HALIM
Di dunia yang dikuasai oleh kegelapan, Raja Iblis dan sepuluh jenderalnya telah lama menjadi ancaman bagi umat manusia. Banyak pahlawan telah mencoba menantang mereka, tetapi tidak ada yang pernah kembali untuk menceritakan kisahnya.
Namun, Halim bukanlah pahlawan biasa. Ia adalah seorang jenius dengan pemikiran kritis yang tajam, kreativitas tanpa batas, dan… kebiasaan ceroboh yang sering kali membuatnya berada dalam masalah. Dengan tekad baja, ia memulai perjalanan berbahaya untuk menantang sang Raja Iblis dan kesepuluh jenderalnya, berbekal kecerdikan serta sistem sihir yang hanya sedikit orang yang bisa pahami.
Di sepanjang petualangannya, Halim akan bertemu dengan berbagai ras, menghadapi rintangan aneh yang menguji logikanya, dan terlibat dalam situasi absurd yang membuatnya bertanya-tanya apakah ia benar-benar sedang menjalankan misi penyelamatan dunia atau justru menjadi bagian dari kekacauan itu sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ILBERGA214, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 1: Satu Orang Melawan Kegelapan
Di dunia ini, ada satu aturan tak tertulis yang semua orang patuhi: Jangan pernah menantang Raja Iblis.
Ratusan tahun telah berlalu sejak makhluk-makhluk kegelapan menguasai dunia. Kerajaan-kerajaan runtuh, para pahlawan tumbang, dan manusia hanya bisa bertahan di wilayah-wilayah kecil yang terlindungi. Semua orang tahu bahwa perlawanan adalah hal yang sia-sia. Semua… kecuali satu orang.
Di sebuah desa kecil di tepi hutan, seorang pemuda berambut hitam berantakan duduk di atas atap rumah, menatap langit sore dengan ekspresi santai. Namanya Halim.
Ia tidak terlihat seperti pahlawan, karena memang ia bukan pahlawan. Tubuhnya kurus, dan cara bicaranya sering membuat orang mengira ia selalu mengantuk. Tapi ada satu hal yang membuatnya berbeda dari kebanyakan orang, yakni ambisinya untuk mengalahkan Raja Iblis.
Bukan karena balas dendam. Bukan karena dendam keluarga. Bukan pula karena warisan takdir seperti dalam dongeng.
Ia hanya merasa harus melakukannya.
Sepuluh tahun lalu. Saat masih kecil, Halim pernah bertemu dengan seorang petualang tua di pinggiran desa. Orang itu penuh luka, bajunya compang-camping, dan matanya lesu.
Dengan suara lemah, pria itu bercerita tentang dunia yang dulu pernah memiliki harapan, bagaimana para pahlawan berusaha melawan kejahatan, memberontak kepada para penguasa iblis, dan bagaimana mereka semua akhirnya gugur satu per satu.
..."Anak muda… dunia ini… butuh seseorang yang bisa mengakhirinya…"...
Lalu, pria itu meninggal.
Mungkin kebanyakan orang akan menganggap itu sebagai omong kosong terakhir dari orang yang sekarat. Tapi bagi Halim kecil, kata-kata itu terukir dalam pikirannya. membuahkan satu ambisi besar untuk mengalahkan Raja iblis dan menciptakan kedamaian.
Saat itu ia belum memahami arti sebenarnya. Namun seiring waktu berlalu, ketika melihat dunia semakin kacau, mendengar cerita tentang ketidakadilan, melihat orang-orang menyerah tanpa mencoba, Halim akhirnya mulai menyadari sesuatu:
..."Kalau tidak ada yang bisa melakukannya, maka akulah yang akan melakukannya"...
Tentu saja, banyak orang yang menertawakan ambisi bodohnya itu.
..."Raja Iblis itu tak terkalahkan!"...
..."Kau bahkan tidak bisa mengangkat pedang dengan benar!"...
..."Mana mungkin kau seorang diri bisa melawan mereka?!"...
Halim tidak peduli. Ia bukan seorang pendekar. Ia bukan seorang pangeran. Pun dia bukan seorang pahlawan. Tetapi pahlawan bisa hadir dimana saja.
Ia tahu ada cara untuk menang. Ia tahu bahwa kekuatan bukan satu-satunya yang menentukan hasil pertempuran. Ia tahu bahwa jika semua orang gagal, itu berarti mereka hanya belum menemukan cara yang tepat.
