Ava Seraphina Frederick (20) memiliki segalanya kekayaan, kekuasaan, dan nama besar keluarga mafia. Namun bagi Ava, semua itu hanyalah jeruji emas yang membuatnya hampa.
Hidupnya runtuh ketika dokter memvonis usianya tinggal dua tahun. Dalam putus asa, Ava membuat keputusan nekat, ia harus punya anak sebelum mati.
Satu malam di bawah pengaruh alkohol mengubah segalanya. Ava tidur dengan Edgar, yang tanpa Ava tahu adalah suami sepupunya sendiri.
Saat mengetahui ia hamil kembar, Ava memilih pergi. Ia meninggalkan keluarganya, kehidupannya dan juga ayah dari bayinya.
Tujuh tahun berlalu, Ava hidup tenang bersama dengan kedua anaknya. Dan vonis dokter ternyata salah.
“Mama, di mana Papa?” tanya Lily.
“Papa sudah meninggal!” sahut Luca.
Ketika takdir membawanya bertemu kembali dengan Edgar dan menuntut kembali benihnya, apakah Ava akan jujur atau memilih kabur lagi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 24
Edgar duduk di penthouse pribadinya, satu jam setelah meninggalkan Ava dan si kembar. Jeremy berdiri di depannya, masih gemetar dan menyesali kejujurannya yang terlambat.
Ruangan itu dipenuhi peta dan data perusahaan, tetapi malam ini, fokus Edgar hanya pada satu hal: dua anak dan ibu mereka.
“Jadi, selama tujuh tahun, aku hidup dalam kebohongan yang kau buat,” ujar Edgar dingin, suaranya sangat tenang, yang justru jauh lebih menakutkan daripada amarah.
“Maafkan saya, Tuan. Saya bersedia menerima hukuman apa pun,” lirih Jeremy.
“Hukumanmu adalah membantuku mendapatkan mereka kembali,” putus Edgar. “Aku tidak membuang waktu untuk amarah sekarang. Aku harus fokus pada strategi. Ava tidak akan pernah kembali padaku dengan mudah. Dia keras kepala, Jeremy. Dan kita masih punya masalah Ivy.”
“Tapi, Tuan, anda harus mencari tahu dalang dibalik pemalsuan hasil lab lebih dulu,” saran Jeremy.
“Itu tugasmu. Jika kau tak menemukannya dalam waktu 24ham kuhabisi kau!” ancam Edgar.
“24 jam itu sebentar Tuan. Sementara kejadian itu tujuh tahu lalu,” protes sang asisten.
Edgar mengabaikan Jeremy, mengambil tablet dan mulai menyusun poin-poin seolah ini adalah tender bisnis bernilai miliaran.
“Buka telingamu lebar-lebar dan dengar baik-baik ucapanku!” seru Edgar. Sebenarnya ia ingin sekali memukul wajah Jeremy, tapi akan Edgar lakukan nanti sebagai pelampiasan kemarahannya.
“Prioritas pertama, informasi,” ucap Edgar. “Aku ingin semua data tentang Ava Seraphina. Di mana sebelum ini dia tinggal, bagaimana dia hidup selama tujuh tahun terakhir, dan terutama, apa yang dia butuhkan. Aku juga ingin laporan medis lengkap Luca. Lily bilang Luca sakit.”
Jeremy segera mencatat, lega karena tuannya beralih ke mode bisnis. “Baik, Tuan. Saya akan menghubungi network keamanan kita.”
“Prioritas kedua, memutus ikatan,” lanjut Edgar dengan mata menyipit. “Kenzo terlalu dekat dengan mereka. Ava menganggap Kenzo sahabat karibnya. Keberadaan Ava sebagai asisten pribadi Kenzo adalah ancaman bagiku. Aku akan biarkan Kenzo tetap bekerja, tapi aku harus memutus kedekatan emosionalnya dengan Ava.”
“Bagaimana dengan anak-anak, Tuan? Mereka memanggil Kenzo om?” tanya Jeremy.
“Itu akan berubah,” jawab Edgar singkat. “Aku akan segera mengisi peran itu. Lily sudah memanggilku Papa. Aku akan mulai dengan Luca. Luca lebih dingin dan cerdas, dia harus diyakinkan dengan logika dan tindakan, bukan hanya janji.”
