NovelToon NovelToon
Bukan Cinderella-nya

Bukan Cinderella-nya

Status: sedang berlangsung
Genre:Hamil di luar nikah / Diam-Diam Cinta / Dijodohkan Orang Tua / Pembantu
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Nitzz

Nathaniel Alvaro, pewaris muda salah satu perusahaan terbesar di negeri ini, hidup dalam bayang-bayang ekspektasi sang ibu yang keras: menikah sebelum usia 30, atau kehilangan posisinya. Saat tekanan datang dari segala arah, ia justru menemukan ketenangan di tempat yang tak terduga, seorang gadis pendiam yang bekerja di rumahnya, Clarissa.
Clarissa tampak sederhana, pemalu, dan penuh syukur. Diam-diam, Nathan membiayai kuliahnya, dan perlahan tumbuh perasaan yang tak bisa ia pungkiri. Tapi hidup Nathan tak pernah semudah itu. Ibunya memiliki rencana sendiri: menjodohkannya dengan Celestine Aurellia, anak dari sahabat lamanya sekaligus putri orang terkaya di Asia.
Celeste, seorang wanita muda yang berisik dan suka ikut campur tinggal bersama mereka. Kepribadiannya yang suka ikut campur membuat Nathan merasa muak... hingga Celeste justru menjadi alasan Clarissa dan Nathan bisa bersama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nitzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

3. Bunga di Tangga Belakang

Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Rumah besar keluarga Alvaro sunyi, hanya suara detak jam antik di ruang tengah yang terdengar. Semua lampu sudah dimatikan, kecuali satu: lampu kecil di dekat tangga belakang.

Clarissa duduk di anak tangga ketiga, berselimut hoodie tipis dan membuka buku besar berjudul Psikologi Perkembangan. Cahaya lampu temaram membuat bayangannya memanjang ke lantai. Tangannya sibuk mencoret-coret kertas, alisnya sedikit mengernyit.

Nate berdiri di balik jendela ruang makan, mengintip diam-diam sambil menyandarkan diri ke dinding.

Sudah hampir seminggu dia memperhatikan kebiasaan Clarissa ini. Tiap malam setelah semua pekerjaan rumah selesai, gadis itu akan menyelinap ke tangga belakang dengan buku dan setumpuk print out. Tempat itu sunyi, tak ada yang lewat, dan biasanya cukup dingin untuk membuat orang menyerah setelah lima belas menit.

Tapi Clarissa bisa duduk di sana berjam-jam, hanya dengan satu mug air putih dan semangat yang entah datang dari mana.

Nate tersenyum kecil. “Gila, ni anak bener-bener rajin,” gumamnya.

Ia melirik bunga kecil yang tadi diambilnya dari taman. Bunga mawar merah muda, mekar sempurna.

Rencananya impulsif, bodoh bahkan, tapi Nate tak peduli. Ia menggulung secarik kertas kecil yang sudah ditulis sebelumnya dan mengikatnya ke batang mawar dengan pita kecil.

Lalu, diam-diam, dia berjalan keluar lewat pintu samping.

Clarissa sedang terlalu tenggelam dalam bacaannya untuk menyadari langkah pelan Nate yang mendekat dari arah taman. Pria itu berhenti sekitar dua meter dari tangga, meletakkan bunga di atas pagar kayu kecil, lalu mundur lagi cepat-cepat.

Dari balik bayangan, ia menunggu.

Butuh beberapa menit sebelum Clarissa menyadari kehadiran bunga itu. Saat dia berdiri untuk meregangkan badan, matanya menangkap sesuatu yang asing di pagar.

“Eh?” Clarissa melangkah mendekat.

Ada sebatang mawar merah muda.

Dengan catatan kecil tergulung di batangnya.

Clarissa membuka kertas itu perlahan-lahan, seperti takut merusaknya. Tulisan di sana hanya dua kalimat, sederhana:

“Untuk gadis yang lebih kuat dari yang dia sadari.

Dari: Pengagum Rahasia.”

Wajah Clarissa memerah seketika. Dia memandang ke sekitar, jantungnya berdebar.

Nate nyaris tertawa dari tempat persembunyiannya. Dia bisa melihat reaksi gadis itu dengan jelas—kebingungan, malu, senang, lalu kembali bingung.

Clarissa duduk kembali, kali ini memandangi bunga itu dengan senyum kecil.

Nate mundur pelan, lalu kembali ke kamarnya. Detak jantungnya tak kalah kencang.

“Pengagum rahasia,” gumamnya sendiri, geli. “Gue juga nggak nyangka bakal sekampungan ini.”

Tapi melihat senyum Clarissa tadi, senyum tulus tanpa beban, semua konyolnya jadi terasa berharga.

Keesokan paginya, Madeline mengetuk kamar Nate dengan ekspresi tak senang.

“Kamu ingat, kan? Hari ini kamu harus makan siang sama Celeste.”

“Celeste?” Nate mengernyit.

“Anak sahabat Mama, Julianne Aurellia. Kamu udah ketemu dia pas kecil. Sekarang dia udah cantik, sukses, kerja di firma hukum top. Mama atur lunch kalian di hotel sore ini.”

Nate langsung geleng. “Ma, aku ada meeting.”

“Jangan cari alasan. Anak itu calon istri ideal.”

Nate berdiri dari tempat tidur. “Aku nggak butuh istri ideal. Aku butuh istri yang bisa bikin aku ngerasa nyaman, bukan yang Mama pilih.”

Madeline menatap putranya tajam. “Jangan bilang kamu masih mikirin... Clarissa?”

Nate mengangkat bahu, cuek. “Kalau iya, kenapa?”

Madeline menahan napas sejenak, lalu memutar tubuh dan keluar dari kamar tanpa kata.

Nate duduk kembali. Matanya melirik ke arah balkon, ke taman di mana Clarissa biasanya menyiram bunga. Dia masih memegang satu bunga mawar merah muda yang tersisa di vas kecil di meja.

“Gue nggak peduli dia pembantu atau bukan,” katanya pada diri sendiri. “Selama dia bisa bikin gue tersenyum kayak kemarin... itu cukup.”

Di dapur, Clarissa menyelipkan bunga pemberian “pengagum rahasia” itu ke dalam bukunya. Senyum itu belum hilang sejak semalam.

Dalam hati, dia berpikir:

Siapa pun dia... terima kasih. Aku butuh itu.

Dan diam-diam, dua hati mulai saling mendekat—dalam gelap, dalam sunyi, dalam diam.

Tanpa tahu bahwa dunia takkan membiarkan cinta mereka semudah itu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!