Dan di sinilah ia sekarang bersiap memulai petualangannya, dengan satu tujuan yang tertanam dalam pikirannya:
Menjadi orang pertama yang mengalahkan Raja iblis.
Dan kalau bisa, melakukannya dengan cara yang keren.
.........
Pagi hari, Halim berdiri di tengah ruangan yang penuh dengan kertas berserakan. Di meja kayu yang hampir roboh, ada tumpukan buku tentang strategi perang, teori sihir, dan sejarah dunia.
Ia mengambil salah satu kertas dan membaca catatannya:
Raja Iblis memiliki sepuluh jenderal.
Setiap jenderal berasal dari ras yang berbeda.
Mereka punya kekuatan unik masing-masing.
Kebanyakan pahlawan gagal karena bertarung tanpa strategi.
...Halim mengusap dagunya....
...“Kalau dipikir-pikir… aku masih belum tahu cara mengalahkan mereka. Aku tidak boleh melawan mereka langsung tanpa persiapan.”...
Ia melangkah ke lemari dan mengambil kantong kecil. Isinya?
Uang tabungan yang hanya cukup untuk bertahan sebulan.
...Halim menghela napas....
...“Baiklah, sepertinya aku harus mencari pekerjaan dulu sebelum bisa menyelamatkan dunia.”...
..........
Dengan tas kecil di punggung, Halim berjalan ke luar rumah. Beberapa tetangga melihatnya dengan tatapan heran.
...“Kau mau ke mana, Halim?” tanya seorang pria tua....
...“Mau menyelamatkan dunia!” jawab Halim sambil berlari ke suatu tempat....
...Pria itu terdiam sejenak, lalu tertawa....
...“Kau memang selalu bercanda. Hati-hati di jalan, Nak!”...
Desanya bukan tempat yang kaya. Banyak anak-anak kecil bermain di jalan dengan pakaian lusuh. Salah satu anak berlari ke arahnya dan menarik bajunya.
...“Kak Halim, mau pergi?”...
...Halim menatap anak kecil itu dan tersenyum tipis. “Iya, ada urusan penting.”...
...“Kakak akan kembali, kan?”...
...Halim mengacak rambut bocah itu....
...“Tentu saja.”...
Anak-anak di desa ini selalu membuatnya merasa nyaman. Mereka polos, bahagia, dan tidak peduli dengan dunia luar yang kacau.
Dan mungkin… alasan lain kenapa ia ingin mengalahkan Raja Iblis adalah agar anak-anak seperti ini bisa hidup tanpa rasa ketakutan.
Dengan pemikiran itu, Halim melangkah keluar desa.
Ia tidak tahu tantangan macam apa yang menunggunya di luar sana, dan ini baru awal dari segalanya.
..........
Halim melangkah keluar dari desa dengan langkah ringan, tapi pikirannya terus bekerja. Ia tidak seperti petualang biasa yang langsung menuju medan perang tanpa rencana. Ia tahu bahwa jika ingin mengalahkan Raja Iblis dan kesepuluh jenderalnya, ia harus mengumpulkan informasi sebanyak mungkin.
...“Aku tidak bisa melawan mereka langsung. Strategi terbaik adalah mencari kelemahan lawan.”...
Tapi untuk itu, ia butuh tempat yang tepat.
Ada tiga tujuan yang bisa ia datangi terlebih dahulu:
Perpustakaan Kota Velora – tempat terbesar untuk mencari informasi tentang sejarah, sihir, dan kemungkinan catatan tentang Raja Iblis.
Guild Petualang – meskipun ia bukan tipe petarung handal, guild adalah tempat terbaik untuk mendengar rumor tentang monster dan iblis.
Pasar Gelap – sumber informasi yang lebih… tidak resmi.
Velora adalah kota terdekat dari desanya, hanya butuh setengah hari perjalanan. Namun, tidak ada yang tahu apa yang bisa terjadi di jalanan terbuka.
.........
Saat matahari mulai turun ke ufuk barat, Halim masih berjalan santai di jalan tanah yang mengarah ke kota. Hutan di sekitarnya mulai gelap, dan angin malam mulai berembus.
Di saat itulah, ia mendengar suara langkah kaki di belakangnya.
...“Tsk. Dasar ceroboh.”...
Dari balik semak-semak, tiga pria bertubuh besar muncul. Salah satu dari mereka memiliki bekas luka di pipi, yang lain memakai jubah lusuh, dan yang terakhir membawa pisau kecil.
