Dia pikir, dibuang oleh suaminya sendiri akan membuat hidupnya berantakan dan menderita. Namun, takdir berkata lain, karena justru menjadi awal kebahagiaannya.
Daniza, seorang istri yang bagi suaminya hanya wanita biasa, justru sangat luar biasa di mata pria lain. Tak tanggung-tanggung, pria yang menyimpan rasa terhadapnya sejak lama adalah pria kaya raya dengan sejuta pesona.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terungkap Yang Sebenarnya
Ibu Elvira menggeleng. Tak percaya Alvin bisa bersikap santai seperti itu. Ia hanya dapat mengusap dada yang semakin terasa sesak. "Kalian berdua sudah melakukan kesalahan fatal. Bisa-bisanya kalian bersikap santai seperti ini. Apa kalian benar-benar tidak merasa berdosa?" Tatapan mama menghujam Alvin dan Daniza secara bergantian.
"Ta-pi ...." Daniza mengatupkan bibirnya saat mendapat pelototan dari Ibu Elvira.
"Daniza … tadinya saya pikir kamu wanita baik-baik. Ternyata saya salah, karena ternyata kamu malah menjerumuskan Alvin pada hubungan terlarang. Bisa-bisanya kamu berselingkuh dengan Alvin sampai hamil!"
"Hah … selingkuh sampai hamil?" Alvin kontan berseru.
"Kenapa pura-pura kaget segala kamu? Semalam kamu dengan bangga mengakui perbuatan bejad kamu ke mama!"
Alvin masih diliputi kegamangan. Mencoba menyimpulkan maksud sang mama. Semalam, ia memang sempat menanyakan kepada mamanya seputar wanita hamil.
"Tunggu … tunggu! Sepertinya ada kesalahan di sini, Mah! Kemarin memang aku sempat bilang Daniza sedang hamil, tapi dia hamil dengan suaminya, bukan dengan aku!" Alvin menyikut lengan Daniza agar ikut bicara.
"Sekarang kamu malah mengelak. Dan kamu pikir Mamah percaya?" Ibu Elvira berdecak sinis. Mata mengatakan, kenapa Alvin bisa sepeduli itu kepada Daniza kalau memang Daniza tidak sedang mengandung anaknya. Apalagi sampai kepikiran bertanya apa yang disukai wanita hamil kepada.
Bukankah itu sebuah kejanggalan, pikir Ibu Elvira.
Tidak ingin terlibat kesalahpahaman semakin dalam, Daniza pun memberanikan diri untuk bicara.
"Maaf, Bu. Saya memang sedang hamil, tapi bukan hamil dengan Kak ... maksud saya dengan Tuan Alvin," ucap Daniza kembali menundukkan pandangannya. Ia hampir lupa kalau semua karyawan di sini memanggil Alvin dengan sebutan tuan.
"Benarkah? Kalau begitu kalian berdua ada hubungan apa?" Ibu Elvira menurunkan nada bicaranya ketika Daniza mulai menjelaskan.
"Kami tidak punya hubungan apa-apa, Bu."
Wanita itu masih menatap dengan curiga. Tentunya ia tak boleh percaya begitu saja dengan sikap polos Daniza.
"Kalau memang tidak ada kenapa Alvin segitu perhatiannya dengan kamu? Bahkan dia memaksa saya menerima kamu sebagai karyawan di sini. Bukan cuma itu, semalam dia tanya perempuan hamil suka makan apa. Apa artinya semua itu."
Alvin menepuk dahinya. Sang mama baru saja membocorkan semua yang ia tutupi dari Daniza.
M@mpus kamu Alvin! Mama apaan sih? Kenapa malah dibocorin? Ini kan misi rahasia, Mah! gerutu Alvin dalam hati.
Sementara Daniza menatap Alvin dengan sudut matanya. Kemudian kembali menundukkan pandangan.
"Dulunya kami hanya satu sekolah di SMA. Ibu tenang saja, saya tidak mungkin berselingkuh dengan Tuan Alvin. Soal saya bekerja di sini, saya benar-benar tidak tahu apa-apa. Saya melamar kerja di sini karena menemukan selembaran iklan yang menempel di dinding depan kontrakan saya."
Alvin lagi-lagi menepuk dahinya. Secara tidak langsung Daniza baru saja membocorkan kelakuan Alvin kepada mamanya. Tentu saja brosur lowongan kerja yang menempel di dinding depan rumah Daniza adalah hasil perbuatan Alvin.
Kamu gimana sih, Daniz? Nggak usah diceritain juga kronologinya kali!
"Semuanya tetap masih mencurigakan di mata saya," ujar Ibu Elvira. "Sebelumnya maaf kalau saya sudah menuduh sembarangan, tapi saya tidak mungkin menuduh orang sembarangan kalau gerak-gerik kalian tidak aneh!" lanjutnya kemudian.
Alvin hendak bicara. Namun, Ibu Elvira mengangkat tangan sebagai kode bahwa ia tak butuh penjelasan anak menyebalkannya itu.
Daniza lalu meneruskan bicaranya lagi. "Demi Tuhan saya tidak pernah menyukai Tuan Alvin, Bu. Kami tidak pernah berteman sebelumnya. Bahkan saya takut sekali pada Tuan Alvin karena dulu saya pernah dikurung di gudang sampai sore."
Alvin tidak tahu harus berkata apa sekarang. Semua aibnya di masa lalu terbongkar saat itu juga.
Mendengar penjelasan itu, Ibu Elvira menarik napas lega. Ia kemudian menyandarkan punggungnya ke belakang. Ia mulai menebak dalam hati tentang putranya.
"Baik. Penjelasan kamu saya terima. Kamu boleh kembali bekerja. Dan sekali lagi maafkan saya karena sudah menuduh kamu yang tidak-tidak."
"Baik, Bu!" Daniza bangkit berdiri dan keluar dari ruangan itu. Baru saja Alvin akan melangkah mengekor di belakang Daniza, namun sang mama sudah menarik lengannya.
"Kamu tetap di sini!"
"Iya, Mah. Galak amat!"
Wanita paruh baya itu menatap putranya dengan sudut mata berkerut. Di titik ini ia mulai paham siapa yang sebenarnya kegatelan di antara mereka berdua.
*****
Baca ini ngakaknya ngelebihin dr Allan yg suka modusly. Kereeen...kereen /Kiss/