NovelToon NovelToon
Bringing Back My Ex Wife

Bringing Back My Ex Wife

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berbaikan / Single Mom / Anak Genius / Dokter / Mantan
Popularitas:300.3k
Nilai: 5
Nama Author: moon

WARNING❗

CERITA INI BUAT YANG MAU-MAU SAJA.

TIDAK WAJIB BACA JUGA BILA TAK SUKA.

⚠️⚠️⚠️

Setelah hampir satu tahun menjalani pernikahan, Leon baru tahu jika selama ini sang istri tak pernah menginginkan hadirnya anak diantara mereka.

Pilihan Agnes untuk childfree membuat hubungannya dengan sang suami semakin renggang dari hari ke hari.

Kesempatan itu tak disia-siakan oleh Debby, sahabat Leon yang sekian lama menaruh rasa yang tak biasa pada Leon.

Badai perpisahan pun tak bisa mereka hindari.

Tapi, bagaimana jika beberapa tahun kemudian, semesta membuat mereka kembali berada di bawah langit yang sama?

Bagaimana reaksi Leon ketika tahu bahwa setelah berpisah dari istrinya, Leon tak hanya bergelar duda, tapi juga seorang ayah?

Sementara keadaan tak lagi sama seperti dulu.

"Tega kamu menyembunyikan keberadaan anakku, Nes." -Leonardo Alexander-

"Aku tak pernah bermaksud menyembunyikannya, tapi ... " -Leony Agnes-

"Mom, where's my dad?" -Alvaro Xzander-

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bercengkrama Dengan Cucu

#31

“Mom, mereka ini siapa?” bisik Al di telinga Agnes. 

Agnes tersenyum, sejujurnya ia gugup, menebak bagaimana nanti reaksi Al setelah tahu siapa kedua orang tersebut. 

Namun, Agnes tak ingin membiarkan Al salah paham, dan menganggap bahwa Daddy dan keluarganya tak menyayangi dirinya. Wanita itu mengubah posisi duduknya, ia menghadap Al, serta mengusap sisa cake di sudut bibirnya. Dan dengan suara lembut Agnes berkata. 

“Beliau berdua adalah Ayah dan Bundanya Daddy, Eyang-nya Al.”

Deg! 

Deg! 

Agnes yang berkata, namun, gemuruh jantungnya juga yang terdengar berisik. Menanti bagaimana reaksi Al setelah beberapa hari menolak kehadiran Leon dengan tegas. 

Suasana sunyi, yang terdengar hanya obrolan pembeli dan suara Miska yang sedang melayani mereka. Al menatap Ayah Juna, Bunda Emira, dan Agnes bergantian. 

Tak hanya Agnes, namun kedua eyang Al pun berdebar harap-harap cemas. Setelah Leon bercerita tentang penolakan Al, keduanya ikut merasa sedih. Jadi kali ini merekalah yang bergerak mendekati Al, berharap tak akan ada lagi jarak dan prasangka yang memisahkan. 

“Eyang?” gumam Al. Tak ada yang tahu bagaimana perasaan bocah itu. 

“Iya, Sayang. Ini Eyang Emira dan Eyang Juna.” Bunda Emira memperkenalkan diri, tangannya bergerak pelan mengusap rambut dan kepala Al, dan surprise sekali bahwa Al tak menolak sentuhannya. “Maaf, ya. Eyang terlambat datang, bukan Eyang tak sayang, tapi Eyang baru tahu kalau Eyang memiliki cucu tampan dan pintar sepertimu.” 

“Eyang—” 

Tanpa diduga Al mendekat dan memeluk Bunda Emira, cukup terkejut dengan reaksi Al, air mata haru pun menyeruak. Dan dengan cepat Bunda Emira bisa menguasai diri, membalas pelukan Al dengan pelukan yang lebih erat. 

Tak ada yang lebih membahagiakan dibandingkan penerimaan Al. 

Ayah Juna tak membuang waktu, pria itu pun ikut memeluk istri dan cucunya, “Kami menyayangimu, Al. Kami tak datang bukan karena tak sayang, tapi karena kami tak tahu keberadaanmu,” bisik Bunda Emira, hingga Agnes pun tak kuasa menahan tangis. 

Pertemuan mengharukan ini, cukup emosional baginya, sangat terharu karena sejak memutuskan pindah ke Jakarta, momen inilah yang Agnes harapkan. Al bisa berkumpul dengan keluarga besarnya, merasakan kehadiran dan cinta kasih mereka terhadapnya. 

Agar kelak dewasa Al tak sepertinya dirinya yang sejak kecil terombang-ambing menghadapi kerasnya angin kehidupan, karena ditolak papanya sendiri, hingga jiwa Agnes tumbuh semakin kerdil.

