BADANMU ITU KAYAK GAPURA DESA!
Itulah kalimat yang sering di dengar Berryl, seorang wanita karir bertubuh gemuk yang selalu berpenampilan sederhana dan nerd.
Ia selalu tak beruntung dalam kehidupan sosialnya. Wanita itu acap kali mengalami pembullyan dan pengkhianatan.
Dihina, direndahkan dalam lingkungan kerja, bahkan difitnah oleh orang yang ia percaya. Parahnya, keluarga sang suami ikut memperlakukan nya dengan semena-mena.
Pada akhirnya, Berryl berusaha bangkit, ia bertekad akan membalas semua perlakuan buruk yang ia dapat.
Akankah Berryl berhasil membalas mereka semua?
Hallo Readers, saya ingin menginfokan bahwa novel PEMBALASAN ISTRI GENDUT merupakan novel yang pernah saya rilis di akun saya yang lain dengan nama pena Zindvl. Novel ini sudah saya hapus di akun lama dan saya rilis kembali di akun baru saya dengan nama pena Dae_Hwa yang memiliki makna mutiara yang berkilau. Saya harap di akun baru ini, saya dapat berkilau bak mutiara yang indah ✨
Mohon dukungannya 👊🏼
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PIG 31
"Papa ...!" seru kompak aku dan Alby.
"Sudah mati dia?" sinis Papa ku, Bastian.
"Mana penjahatnya?" Mama ku masuk ke ruangan dengan tenang.
"Oh ini?" Mama menatap nyalang, telunjuknya yang lentik menunjuk pada tubuh Jiwo yang sudah tak berkutik. Tampilannya benar-benar hedon, biasanya ia selalu tampil sederhana. Melihatnya berpenampilan seperti ini, sudah pasti tujuannya untuk mengintimidasi lawan.
Mama melangkahkan kakinya dengan anggun, sorot matanya dingin, tak ubahnya Hyena yang berang ketika anaknya di usik. Gigi nya yang menyeringai seolah siap untuk mematahkan dan menghancurkan tulang lawannya.
"Tubuh yang terdiri dari lima puluh liter minuman bersoda, dua puluh hamburger, dan tiga puluh loyang pizza plus ayam goreng tepung yang tak terhingga jumlahnya. ORANG DENGAN JENIS SEPERTI INI YANG BERANI MENGUNTIT PUTRI KU YANG BERHARGA?!" Bola mata indah Mama menatap tajam tubuh Jiwo yang tergeletak tepat di samping kakinya yang bergetar.
Aku menatap tajam Alby, bocah tengik ini benar-benar ember. Padahal aku sudah berpesan agar orang tua kami tidak tau tentang masalah ini, terutama mama. Bukan tanpa alasan aku meminta masalah ini dirahasiakan, apalagi dari mama. Ah, mama ku itu ... dulu sangat terkenal ....
"Aaarrggh ...!" Jiwo yang tadinya tak sadarkan diri, kini menjerit sekuat hati kala buah zakarnya remuk di ujung sepatu Mama ku.
Terkenal dengan sebutan penghancur buah zakar para pria hidung belang. Itu lah Mama ku ...!
Jiwo meraung-raung, pasti rasanya sangat sakit sekali kan? Tangannya menepuk-nepuk lantai kala mama ku menginjak-injak brutal barang durjana itu. Kejam memang, tapi hati ku merasa senang, apa aku gila?
Para petugas yang sejak tadi berdiam diri seolah sengaja membiarkan hewan buas itu merobek lawannya, kini menarik paksa mama ku saat melihat Jiwo tak lagi menunjukkan reaksi apapun.
Dua petugas tumbang ketika mama ku melawan dengan brutal, dengan sigap Alby berlari dan memeluk tubuh mama. Tenang, seketika wanita pemilik mata indah itu tenang. Tinggal tubuhnya yang berguncang, adikku mengusap pelan punggung mama, membiarkan wanita itu menangis hingga puas.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Wajah Renata begitu syok, mulutnya masih menganga lebar. Jika ada nyamuk yang melintas, sudah pasti akan tersedot masuk dalam kerongkongan nya.
