NovelToon NovelToon
LINTASAN KEDUA

LINTASAN KEDUA

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / SPYxFAMILY / Identitas Tersembunyi / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia
Popularitas:19.5k
Nilai: 5
Nama Author: Nana 17 Oktober

Sejak balapan berdarah itu, dunia mulai mengenal Aylin. Bukan sekadar pembalap jalanan berbakat, tapi sebagai keturunan intel legendaris yang pernah ditakuti di dunia terang dan gelap. Lelaki yang menghilang membawa rahasia besar—bukti kejahatan yang bisa meruntuhkan dua dunia sekaligus. Dan kini, hanya Aylin yang bisa membuka aksesnya.

Saat identitas Aylin terkuak, hidupnya berubah. Ia jadi target. Diburu oleh mereka yang ingin menguasai atau melenyapkannya. Dan di tengah badai itu, ia hanya bisa bergantung pada satu orang—suaminya, Akay.

Namun, bagaimana jika masa lalu keluarga Akay ternyata berperan dalam hilangnya kakek Aylin? Mampukah cinta mereka bertahan saat masa lalu yang kelam mulai menyeret mereka ke dalam lintasan berbahaya yang sama?

Aksi penuh adrenalin, intrik dunia bawah, dan cinta yang diuji.

Bersiaplah untuk menembus "LINTASAN KEDUA"—tempat di mana cinta dan bahaya berjalan beriringan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26. Gerbang Neraka

...Peringatan!...

...Mulai dari titik ini, kecepatan cerita akan bertambah....

...Peluru akan beterbangan dan keputusan salah bisa berarti kematian....

...Pastikan jantungmu cukup kuat!...

...Karena setelah ini—tidak ada jalan kembali....

Kanzaki:

"Jantung lemah? Kembalilah. Di depan sana, yang tersisa hanya peluru, darah, dan keputusasaan."

...🔸🔸🔸...

Pria bertopeng berdiri perlahan, mata tajam menembus celah pelindungnya. Tatapannya tajam, seperti pedang yang baru diasah, siap untuk memotong.

"Formula itu diciptakan untuk menyelamatkan hidup manusia," suara pria bertopeng bergema rendah namun tegas, setiap kata terasa seperti pukulan berat. "Bukan untuk menentukan siapa yang layak hidup, siapa yang pantas mati atau siapa yang berkuasa."

Ia menatap Balthazar dan wanita berambut perak itu satu per satu, matanya penuh keyakinan yang membara, seolah mengukur segala keputusan mereka dengan pandangan yang penuh rasa tanggung jawab.

"Jika kalian berhasil," katanya, mengunyah kata-kata itu dengan penuh amarah yang terkendali, "...ini akan menjadi bencana global yang bahkan kalian sendiri tak mampu kendalikan."

Dengan gerakan lambat namun pasti, ia berbalik, membelakangi mereka. Sebuah langkah yang penuh kesendirian, seolah menyiratkan bahwa ia memang berdiri di jalan yang terjal, sendiri.

"Formula itu harus diumumkan ke dunia," kata pria bertopeng itu dengan suara keras, menantang. "Manusia berhak tahu bahaya dan manfaatnya. Bukan untuk dikendalikan oleh tangan-tangan rakus seperti kalian. Dunia ini berhak memilih. Dunia ini berhak tahu."

Balthazar menatap tajam punggung pria bertopeng.

"Kalau kau menghalangi, kau akan dihancurkan bersama yang lain."

Pria bertopeng tak menjawab.

Ketegangan memuncak, ruangan terasa seperti bom yang siap meledak.

Tangan-tangan merapat ke senjata, jari-jemari yang gemetar sedikit menandakan ketegangan yang sudah sulit ditahan.

Wanita berambut perak memberi isyarat cepat, matanya penuh tekad, seakan mengirimkan pesan yang jelas.

"Temukan mereka. Hidup atau mati," ujarnya, suaranya dingin, penuh perintah tanpa ampun, mengiris ke dalam kesunyian yang menggantung tegang.

Pasukan Black Nova bergerak serentak, langkah mereka terkoordinasi dengan sempurna, meski wajah-wajah mereka menyiratkan keraguan—mereka tahu, perjalanan ini tak akan mudah. Mereka tahu, siapa yang berhasil menang akan menentukan siapa yang akan mengendalikan takdir dunia ini. Namun, keberanian mereka tak gentar.

Loyalis Balthazar tidak tinggal diam. Mereka bergerak mengikuti pria bertopeng dengan pengamatan penuh kecurigaan, senjata-senjata terarah dengan siaga penuh.

Pria bertopeng, dengan tatapan tegas, memimpin pasukannya dengan langkah cepat namun terukur. Setiap gerakan tubuhnya mengingatkan mereka pada keberanian dan niat teguh yang tak tergoyahkan, seperti seseorang yang bertekad untuk melawan dunia demi sebuah tujuan besar. Sebagian pasukannya berjalan mundur, mengikuti pria bertopeng dengan senjata siap siaga.

