Xiao An wanita karir yang tengah menjalani kehidupannya tanpa hambatan. Tidak sengaja masuk ke dunia novel yang baru saja ia baca. Di novel dia menjadi Nona pertama Han Yu karakter antagonis, putri dari kediaman perdana menteri keuangan Han. Keluarganya sangat kaya dan hidup bergelimang harta. Kedua orangtuanya sangat mencintai putrinya memberikan semua yang di butuhkan. Sebab itu Nona pertama Han Yu sangat manja, pemarah, juga memandang rendah kalangan bawah. Kekejammnya terhadap pelayan membuatnya di takuti semua orang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak ada pilihan lain
"Tempat apa ini?" Han Yu menatap kesegala arah setelah membuka kedua matanya. Di ruangan itu hanya ada dirinya. Ruangan sangat sunyi dengan lilin kecil sebagai penerangan. Suara dari detak jantung juga terdengar cukup kuat. Dia bangkit berusaha untuk membuka pintu kaluar. Saat dia menarik pintu berusaha membukanya. Dia melihat dari cerah pintu dua penjaga bertubuh tegap diam dengan tatapan waspada. Gembok juga menempel kuat di ganggang pintu.
Pintu kembali di tutup. Setelah beberapa saat dia akhirnya sadar jika dirinya sudah di culik. Gadis itu duduk di kursi yang ada di dalam ruangan. Bau dupa wewangian tercium sangat kuat. "Senjata, aku harus membawa senjata untuk berjaga-jaga." Gadis itu menarik tusuk konde di atas kepalanya. Ujung tajam tusuk konde dapat dia gunakan sebagai senjata perlawanan. Han Yu menatap kearah setiap tembok yang di gunakan untuk sekat. Dia menyadari setiap kediaman hampir memiliki tembok papan kayu yang sama. Tidak terlalu tebal juga dapat mendengarkan dari sisi lainnya.
Gadis itu mencoba menempelkan telinganya kearah tembok di samping kanan. Dia mendengar rintihan dan tangisan dari beberapa gadis yang ada di satu ruangan sama. "Tapi bagaimana caranya agar aku bisa masuk ke ruangan lain? Tembok ini juga terlalu kuat untuk di robohkan seorang diri."
Ruangan tidak terlalu besar cukup pengap bahkan terasa sangat panas. Han Yu mencoba untuk membuat lubang kecil di celah kayu pembatas. Setidaknya tusuk konde dengan ujung tajam bisa sedikit demi sedikit memangkas kayu.
Entah berapa lama dia mencoba untuk membuat lubang kecil. Yang pasti dia pada akhirnya bisa membuat lubang di celah kecil kayu. "Nona, Nona, di sini." Gadis itu mencoba untuk sedikit memelankan suaranya.
Beberapa orang di ruangan samping mulai menyadari keberadaan gadis lain di tembok pembatas. Tiga di antaranya mendekat, "Kamu juga di kurung di tempat ini?"
"Iya. Aku membutuhkan kalian semua. Apa kalian percaya denganku? Jika kita bersatu tentu saja akan ada lebih banyak cara untuk bisa lepas dari tempat ini." Han Yu berusaha untuk meyakinkan orang-orang di pembatas lain.
"Kamu benar-benar memiliki cara untuk bisa terbebas dari tempat ini?" ujar salah satu gadis muda di ruangan lain.
"Iya. Kita bisa mencobanya. Sekalipun gagal setidaknya kita pernah mencoba untuk melawan," saut Han Yu.
Beberapa gadis itu merasa ragu.
"Baik. Apa yang bisa kita lakukan?" ujar salah satu gadis yang langsung setuju. "Lebih baik mencoba dari pada tidak sama sekali."
"Aku bersedia ikut."
"Aku juga."
"Hitung aku juga."
"Kami semua ikut."
Han Yu tersenyum senang. "Baik. Dengarkan, jangan sampai ada keributan atau suara yang dapat membuat para penjaga di luar pintu curiga."
"Kami mengerti."
"Cari barang atau benda tajam. Tusuk konde yang kalian kenakan atau yang ada di dalam ruangan. Kita harus membuat lubang kecil yang bisa cukup untuk satu orang masuk melewati satu ruangan ke ruangan lainnya," jelas Han Yu. "Tunggu. Apa kalian bisa mendengar suara dari tembok pembatas lain?"
"Aku akan mencari tahunya." Dua gadis muda berlari keujung lainnya. Mereka mencoba mencari tahu apakah di pembatas lain juga ada gadis-gadis muda yang di sekap atau tidak.