"I-ini rumah lo, Ryl?" Renata menatap takjub mansion yang ku akui memang luar biasa indahnya.
"Bukan, punya orang tua gue." Aku masih sibuk menatap layar ponsel, menunggu pesan dari Calix.
Mama dan papa akhirnya memaksa aku untuk pulang ke mansion. Gara-gara masalah Jiwo, aku sama sekali tak memiliki alasan lagi untuk menolak. Kembali ke mansion, yang pasti setelah ini, papa pasti akan meminta ku untuk kembali ke perusahaan nya.
Calix, Alby, dan orang tua ku masih berada di kantor polisi. Mama secara khusus meminta Renata untuk menemani ku di mansion sampai esok pagi, beliau sepertinya tau jika aku akan kesusahan tidur malam ini.
"Gila, anak sultan lo ternyata?!" Renata menyipitkan matanya.
"Gak sultan-sultan amat lah," jawab ku.
"Eh, gini-gini gue gak kudet ya. Wajah bokap nyokap lo, segede gaban selalu terpampang di cetakan koran yang selalu gue bawa ke meja Pak Handoko tiap pagi. Pantesan, Pak Handoko nurut amat sama lo, Ryl. Rupanya, status sosial lo sama beliau udah ibarat langit dan bumi."
"Langit bumi bersaksi~"
"Jangan nyanyi, Sat!"
"Ih dosa loh ngomong kasar."
Aku dan Renata saling pandang dan ujung-ujungnya cekikikan bersama.
Mata ku kembali fokus pada ponsel ku yang berdenting. Sebuah pesan masuk dari Alby, sebuah pesan yang membuat jemari ku gemetar saat membacanya.
"Kenapa, Ryl?" penasaran, itu yang tergambar di wajahnya.
"Polisi nerobos paksa ke rumah Jiwo, Ren. Lo tau apa yang di temuin polisi?"
Renata menggeleng cepat. "Apaan?"
"Mayat!"
"Hah?!"
Renata yang tadinya duduk berjarak dua meter dariku, dalam dua detik gadis cantik itu sudah berada di sampingku. Meskipun terkenal bar-bar, Renata juga terkenal takut dengan urusan beginian.
"Cewe, Ren. Sudah membusuk, di temukan di ruang bawah tanah," jelas ku.
"Bawah tanah? Bukannya dia tinggal di apartemen juga?" Renata meremas pergelangan tanganku, gadis ini benar-benar ketakutan, ha ... ha ...
Aku menggeleng pelan. "Rumah pribadi, letaknya tak jauh dari gedung apartemen. Katanya, korban salah satu penghuni di apartemen. Sudah tiga bulan menghilang, banyak di temukan bekas makanan siap saji di sana, sepertinya wanita itu di sekap. Memang sih belum bisa dipastikan, tapi menurut polisi wanita itu sudah meninggal tiga minggu yang lalu. Pantas saja, tubuh Jiwo selalu tercium aroma busuk."
"Ternyata bau mayit. Gila tuh orang." Renata semakin meremas pergelangan tanganku.
"Patah tangan gue, Ren," sindir ku.
Renata lekas melepaskan tanganku dengan senyuman malu-malu.
"Eh, jadi lo mau laporan apaan?" tanyaku ketika ingat bahwa tujuan Renata ke apartemen ku untuk memberi laporan.
"Wah iya, sampai lupa. Sekarang, si Ibnu hutangnya banyak banget di kantor. Dari hutang kasbon, hutang sama para karyawan. Gali lubang tutup lubang deh situasi dia saat ini."
"Hutang? Ibnu? Kok bisa?" tanya ku heran.
Selama satu tahun kami hidup bersama, tak pernah sekalipun dia mengalami kesulitan uang. Sekarang, berhutang? Separah apa situasi nya?
"Dari informan gue, bersangkutan sama mobil katanya."
"Mobil? Maksudnya?"
"Intinya Ibnu ajukan pinjaman ke perusahaan, beli mobil nih ke orang yang di rekomendasikan oleh Kanaya, cash. Lo tau sial nya apa?"
Aku menggeleng cepat, penasaran, sumpah aku penasaran ...!
*
*
*
kyknya ga ada keterangannya... 😁😁