Kantong jiwa yang seharusnya terisi penuh dengan kasih sayang, cinta, bahasa kasih dari kedua orang tuanya, seperti ruang kosong yang mudah dikempeskan oleh sebuah pukulan kecil. 

“Eyang jangan pergi lagi, ya?” pinta Al. 

Bunda Emira melepas pelukannya, “Eyang tak akan pergi, Eyang yang akan berjalan menghampiri Al, selalu, dimanapun dan kapanpun,” ujarnya dengan kedua mata yang basah karena air mata. 

Beberapa saat kemudian, pertemuan mengharukan itu berlanjut dengan obrolan hangat antara Al dan kedua eyangnya. Bunda Emira juga menyuapinya makan nasi dan lauk pauk, padahal biasanya Al tak mau makan di suapi. 

Ketika ada pembeli datang, Agnes sengaja meninggalkan mereka untuk melayani pembeli, bukan tak menghormati, tapi agar Al bebas bercengkrama dan mengekspresikan dirinya. 

“Bu, kue yang tadi aku lanjutkan saja ya, menghiasnya?” 

“Tidak, biar aku saja. Kamu buat adonan baru untuk fruit cake, buat 2 resep, ya? Nanti aku bawakan 1 untuk eyangnya Al,” instruksi Agnes pada Miska, karena saat ini mereka hanya berdua di toko. Sementara yang lain sedang ada keperluan di luar. 

Agnes kembali menghampiri meja tempat Ayah Juna dan Bunda Emira berada, mereka masih bercengkrama mesra dengan Al. Setiap saat Ayah Juna nyaris selalu menghabiskan hari di rumah sakit, tapi kini, kelihatan sekali, wajahnya lebih rileks ketika bercengkrama dengan Al. 

“Yah, Bund. Aku tinggal sebentar, ya? Ayah dan Bunda tak perlu segan, santai saja di sini.” 

“Iya, iya, pergilah, jangan sampai kehadiran kami mengganggu pekerjaanmu.” Bunda Emira mempersilahkan Agnes melanjutkan aktivitasnya, sebab Agnes terlihat pontang panting karena sejak tadi para pembeli terus berdatangan. 

“Al, baik-baik sama Eyang, ya, Nak?”

“Okay, Mom,” jawabnya riang. Kemudian bocah itu kembali membalik halaman buku cerita yang sedang ia baca dengan gayanya yang lucu untuk kedua eyangnya. 

•••

Sejak jelang sore hingga kini menjelang malam, Al tampak ceria bersama kedua eyangnya. 

Tak tampak cemberut, atau menolak perhatian Ayah Juna dan Bunda Emira. Barulah ketika mereka pamit, Al sedikit murung. 

“Kapan-kapan Eyang datang lagi, ya?” bujuk Ayah Juna ketika Al memeluk menyembunyikan wajah di pelukannya. 

“Atau mau menginap? Nanti kita main ke rumah Opa Buyut, mau?” sebenarnya berat sekali bagi keduanya untuk pamit, tapi hari sudah hampir malam, dan Bunda Emira tahu bahwa mereka tak boleh egois hingga menyita waktu Al. Cucunya harus segera mandi dan istirahat agar besok bisa sekolah lagi. 

Al mengangkat wajahnya, ia heran dengan istilah baru tersebut, “Opa Buyut?” tanyanya. 

Bunda Emira mengangguk, “Iya, Opa Buyut itu, Daddy-nya Eyang. Bingung, ya?” 

“Daddy-nya Eyang—” 

Ucapan Bunda Emira mengingatkan Al pada Daddy-nya sendiri, tadi sebelum keluar dari gerbang sekolah, Al melihat keberadaan Leon di sana. Namun, ia berpura-pura tak tahu, dan berlanjut mengabaikannya. 

“Iya, Daddy-nya Eyang. Nah, sekarang Al nurut sama Mommy, dan weekend nanti Daddy-nya Al akan jemput, kita main di rumah Opa Buyut.” 

Mendengar Daddy-nya di sebut, Al kembali diam, tak ada yang mengerti arah hati dan bagaimana perasaannya. 

Al melorot turun dari gendongan Ayah Juna, “Eyang, terima kasih, karena hari ini sudah mau main sama Al.” 

Ayah Juna berjongkok, kemudian memeluk Al sekali lagi, “Sama-sama, Jagoan,” bisik Ayah Juna. 

“Kalau daddy-nya Al masih nakal, suka bilang sibuk kerja, nanti Al bilang sama Eyang, ya. Biar Eyang jewer, dia,” sambung Ayah Juna masih berbisik. 

Al mengangguk, senyum tipis tersungging di bibirnya. “Ssstt, ini rahasia kita,” ujar Ayah Juna sekali lagi. 