Saat kembali mereka berkata, "Di pembatas lain juga ada empat gadis muda lainnya."
"Baik. Bagi menjadi dua kelompok untuk memulai aksi kita. Beritahukan juga kepada gadis yang ada di sana untuk melakukan hal sama. Membuat lubang untuk dapat mengumpulkan kita semua di satu ruangan." Han Yu mulai melepaskan semua tusuk konde dari kepalanya. Dia perlahan mengikis kayu pembatas. Untung saja kayu pembatas memiliki ketahanan rendah sehingga sangat mudah di kikis dengan benda tajam.
"Kita harus melakukannya dengan cepat dan tenang." Han Yu memperingatkan semua orang.
"Baik."
Semua gadis yang ada di ruangan lain mulai mencari benda tajam di dalam ruangan. Tapi mereka hanya menemukan bilahan pedang patah di salah satu ujung ruangan. Tapi hal itu juga dapat di gunakan untuk membuat lubang kecil yang cukup di lalui satu orang. Semua instruksi dari Han Yu di dengarkan dengan sangat baik.
Mereka semua mulai melancarkan rencana hingga tidak selang lama mereka dapat membuat lubang di setiap pembatas. Han Yu masuk ke pembatas lain yang di isi enam gadis muda. "Ayo." Gadis itu masuk ke sisi lainnya berkumpul dengan empat gadis lainnya. Dan begitu seterusnya hingga semua gadis berjumlah empat puluh orang berada di ruangan yang sama.
Udara semakin menipis karena ruangan kecil yang harus di tempati banyak orang.
Han Yu memimpin semua gadis muda itu untuk tetap tenang. "Persiapkan diri kalian. Senjata sudah siap?"
"Siap," ujar pelan semua gadis muda. Setiap orang memiliki senjata dari tusuk konde hingga bilahan tajam yang dapat mereka temukan di ruangan.
"Kita dobrak bersama-sama pintu ini. Dan menyerang juga saling menjaga. Satu orang tidak boleh ada yang tertinggal. Hidup atau mati kita tetap harus bersama," ujar Han Yu dengan jantung mulai berdebar kuat.
"Minggir, permisi. Aku ingin lewat," Gadis muda dengan tubuh gempal maju. Tubuh gadis itu cukup tinggi dengan berat sekitar delapan puluh kilo. "Nama kamu siapa?"
"Han Yu."
"Han Yu, aku Wan Qi. Dengan kekuatan yang aku miliki. Aku bisa membantumu merobohkan pintu ini." Gadis itu menggulung lengan bajunya.
Empat gadis lainnya dengan berat dan tinggi yang hampir sama maju. "Kita lakukan bersama."
Tubuh Han Yu di tarik kebelakang tubuh Wan Qi. Mereka berlima mulai bersiap. "Aaaa..."
Bbrukk...
Pintu langsung roboh tanpa perlu kekuatan ekstra. Dua penjaga di depan pintu tertimpa tubuh lima gadis pendobrak.
"Aaa..." suara rintihan dua penjaga terdengar.
"Semua tawanan kabur," teriakan terdengar.
Semua penjaga berlarian menghadang.
Semua gadis itu langsung kaluar dari ruangan sempit dan saling menjaga.
"Serang," teriak Han Yu kuat.
"Serang."
"Serang..."
Teriakan semua gadis menggema di lorong panjang. Mereka semua menyerbu dengan senjata di tangan mereka. Pilihan mereka hanya satu membunuh atau di bunuh.
Ssreettt...
"Aaaa..."
Sellppp...
"Aaaa..."
Satu penjaga di serang lima gadis muda dengan senjata seadanya. Meraka terus berjalan maju, Han Yu menatap dingin kearah semua penjaga di depannya. Semua penjaga yang menghadang mulai ketakutan di saat para gadis muda berjumlah empat puluhan menatap brigas. Tangan mereka semua sudah penuh dengan darah segar. Meskipun ada rasa takut tetap saja tidak ada cara lain lagi.
Han Yu yang sudah berada di barisan paling depan berjalan maju di ikuti semua gadis muda. Kedua pandangan matanya seperti bilah pisau tajam yang telah terasah dengan baik. Wajahnya sudah di penuhi darah segar. Begitu juga dengan gaun yang ia kenakan.
bau2 bucin sudah tercium sejak malam tadi🤣🤣
thor jgn ampe kndor 😁😁😁😁😁
sehat selalu untukmu author terbaikkuu