NovelToon NovelToon
Cinta Terlarang Dengan Mantan

Cinta Terlarang Dengan Mantan

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Konflik etika / Selingkuh / Cinta Terlarang / Angst / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:338
Nilai: 5
Nama Author: Vitra

" Iya, sekalipun kamu menikah dengan wanita lain, kamu juga bisa menjalin hubungan denganku. Kamu menikah dengan wanita lain, bukan halangan bagiku “ Tegas Selly.

Padahal, Deva hendak di jodohkan dengan seorang wanita bernama Nindy, pilihan Ibunya. Akan tetapi, Deva benar - benar sudah cinta mati dengan Selly dan menjalin hubungan gelap dengannya. Lantas, bagaimanakah kelanjutan hubungan antara ketiganya ? Akankah Deva akan selamanya menjalin hubungan gelap dengan Selly ? atau dia akan lebih memilih Nindy ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vitra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Permainan Hati

Martha masih terduduk di atas ranjang. Ia menanti kepulangan Kevin. Sejak Sabtu siang, saat ia kembali ke rumah ini, Kevin sudah tak tampak batang hidungnya. Hingga Minggu sore pun, ia belum juga pulang.

Dengan jari-jarinya, Martha mengetuk-ngetuk permukaan kayu tempat tidurnya. Ia sangat menantikan Kevin—bukan karena rindu, melainkan karena ingin meluapkan semua kekesalannya. Martha sudah tak sanggup menahannya lagi.

Kreeekk...

Pintu kamar terbuka. Martha menoleh. Laki-laki yang sejak kemarin ia tunggu akhirnya muncul.

Kevin hanya menatapnya sekilas, seolah Martha tak ada di sana. Ia lalu berjalan masuk, melepas bajunya, dan bersiap mengganti pakaian.

“Dari mana saja kamu? Apa selama aku di luar kota seminggu ini, kamu juga tidak pulang ke rumah?” tanya Martha.

“Tidak. Kebetulan saja Sabtu kemarin aku tidak pulang,” jawab Kevin datar, tanpa menatapnya.

“Kamu bersama perempuan murahan itu, kan?”

Kevin langsung menatap tajam ke arahnya.

“Jaga mulutmu!” tegurnya.

“Sampai kapan kamu memperlakukan aku seperti ini? Aku benar-benar nggak menyangka, ternyata kamu sebrengsek ini!” balas Martha.

“Sudahlah. Aku tidak mau berdebat,” ucap Kevin, lalu melangkah keluar kamar.

“Tak pernah terbayangkan sedikit pun, aku akan menikah dengan laki-laki segila kamu!” Martha terus meluapkan emosinya.

Kevin tetap mengabaikannya. Ia hanya menoleh sejenak, lalu kembali berjalan keluar.

Begitu Kevin pergi dan meninggalkannya sendiri, tangis Martha pecah. Ia menutup wajah dengan kedua tangannya.

Setiap kali air matanya jatuh, pikiran untuk menyakiti diri sendiri kembali datang. Tapi kali ini, ia masih bisa berpikir jernih. Sampai berapa goresan lagi yang harus ia buat agar Kevin sadar bahwa hatinya benar-benar terluka? Apakah dengan menggoreskan pisau di tangannya, keadaan akan berubah?

“Jangan sampai aku mati. Aku tidak ingin kematian sia-sia ini membuat dua manusia tak berakhlak itu merasa bahagia,” gumamnya. Air matanya mulai terhenti.

Tatapan Martha jatuh pada bekas-bekas luka di lengannya. Pemandangan itu membuatnya bangkit. Ia harus menjadi lebih kuat—seperti yang dikatakan Lisa kemarin. Ya, Martha harus kuat.

Ia menghapus sisa air mata dengan kasar. Dalam benaknya, mulai terbentuk rencana. Ia harus membalas Kevin dan Selly. Ia harus membuka semua kebenaran—membuktikan bahwa Kevin dan Selly menjalin hubungan terlarang.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Setelah pertemuannya kemarin sore dengan Nindy, Deva masih belum merasa nyaman. Obrolan yang ia bangun sore itu semata-mata hanyalah bagian dari rencana—permainan hati yang ia mainkan untuk menjebak perasaan Nindy.

Ia akan terus memantau perkembangan pendekatannya. Besar harapannya agar Nindy bisa jatuh hati padanya. Saat waktu itu tiba, Deva berniat mengajaknya menikah.

Deva tak peduli akan seperti apa kehidupan pernikahan mereka kelak. Ia sama sekali tidak memikirkan bagaimana hidup bersama perempuan yang tidak ia cintai.

Bu Lastri menghampiri Deva yang tengah asyik membaca novel di halaman depan rumah.

“Bagaimana pertemuanmu kemarin dengan Nindy? Lancar, kan?” tanya Bu Lastri sambil duduk di sampingnya.