Sementara pasukan Balthazar juga mengawasi dengan gerakan gesit, saling memposisikan diri, siap untuk bertindak pada detik berikutnya.

Di antara mereka, ketegangan semakin membesar, seperti dua kekuatan yang siap bertabrakan. Tiap langkah yang diambil, tiap detak jantung yang berdetak, menandakan bahwa tak satu pun dari mereka yang akan mundur. Tidak ada jalan kembali.

Di balik dinding rahasia, biarawan menyatukan tangannya, berdoa dalam bisik.

"Semoga kebajikan mengatasi segala rintangan... dan pelindung kebenaran selalu dalam lindungan."

Sementara itu, Aylin dan kawan-kawannya berlari menuruni lorong rahasia—membawa potongan pertama harapan... atau kehancuran umat manusia.

Lorong rahasia bergetar di bawah kaki mereka, sempit dan mencekam. Cahaya obor elektrik di tangan Kanzaki memantul di dinding tanah liat yang memuat coretan-coretan kuno. Napas mereka berat, tapi langkah mereka terus bergerak maju, berpacu dengan waktu dan kematian yang membayangi di belakang.

Aylin masih memegang liontinnya erat. Jantungnya berdegup cepat, seolah sinkron dengan simbol-simbol yang masih terpantul di balik matanya.

“Berapa lama lagi?” tanya Akay pelan.

“Sedikit lagi,” jawab Kazehaya. “Kita akan keluar di titik Delta.”

Lorong itu berakhir di sebuah cerukan batu. Kazehaya menekan batu berbentuk spiral—lantai bergeser, lalu cahaya remang remang senja menyambut mereka. Udara luar menyentak wajah mereka seperti tamparan keras.

Di antara pepohonan tinggi yang berdiri seperti penjaga bisu, terparkir enam motor. Empat di antaranya milik Kazehaya dan timnya, yang terkesan kokoh dan siap tempur. Dua lainnya milik wanita bertopi rajut dan satu motor tua milik Aylin—yang kini tampak seperti penyelamat hidup dalam kegelapan yang semakin mencekam.

"Cepat. Kita tak punya waktu," ujar wanita bertopi rajut, segera menaiki motornya tanpa membuang waktu.

Kazehaya tanpa bicara langsung mengeluarkan interkom dari saku jaketnya dan melemparkannya ke Aylin, Akay, dan wanita bertopi rajut.

"Pasang," ujarnya tegas.

Akay menangkap satu dan langsung memasangnya di telinganya. Aylin mengikuti, sementara wanita bertopi rajut menyelipkannya di balik topi rajutnya.

Kanzaki melirik sejenak, memastikan semua frekuensi terhubung.

"Semua terhubung. Fokus. Jangan jauh-jauh. Kita bergerak sebagai satu tubuh," katanya, suaranya terdengar lebih dingin di bawah helmnya.

Akay menatap Aylin, matanya penuh tekad. "Kau yang bawa motor, aku akan melindungi kita."

Aylin mengangguk mantap, namun baru saja ia menyalakan mesin motornya, suara teriakan prajurit terdengar dari balik reruntuhan lorong. Mereka telah menemukan jalan rahasia.

Tembakan pertama terdengar. Pelurunya menghantam batu di dekat kepala Akay.

“Mereka sudah sampai!” seru Kanzaki.

Enam mesin serempak meraung. Roda menggigit tanah, dan mereka melesat di antara pohon-pohon, membelah senja. Di belakang, cahaya lampu dan tembakan mulai memburu mereka—Black Nova tak memberi ampun.

Tapi malam mulai turun, dan hutan menyambut mereka dengan jalur gelap yang hanya diketahui oleh mereka yang sudah bersiap.

Dan Aylin tahu: petualangan sebenarnya baru saja dimulai.

Langit senja telah berubah jadi kelam pekat. Jalanan hutan yang sempit menjelma jadi lintasan maut.

Aylin memelintir gas, suara mesinnya meraung seperti binatang buas. Ban belakang motornya nyaris kehilangan traksi saat dia mengambil tikungan tajam, namun tubuhnya seimbang sempurna—seolah telah menyatu dengan mesin.

Akay duduk membelakangi Aylin, kaki kokoh mencengkeram sisi motor, kedua tangannya mengangkat dua pistol. Matanya tajam, mengikuti cahaya dari kendaraan pengejar yang semakin mendekat di belakang mereka.

“Sebelah kanan!” teriak Aylin, matanya terfokus ke kaca spion kecil yang terpasang di motor, memberikan gambaran samar gerakan motor pengejar.

Akay menarik pelatuk pistolnya.

DOR!!

BRAK!

Satu motor musuh terpental, meledak dalam nyala merah dan kilatan logam. Asap mengepul di belakang mereka.