“Okay, Eyang.” 

“Rahasia apa, sih? Jangan membuatku penasaran,” tanya Bunda Emira yang merasa ditinggalkan. 

“Bunda, ini, untuk orang rumah.” Agnes menyerahkan fruit cake yang untungnya selesai tepat waktu sebelum Bunda Emira dan Ayah Juna pamit pulang. 

“Lho, kan tadi sudah.” 

“Nggak papa, ini buat di rumah.” 

Bunda Emira hendak menolak, namun Agnes tetap menyerahkan box cantik berisi fruit cake favorit Bunda Emira tersebut. 

“Bye, Eyang, sampai jumpa weekend nanti, ya?” ucap Al ketika mobil kedua eyangnya bergerak meninggalkan toko. 

“Bye juga, Sayang. Okay, Eyang akan pasang reminder di ponsel, agar tidak lupa.” 

•••

Pukul 03.00 dini hari. 

Leon sudah bersiap rapi hendak pergi, pagi ini ia ada jadwal operasi besar di Miracle Hospital, jadi ia ingin datang lebih awal. 

Pria itu memasukkan kapsul ke dalam mesin kopi otomatis, kemudian menghidupkan tombol powernya. 

Suara mesin kopi mulai berdengung, tanda mesin sedang bekerja, sambil menunggu, Leon membuka lemari pendingin, mencari kudapan ringan untuk sarapan sebelum minum kopinya. 

Pandangan matanya tertuju pada box dengan logo Macaroon Cake n’ Pastry. Leon bertanya-tanya, kenapa ada kue buatan Agnes di rumahnya? Semalam ia pulang agak larut, jadi kedua orang tuanya sudah tidur. Dan sekarang ia harus pergi pagi-pagi. 

“Lho, mau kemana?” 

Suara Bunda Emira mengagetkan Leon, pria itu menoleh. “Mau ke Miracle Hospital, pagi ini ada operasi di sana.” 

“Oohh.”

“Bund, ini—”

“Oh, itu dari Mommy-nya Al,” jawab Bunda Emira santai. 

“Bunda ketemu Agnes?” 

“Iya, kemarin Bunda dan Ayah ke toko Agnes, dan kami main sama Al.” 

What! 

Al menerima kedua orang tuanya, tapi kenapa Al tak mau menerima dirinya?? 

###

Kamu lagi apes, Leon. Ayo tancap gas! 🥳

1
Wahyuningsih 🇮🇩🇵🇸
digampar aja duo kuntilanak dan sunderoblong..pelakor kere Munggah bale👹👺😈👻
74 Jameela
dibw ke Lokalisasi biar lebih lihay melacur..kn dia menggatal kaak brgkali di t4 itu bs ktmu lawan yg tangguh..bs berimbang..haaah haaahhh😄
Sunaryati
Kapan dua uler keket jelmaan iblish itu dapat karma, kok masih baik- baik saja.
Sh
kurang...bisa ular medusa semprot yang banyak
Pujierde
di karungin trus lempar ke rawa" biar di mkn sama buaya"
aaaahhhh akhirnya kebagian juga menunggu up semoga gak lama coz pengen liat amukan ci nenex cihil kuyang melihat kebahagiaan agnes dan mama wina serta calonnya om rifky
Pujierde
diih narsisnya tetep aja di tampilkan dacal gen gerald 😀😀
Bunda Idza
penasaran visual uler demit 😂😂😂
moon: belom nyari visual udah mules duluan 😤
total 1 replies
Pujierde
lebay lo put
Pujierde
iiiiihhhh gigi onty sampai catit gala-gala mayla ney geregetan geumuuuuuush 🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗
Pujierde
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 bodel....bodel...bisa ae
Pujierde
ontu tanen dilimu mayla bodel kecayangankuh 🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
Pujierde
maafkan papamu nez berat memang tp dengan memaafkan membuat hati kamu jadi tenang
Pujierde
didikan emaknya jadi anaknya gak jauh beda
Pujierde
semoga ada yang menolong debby jika ada yang berbuat jahat, wlo debby jahat kepada leon dan agnes tapi jahat tidak seperti selengkinya papa agnes
Pujierde
akhirnya......jodoh mama wina datang
Pujierde
jangan deb takutnya kamu di perlakukan tidak baik
Patrick Khan
wahhh pasti jingkrak2 uler itu..tau leon suaminya agnes..siap siap menyusun rencana si uler😁
Pujierde
oh iya sempet mikir di bab berapa ya yg ada nama gendis berharap rama nikah sama gendis semoga ada gendis msh single
Pujierde
😭😭😭😭😭😭
Pujierde
akhirnya sah btw namanya orang tua mereka mirip dewanto dan darmanto
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!