“Prioritas ketiga, menghilangkan hambatan,” Edgar menekan poin ini dengan rahang mengeras. “Ivy. Aku tidak bisa membawa Ava dan anak-anakku kembali selagi aku masih terikat dengan wanita manipulatif itu. Aku membutuhkan pengacara terbaik. Mulai proses pre-divorce tanpa sepengetahuan Ivy. Aku perlu alasan yang kuat, dan aku tidak ingin berbagi aset.”
“Tapi, Tuan, nyonya Ivy tahu banyak tentang bisnis anda. Perceraian bisa menjadi bencana reputasi,” Jeremy mengingatkan.
“Itulah mengapa kita harus cepat. Aku akan menggunakan informasi yang Ivy dan Cleo sendiri berikan, bahwa hubungan kami palsu dan bahwa dia menggunakan Cleo untuk memanipulasi. Aku akan membuat perceraian ini terlihat seperti kesalahan Ivy.”
“Prioritas ke empat, akses permanen.” Edgar bersandar di kursinya. “Ava tidak akan bekerja untukku karena dia membenciku. Tapi dia membutuhkan uang. Dia akan bekerja untuk Kenzo Corp karena gajinya tinggi. Aku ingin kau pastikan gaji Ava naik lima kali lipat. Beri dia semua fasilitas, termasuk mobil dan apartemen mewah. Aku tidak mau anak-anakku tinggal di kontrakan. Aku akan membiayai pengobatan Luca.”
“Apakah anda tidak khawatir dia akan curiga, Tuan?”
“Tentu saja dia akan curiga. Tapi dia akan menerima. Dia seorang ibu. Dia akan mengutamakan anak-anaknya daripada harga dirinya. Dan yang terpenting...” Edgar menyeringai licik, mengingat momen di ruang meeting.
“Aku akan mengingatkannya bahwa kami masih memiliki urusan yang belum selesai. Aku akan menggunakan ketertarikannya padaku sebagai senjata.”
Edgar mengakhiri pembicaraan. Ia beralih menatap Jeremy tajam. Jeremy menelan ludah dengan susah payah, seolah dikuliti hidup-hidup oleh tuannya.
“Strategi ini harus dilaksanakan segera mungkin. Mulai besok, aku tidak hanya akan mencari berlian, Jeremy. Aku akan merebut kembali keluargaku.”
Jeremy mengangguk, menyadari bahwa ia baru saja menyaksikan kelahiran perang paling pribadi dan strategis yang pernah dilancarkan tuannya.
Rencana Edgar sudah matang, menggabungkan bisnis, emosi, dan manipulasi.
“Kalau begitu saya permisi sebentar, Tuan. Saya butuh ruang untuk bernafas.” Jeremy membungkuk sekilas.
“Jadi, sejak tadi kau mati?” ketus Edgar.
“B–bukan begitu maksud saya.”
“Pergi sana!” Edgar mengusir Jeremy dengan mengibaskan tangan. Seperti sedang mengusir seekor ayam.
Jeremy bergegas keluar sebelum Edgar marah. Namun langkahnya terhenti saat Edgar memanggilnya.
“Tunggu!” teriak Edgar.
“Ya, Tuan?”
Bugh! Bugh! Bugh!
Tiga pukulan telak mendarat di rahang dan perut Jeremy hingga membuat pria itu tersungkur.
“Kenapa anda memukul saya?” lirih Jeremy sembari menyentuh perutnya yang terasa sesak dan kram.
“Seharusnya aku sudah menghabisimu sejak dulu brengsek! Tapi karena aku masih membutuhkanmu, aku akan memberimu kesempatan,” balas Edgar tersenyum tipis. “Keluar sana!”
Jeremy merangkak keluar, sementara Edgar merapikan kembali kemejanya yang sedikit berantakan.
“Yes! Ternyata aku tidak mandul!” sorak Edgar dalam hati.
udh gk ada maaf lagi dri edgar😌
klo km msh berhianat jg udh end hidupmu
lanjut kak sem gat terus💪💪💪
apa² jgn² kamu menyukai ivy...
kl iya tamat lah riwayat mu jeremy
untung edgar cocok y coba kl ava ataupun edgar tidak cocok... pastinya mereka disuruh memilik anak lagi🤔