"Uang lima puluh ribu masih kurang untuk kebutuhan kita, Mas. Bukannya Aku tidak bersyukur atas pemberian dari mu dan rezeki kita hari ini. Tetapi itu memanglah kenyataannya." kata Zea, dia wanita berusia 25 tahun yang sudah memiliki dua anak, istri dari Andam pria yang sudah berusia 37 tahun ini.
"Apa katamu?" geram Andam. "Lima puluh ribu masih kurang? Padahal Aku setiap hari selalu memberi kamu uang Zea, memangnya uang yang kemarin Kamu kemana'kan, Hah!" tanya Andam, dia kesal pada Zea karena menurutnya dia sangatlah boros menggunakan uang.
Setiap hari dikasih uang masa selalu habis, kalau bukan boros, apa itu namanya? Setiap hari padahal Andam sudah mati-matian bekerja menjadi pedagang buah dipasar pagi, tentu saja dia kesal karena Zea selalu mengeluh uangnya habis.
"Mas, Aku sudah katakan! Uang yang setiap hari Kamu kasih untukku belum cukup untuk kebutuhan kita! Kamu mendengar tidak sih!" teriak Zea, dia sudah lelah memberitahukan pada suami tentang hal ini.
penasaran? baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ZTS 30
Giska mengerucutkan bibirnya sambil mengusap keningnya yang di ji.tak oleh sang Kakak.
"Ish ... sakit tauk!"
"Ya makanya jangan suka teriak-teriak kalau membangunkan kakak," Gean melipat kedua tangan didada sambil melirik Giska kesal. "Memangnya kamu pikir kakakmu ini sudah tu.li apa,"
"Ya robbiii ... Gean, Giska! mengapa masih disini itu Ayah sudah lama menunggu kalian," Zea menggeleng melihat kedua anaknya yang malah asik berdebat padahal tadi Zea hanya meminta Giska untuk membangunkan kakaknya untuk pergi menemani Andam ke salah satu perusahaan Agen rental.
"Ayo cepat bersiap, nanti Ayah bisa terlambat gara-gara kalian." kata Zea lagi. "Lima menit untuk mandi Ge, Giska ayo kamu ke Ayah," pinta Zea kemudian.
"Siap, Bu. Wlekkk, Kak Gean bangunnya kesiangan mirip keb0," ~ Giska.
"Apa kamu kata? Dasar adik manja," Gean balas memaki Giska yang sudah pergi mengekor dibelakang Ibu. Tapi sesekali Giska menjulurkan lidah kearahnya.
Karena kesal Giska yang meledekinya, Gean masuk ke kamar dan menuju kamar mandi.
...----------------...
Agen Rental A.
"Jadi bagaimana Pak? Apa Bapak menerima tanam saham dari saya?" tanya rekan bisnis Andam.
Yah, setelah dia dulu merantau ke Malaysia dan memutuskan untuk tidak kembali ke sana. Uang yang sudah ada Andam gunakan untuk membuka usaha rental mobil.
Alhamdulilahnya, Tuhan ternyata berkehendak dan membuat bisnisnya kini kian meluas. Banyak dari berbagai kalangan perusahaan rental yang menanan saham bahkan mengajaknya bekerja sama hingga Andam kini menjadi orang yang sukses dan bisa memberikan kehidupan mewah untuk istri dan kedua anaknya.
"Baiklah, saya terima. Namun, untuk hasil bulan awal, saya ingin melihat bagaimana kinerja perusahaan ini dan belum bisa memberikan kepastian pada Bapak, maklum saya masih belajar dalam hal seperti ini," kata Andam dengan nada yang profesional.
Dia tersenyum dan mengangguk setuju. "Tentu saja, saya paham. Tapi saya yakin bahwa perusahaan ini akan berjalan dengan lancar dan memberikan hasil yang maksimal untuk kerjasama kita."
Setelah pertemuan dengan rekan bisnis, Andam memutuskan untuk makan siang dengan kedua anaknya disebuah restoran mewah. Gean dan Giska sesekali terlihat berseteru, namun mereka berdua tidak bisa menyembunyikan senyum mereka ketika melihat makanan yang lezat.
"Giska, jangan ganggu kakakmu," kata Andam saat melihat Giska menjauhkan piring berisi makanan Gean.
"Tapi, Yah, aku tidak ganggu, aku hanya meledeknya saja," jawab Giska lalu terkekeh geli.
Gean hanya menggelengkan kepala dan melanjutkan makannya. Andam tersenyum melihat interaksi antara kedua anaknya dan merasa bersyukur atas kehidupan yang mereka miliki.
Setelah makan siang, Andam memutuskan untuk berjalan-jalan ditaman kota bersama kedua anaknya. Saat mereka sedang menikmati pemandangan, mereka tiba-tiba bertemu dengan seorang pria yang tampaknya familiar bagi Gean.
"Om Kendra?!" Gean memanggil nama pria tersebut dengan nada yang terkejut.