“Arah jam dua!” kata Aylin lagi, suaranya tajam, meski terhalang deru mesin. Kali ini, ia mengamati bayangan gelap di samping kiri mereka, menilai arah pergerakan musuh yang mulai menutup jarak.

Tanpa perlu konfirmasi, Akay membalikkan badan, menembak dari sisi kiri, lalu berputar cepat ke kanan—pelurunya menembus lampu motor pengejar, membuat dua kendaraan musuh tergelincir dan menghantam pohon.

Peluru berdesing di udara, menembus daun dan batang kayu.

“Tutup kepalamu!” bentak Akay.

Aylin menunduk tajam, sementara Akay menembak ke atas--

DOR!

Drone pengintai yang menyala seperti kunang-kunang mekanik hancur. Pecahan logam kecil menghujani mereka.

Kazehaya, Kanzaki, dan si wanita bertopi rajut di depan mereka mengambil jalur terpisah, membagi perhatian musuh.

Kazehaya duduk di jok belakang motor Kanzaki, tubuhnya bergeser mengikuti ritme motor yang menghantam jalan tanah berlumpur. Wanita bertopi rajut melaju tak jauh di kanan mereka, menembus celah pohon-pohon rapat.

Mereka berpencar jalur, tapi tetap dalam jarak pandang, menjaga formasi longgar.

“Lorong keluar kota tinggal satu kilometer lagi!” suara Kazehaya terdengar di alat komunikasi.

Suara mesin mendekat cepat dari belakang. Lima motor musuh menerobos hutan, mengejar seperti anjing liar haus darah.

Kazehaya mengetuk helm Kanzaki dua kali—peringatan.

"Musuh di belakang. Fokus," katanya di interkom.

Wanita bertopi rajut menggeser motornya, menarik senjata pendek dari balik jaket. "Ambil kanan. Aku tahan tengah."

Kanzaki membelok tajam, roda menggerus tanah basah. Kazehaya menoleh cepat, lalu meraih batang kayu patah dari tepi jalur, melemparkannya dengan presisi.

BAM!

Batang itu menghantam ban depan motor musuh terdepan. Motor terguling keras, menciptakan kekacauan di barisan belakang.

"Dua jatuh. Tiga masih mengejar," lapor wanita bertopi rajut dingin.

Kazehaya mengisi peluru ke dalam pistol kecilnya. "Abaikan. Prioritas: lindungi target."

“Jangan biarkan mereka mendahului kita!” jerit suara wanita berambut perak di radio musuh. “Hancurkan yang bawa si gadis!”

Aylin menggertakkan gigi. Jalanan mulai mendatar—tapi yang menunggu di depan adalah jembatan kayu sempit di atas jurang.

“Pegangan yang kuat!” seru Aylin.

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

1
tse
mantap ka...seru abis bab ini...puas puas puas banget banget banget...top buat kaka....lanjut kan ka...jangan ada korban nyawa dari pihak Rayyan, Neil, Andi, Zayn, Buntala, Aylin dan Akay ya ka....mereka orang2 baik.....
Mrs.Riozelino Fernandez
😳😳😳😳😳
Mrs.Riozelino Fernandez
biarawan berkorban 😔
Mrs.Riozelino Fernandez
huuuh...
untung semua data atau apa ya itu namanya simbol2 itu sudah masuk ke pikiran Aylin ya...
Mrs.Riozelino Fernandez
ternyata mereka mengikuti Aylin...
ternyata setelah dilewati Aylin dan Akay tiap ujian tidak balik seperti semula ya...jadi gampang dilewati...
Puji Hastuti
Mantab, tim yang hebat
Puji Hastuti
/Good//Good//Good//Good/
Siti Jumiati
semakin kesini semakin seru...semakin bikin dang dig dug... semakin bikin penasaran... semakin nagih... dan semakin kereeeeeeeen... semangat kak lanjut...
fri
gasss terus Thor...💪
abimasta
untung jantungku masih aman thor
Siti Jumiati
satu kata cerita kakak luar biasa, bikin deg deg kan bikin senan jantung,bikin penasaran,bikin q gk bisa tidur karena gk sabar ingin baca cerita kelanjutannya.../Heart/ kereeeeeeeen.../Good//Good//Good/
ilhmid
gila, makin epik gini
phity
mamtap thor aku suka
phity
astaga aku baca sambil teriak2....hhhh
sum mia
akhirnya bisa ngejar sampai disini lagi .
makasih kak Nana.... ceritanya bener-bener seru juga menegangkan . kita yang baca ikutan dag dig dug ser .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
durrotul aimmsh
luar biasa....kyak lg nonton film action
asih
😲😲😲😲 kakak sampai hafal nama² jenis senjata
sum mia
emang seru kak.... sangat menegangkan .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
sum mia
meski banyak jalan terjal dan banyak ujian semoga mereka tetap baik-baik saja .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
naifa Al Adlin
keren lah kak nana/Good/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!