Deva menjawab tanpa menurunkan bukunya. “Iya, lancar kok, Bu.”

“Kalau kamu sudah merasa cocok dengan Nindy, jangan lama-lama. Segera nikahi dia.”

Mendengar itu, Deva menutup novelnya dan menoleh ke ibunya.

“Bu, menikah itu tidak sesederhana itu. Aku memang ingin segera menikahinya, tapi aku juga perlu tahu apakah Nindy merasa cocok denganku atau tidak.”

“Ibu nggak maksain kamu, kok. Ibu juga nggak mau nasib pernikahanmu nanti seperti Ibu dulu,” ucap Bu Lastri dengan nada sendu.

Deva tersenyum kecil, menenangkan ibunya. “Iya, Bu. Justru karena itu, aku nggak mau terburu-buru. Tapi juga nggak akan menunggu terlalu lama. Kalau aku sudah yakin Nindy merasa cocok denganku, pasti akan aku lamar.”

“Ibu membayangkan kamu menikah dengan Nindy saja, rasanya hati Ibu sudah bahagia,” ucap Bu Lastri dengan mata yang sedikit berkaca.

Dan aku membayangkan, akan lebih bahagia jika bisa benar-benar menikah dengannya, gumam Deva dalam hati.

“Apalagi kalau kalian memang berjodoh,” lanjut Bu Lastri. “Hari-hari Ibu pasti lebih tenang dan bahagia. Tahun depan Ibu pensiun, tinggal menikmati masa tua dengan melihat kalian bahagia.”

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Bagaikan langit dan bumi, perasaan Nindy sangat berbanding terbalik dengan Deva. Setelah pertemuan kemarin sore, Nindy semakin yakin bahwa ia benar-benar merasakan kecocokan dengan pria itu.

Pertemuan itu berjalan sesuai dengan harapan Nindy.

Ia melihat Deva sebagai sosok berkepribadian baik—terlihat dari cara Deva mencairkan suasana sejak awal dengan candaan canggungnya, kemudian membahas berbagai topik, bahkan sampai menyinggung soal pernikahan.

Di mata Nindy, Deva memang bukan laki-laki yang tampan secara fisik. Namun, justru kepribadiannya yang menarik hatinya.

"Jika aku bisa menikah dengan Deva, aku akan menjadi wanita paling beruntung. Dia laki-laki yang baik luar dalam. Sepertinya, aku akan hidup bahagia bersamanya," bisik Nindy pada dirinya sendiri.

Tiba-tiba, terdengar ketukan di pintu kamarnya.

“Nin…” panggil Bu Narmi dari luar. Nindy segera membukakan pintu.

“Kamu hari ini ada janji dengan Deva?” tanya ibunya.

“Hah? Hari ini? Nggak, Bu,” jawab Nindy, bingung.

“Itu, dia nungguin di ruang tamu. Katanya mau ketemu kamu.”

Nindy terkejut. Kenapa Deva tiba-tiba datang malam-malam? Tanpa pikir panjang, ia segera mengenakan cardigan dan hijabnya, lalu bergegas ke ruang depan.

Tampak Deva sedang duduk sambil berbincang dengan Pak Danu.

“Itu, Nindy. Saya pamit dulu, ya,” ujar Pak Danu, lalu meninggalkan mereka berdua.

“Kenapa kamu tiba-tiba datang ke rumahku malam-malam begini?” tanya Nindy, masih heran.

“Kebetulan tadi aku habis ketemu teman. Sekalian saja mampir ke rumahmu,” jawab Deva dengan senyum yang tenang.

“Oh... gitu,” sahut Nindy pendek, masih menebak-nebak maksud kedatangannya.

Deva lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam tas belanjanya.

“Ini, mungkin nggak seberapa. Tapi, kupikir bisa jadi hiasan di kamarmu.” Ia menyerahkan sebuah tabung kecil berisi bunga kering, dihiasi lampu-lampu kecil yang menyala lembut.

“Wah, bagus banget. Iya, ini cocok banget buat hiasan di kamarku,” ucap Nindy sambil tersenyum, jelas senang menerima pemberian itu.

“Aku ikut senang, lihat kamu tersenyum seperti itu,” ujar Deva lembut.

Ucapan itu membuat dada Nindy berdebar. Ia mencoba sekuat tenaga untuk tetap tenang, seolah tak terpengaruh. Tapi di dalam hatinya, gejolaknya tak bisa dibendung.

Ia memilih mengalihkan pembicaraan.

“Terima kasih, ya, sudah ngasih hadiah secantik ini. Aku pasti akan memajangnya di kamarku. Terima kasih banyak, Deva,” ucapnya tulus.

Deva tersenyum, dalam hati merasa bahwa usahanya sejauh ini berhasil. Mungkin hanya tinggal beberapa langkah lagi hingga ia bisa menuntaskan rencananya—membuat Nindy percaya bahwa pernikahan adalah takdir mereka.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!