...“Hentikan langkahmu, bocah,” kata pria berjubah....
...Halim menatap mereka sebentar....
...“…Kenapa?”...
...“Serahkan uang dan barang berhargamu. Ini perampokan.”...
...Halim menghela napas, lalu menepuk dahinya. “Aku benar-benar harus lebih waspada…”...
...Pria dengan bekas luka tertawa. “Setidaknya kau sadar. Ayo, cepat!”...
...Tapi bukannya takut, Halim justru terlihat bosan....
...“Aku punya satu pertanyaan,” katanya sambil menatap mereka....
...“Apa?” tanya pria yang membawa pisau....
...Halim menunjuk mereka bertiga....
...“Kalian sudah pasti akan kalah, jadi kenapa masih mencoba?”...
...Ketiga pria itu terdiam....
...“…Apa?!”...
...“Kalian menghadang seseorang yang jelas lebih pintar dari kalian, yang sudah memikirkan semua kemungkinan sebelum ini terjadi.”...
...Mereka saling pandang, lalu tertawa....
...“Haha! Omong kosong! Kau hanyalah pemuda kurus tanpa senjata! Apa yang bisa—”...
...Tiba-tiba, ledakan asap memenuhi udara....
...BAM!!...
...“UWAH! APA INI?!”...
Halim sudah menghilang dari tempatnya berdiri. Dari kejauhan, suaranya terdengar samar-samar.
...“Sebenarnya aku juga tidak tahu apakah rencanaku akan berhasil. Tapi yang jelas, kalian sudah kehilangan target kalian.”...
Saat asap menghilang, ketiga pria itu hanya bisa melihat jalan kosong.
...“…Bocah sialan!”...
Namun, mereka tak menyadari bahwa Halim masih ada di sekitar mereka, mengamati dari balik pepohonan.
...“Baiklah, jadi perampok kecil-kecilan di daerah ini masih aktif. Aku harus memperhitungkan itu ke depannya.”...
Dengan tenang, ia kembali berjalan ke arah Velora.
..........
Saat fajar mulai menyingsing, Halim akhirnya mencapai gerbang Kota Velora. Kota ini adalah salah satu pusat perdagangan di wilayah barat, dengan bangunan batu berjejer rapi dan jalanan ramai dengan para pedagang serta petualang.
Ia langsung menuju Perpustakaan Velora, tempat yang terkenal memiliki catatan sejarah paling lengkap.
Namun, saat ia hendak masuk…
...BRAK!...
Seseorang menabraknya dari samping!
...“Ugh!”...
Halim hampir jatuh, tapi dengan cepat menyeimbangkan tubuhnya. Di depannya, seorang gadis dengan rambut cokelat panjang berpakaian seorang petualang terjatuh duduk di atas tanah.
...“Aduh… Maaf!”...
...Halim mengangkat alis....
...“Kau baik-baik saja?”...
Namun, gadis itu tidak menjawab. Matanya melebar, lalu dengan cepat berdiri dan mulai berlari lagi!
...“…Aneh.”...
Saat ia hendak melanjutkan langkahnya, tiba-tiba dua pria berbaju besi datang berlari ke arahnya.
...“Kau melihat seorang gadis berambut cokelat lari ke arah sini?”...
Halim berpikir sejenak. Ia bisa saja berkata jujur, tapi nalurinya berkata bahwa ini bukan urusannya.
...“…Tidak.”...
Pria itu menggeram, lalu pergi tanpa mengucapkan apa-apa lagi.
...Halim hanya menghela napas....
...“Aku baru saja tiba, tapi sudah melihat sesuatu yang aneh. Ini bisa jadi menarik.”...
Tanpa membuang waktu lagi, ia masuk ke perpustakaan, siap mencari jawaban tentang Raja Iblis dan sepuluh jenderalnya.
sekarang semakin banyak yang mengedit dengan chat GPT tanpa revisi membuat tulisan kurang hidup. saya tahu karena saya juga pakai 2 jam sehari untuk belajar menulis. Saya sangat afal dengan pola tulisan AI yang sering pakai majas-majas 'seolah' di akhir kalimat secara berlebihan dengan struktur khas yang rapih.
ya saya harap bisa diedit agar lebih natural.
Udah baca eps 1 ini, ceritanya lumayan menarik. Kapan² gue kesini lagi ya kalau ada waktu, Semangat.