Kendra, pria yang dipanggil oleh Gean, tersenyum dan mendekati mereka. "Gean! Lama tidak bertemu," katanya dengan nada yang ramah.
Giska memperhatikan interaksi antara Gean dan Kendra dengan rasa ingin tahu. "Kak Gean, siapa orang ini?" tanyanya dengan suara yang pelan.
"Om Kendra adalah Papanya teman kuliahku," jawab Gean dengan nada yang singkat.
Andam dan Giska memperhatikan interaksi antara Gean dan Kendra dengan rasa penasaran. "Om Kendra, ini ayah dan adikku, Giska," kata Gean dengan sopan.
Kendra tersenyum dan menyapa Andam dan Giska dengan hormat. "Selamat siang, Pak, Giska. Senang bertemu dengan kalian."
"Selamat siang."
...----------------...
Setelah obrolan yang singkat, Om Kendra meminta izin untuk berbicara dengan Gean secara pribadi. Andam dan Giska memahami dan membiarkan mereka berdua berbicara.
"Apa yang ingin kamu bicarakan, Om?" tanya Gean dengan rasa ingin tahu.
"Aku ingin tahu bagaimana kabarmu, Gean. Aku dengar kamu sudah sukses dalam karir," kata Kendra dengan nada yang ramah.
Gean tersenyum dan mengangguk. "Ya, Om. Alhamdulillah, aku sudah menemukan jalan yang tepat." Benar, walaupun Gean masih kuliah tetapi dia sudah berhasil mendirikan perusahaan pembuatan mobil.
Om Kendra tersenyum dan memuji Gean. "Aku bangga denganmu, Gean. Kamu sudah menjadi orang yang sukses."
Giska memperhatikan dari jauh dan merasa penasaran tentang apa yang sedang dibicarakan oleh kak Gean dan Pak Kendra.
Setelah berbicara dengan Om Kendra, Gean kembali ke keluarga dan mereka memutuskan untuk melanjutkan jalan-jalan ditaman kota. Giska masih penasaran tentang apa yang dibicarakan oleh kak Gean dan Pak Kendra.
"Apa yang Om Kendra bilang, Kak?" tanya Giska dengan rasa ingin tahu.
Gean tersenyum dan menggelengkan kepala. "Tidak ada. Om Kendra hanya menanyakan kabar."
Giska tidak percaya dan terus mendesak Gean untuk memberitahu apa yang sebenarnya terjadi. Namun, Gean tetap tidak memberitahu dan hanya tersenyum.
Sementara itu, Andam memperhatikan interaksi antara Gean dan Giska dengan rasa bangga. Dia merasa bersyukur memiliki anak-anak yang begitu dekat dan saling menyayangi.
Akhirnya keluarga kecilku bahagia. Terimakasih banyak Tuhan.
...----------------...
Didalam mobil, pria yang tidak lain adalah Om Kendra, dia mengemudi sambil mengingat wajah gadis cantik yang bernama Giska tadi. Wajah itu mengingatkan Kendra akan seseorang yang pernah dia cintai dan dia juga sengaja telah melenyapkannya dengan kedua tangannya sendiri.
Yah, pria yang dipanggil oleh Gean Om Kendra ini yang kata Gean adalah Papa teman kuliahnya adalah Kendra mantan manajer Zea sekaligus mantan kekasih Zea dimasa lalu.
Mengapa gadis itu mirip sekali dengan dia?
Kendra terus mengemudi sambil memikirkan tentang Giska dan Zea. Tiba-tiba, ponselnya berdering. Dia melihat nama Riska terpampang dilayar ponselnya. Kendra merasa jengah.
"Hm," jawab Kendra dengan nada yang malas-malasan.
"Kamu dimana?" tanya Riska dengan nada yang lembut.
Kendra berdecak sebal. "Mengapa bertanya seperti itu? Aku kan sudah berkata padamu jika aku ada pekerjaan," jawab Kendra dengan rasa malas.
Mengapa bisa malas? Karena, Riska wanita yang dinikahinya belasan tahun yang lalu selalu seperti itu. Riska selalu bertanya kamu dimana padahal sudah jelas jika Kendra pamit bekerja diluar studio. Posesif, dan Kendra tidak suka itu.
Kendra terus berbicara dengan Riska, istrinya, sambil mengemudi. Riska memang terkenal sebagai wanita yang posesif dan selalu ingin tahu tentang kegiatan Kendra. Kendra merasa lelah dengan sifat Riska yang seperti itu.
Riska tidak puas dengan jawaban Kendra. "Jangan berbohong, Ken. Aku tidak mau kamu bertingkah aneh-aneh!" kata Riska dengan nada yang marah.
Kendra merasa kesal. "Riska, Kamu tidak perlu khawatir tentangku, jangan terlalu posesif," kata Kendra dengan nada yang dingin.
Percakapan antara Kendra dan Riska semakin panas. Kendra merasa bahwa Riska tidak percaya padanya dan itu membuatnya merasa kesal.
tapi aku gakkk🤧🤧🤧