan hubungan intim kami masih redup, percikannya tidak semenyala dibandingkan dulu. Kami masih melakukannya, namun kuantitasnya jauh berkurang. Kalau dari sisi aku, aku takut selalu kecewa tiap aku akhirnya mendapat menstruasi, hal itu sangat mempengaruhi moodku untuk berhubungan intim dengan kak Farel. Entah apa yang dipikirkan kak Farel, atau ia juga memiliki pikiran yang sama denganku, entahlah, aku tidak mau bertanya dan tidak ingin tau alasannya.
6 Bulan, aku dan kak Farel mencoba apa yang dokter sarankan, tapi hasilnya tetap sama.
"Na, aku mau berhenti minum vitamin dokter. Bagaimana kita istirahat dulu, lupakan keinginan ini untuk sementara, aku tidak mau kamu terus menerus bermood jelek saat datang bulan".
"Mmm...", aku menanggapinya singkat, sambil menunduk lesu.
"Kalau dipikir pikir baru sekitar satu setengah tahun yang lalu kamu lulus kuliah bukan? Aku yakin banyak temanmu yang baru akan menikah, atau masih memikirkan karir, jadi waktu kita masih panjang Nada".
"Ya kak".
"Bagaimana...? Setuju untuk melupakan ini semua dulu untuk sementara?".
"Baiklah...", lalu kak Farel mencium bibirku.
Setelah pembicaraan itu, aku fokus mengajar di tempat lesku. Dulu aku ingin berkarir di perusahaan, namun semenjak ingin memiliki anak aku melupakan keinginan itu. Kupikir mengajar adalah pilihan yang tepat, ini sesuai hobbyku, lalu tuntutannya juga tidak sebanyak berkarir di perusahaan, saat ini status ibu rumah tangga lah yang aku nomor satukan.
Aku juga mengalihkan pikiranku kepada Arum. Aku banyak menemaninya mempersiapkan pernikahannya yang akan berlangsung bulan depan.
"Lagi liat-liat apa Na?", kak Farel membuka obrolan ringan kami sebelum tidur.
"Iseng aja kak, tadi lagi ngomongin liburan sama Arum, dia mau honeymoon ke Jepang, aku jadi iseng liat-liat tempat wisata. Kita liburan yuk kak, udah lama ga jalan-jalan jauh".
"Mau honeymoon kedua hemmm?", ucapnya sambil mengelus pipiku dengan telunjuknya.
"Mana ada honeymoon kedua, liburan kak liburan".
"Aku punya ide bagus, ayo kita melakukan permainan untuk menentukan kita liburan kemana".
Kak Farel mencari gambar peta dunia dengan ponselnya.
"Tutup matamu dan tunjuk asal ke layar Na".
Aku melakukan apa yang diminta kak Farel, karena keterbatasan layar aku menunjuk benua Eropa.
"Seru kan Na, ayo lagi".
Kali ini kak Farel hanya membuka peta benua Eropa saja, dan telunjukku mengarah pada Eropa bagian Tenggara.
Kak Farel memintaku melakukannya sekali lagi agar lebih jelas negara mana yang akan telunjukku pilih kali ini, dan ternyata jawabannya adalah North Macedonia.
"Aku belum pernah ke negara ini kak".
"Aku juga Na, jadi sudah jelas petualangan kita selanjutnya kemana, setuju Na?".
Aku mengangguk tersenyum.
"Hmmm... coba aku lihat jadwalku dulu, bagaimana kalau 3 bulan lagi? Jadi kita punya cukup waktu untuk mempersiapkannya".
"Ok kak".
"Aku baru menyadari bulan madu adalah liburan terakhir kita, maaf ya Na aku terlalu sibuk memikirkan urusan kantor".
"Aku juga ga pernah mikirin liburan kok kak", ucapku sambil mencium pipinya.
Aku tau meskipun kak Farel sudah membuktikan dirinya mampu bekerja dengan baik dikantor papa selama ini, tapi ia selalu menanggap dirinya kurang, jadi aku tidak pernah menyinggung soal liburan, kami hanya melakukan liburan-liburan kecil sekitar Jakarta.
"Apa kamu ingat kejadian waktu kita di Ubud? Kita menyewa villa dengan kolam renang pribadi waktu itu".
"Kejadian yang mana sih kak?".
"Waktu itu kejadiannya di pinggir kolam renang, kamu sangat seksi dengan baju renang hitam itu Nada, seperti saat ini, lalu aku melakukan....".
Kak Farel mulai mencium leherku, ciumannya turun ketulang selangka dibahuku. Malam itu aku mengenakan atasan berupa tanktop, ia menurunkan kedua talinya, bisa ditebak mulutnya mengarah kemana setelah itu.
Aku mulai mendesah menikmati ciuman dan sentuhannya, sudah lama aku tidak disentuhnya seperti ini.