Meluluhkan Hati Suamiku

Erina memegangi bandul kecil dari kalung yang di berikan oleh Ervin. Dia mengali hatinya, apakah benar jika ia mencintai Ervin, atau hanya sebatas balas budi atas kebaikan Belinda.

Dia belum yakin sepenuhnya atas hatinya itu. Karena dia juga takut, jika rasa cintanya itu bisa jadi boomerang untuk dirinya sendiri, pada suatu saat nanti.

Erina menoleh kesamping, dimana Ervin yang sedang tertidur pulas dengan napas yang teratur.

Tanpa menganggu Ervin, perlahan-lahan Erina bangkit dan berjalan ke kamar mandi. Dia membersihkan diri dan kembali bermunajat kepada sang pencipta, dia meminta agar Allah memberikan pentunjuk atas apa yang sedang dihadapinya.

Seminggu kemudian, Erina dan Ervin di undang ke rumah Akri untuk makan malam. Tentu saja Ervin tidak mau menyia-nyiakan kesempatan langka itu.

Dengan memakai baju formal, keduanya berangkat menggunakan mobil yang dikendarai oleh Ervin sendiri. Tak lupa, keduanya juga menyiapkan buah tangan berupa oleh-oleh untuk tuan rumah.

Saat sampai, Akri menjemput keduanya di depan pintu utama. Dia sangat menyukai kepribadian Ervin yang masih muda juga energik.

Mereka bertiga langsung ke ruang keluarga, dimana, disana mereka sudah di tunggui oleh anak dan juga istri dari Akri.

Sejenak setelah berkenalan dan mengobrol sembari menunggu makanan siap, anak perempuan Akri langsung meminta tukar nomor dengan Erina. Karena sejatinya, dia tertarik dengan penampilan juga bawaan sikap dari Erina yang dinilai sangat sopan dan juga bijaksana.

"Aku kembali kesini baru tiga bulan terakhir, dulunya aku tinggal di luar negeri. Karena sekarang, aku dipaksa kembali untuk mengurus perusahaan." kekeh anak semata wayang dari pasangan Akri juga istrinya. "Jadi, disini aku tidak punya kenalan, ataupun teman. Dan karena umur kita tidak jauh beda, aku harap kita bisa jadi teman." lanjutnya.

Erina pun dengan senang menerima tawaran dari anak Akri yang bernama Suci itu. Dia juga sudah lama tidak mempunyai seorang teman sebaya, karena sekarang temannya hanyalah, Belinda seorang.

Akhirnya, acara makan malam pun usai. Tak lupa, Akri meminta Ervin untuk membuat sebuah set perhiasan dengan hasil desain dari tangannya sendiri. Ervin pun, menatap takjub pada desain yang diberikan oleh Akri.

Apalagi, Akri meminta agar Ervin membuat dengan berlian termahal yang ada di perusahaannya. Dan Akri juga tidak memberikan Ervin batas waktu tertentu, karena dia ingin semua hal sempurna, tanpa ada kata terburu-buru.

"Tadi, saat Suci meminta nomorku, ada sedikit perasaan ragu di hatiku. Apakah, itu karena dia ingin dekat denganmu, nyatanya itu semua hanya dugaan tanpa bukti." kekeh Erina.

Karena saat makan malam tadi, Suci pun sudah memiliki kekasih sendiri. Dan akan melakukan acara pertunangan dalam tahun ini.

"Mana mungkin, bahkan sepertinya dia tidak melirikku sedikitpun." balas Ervin.

"Kamu tahu darimana? Apa jangan-jangan kamu menatapnya?" tuduh Erina dengan tatapan menusuk.

Tawa Ervin langsung terdengar, dia juga mengacak jilbab Erina dengan gemas.

"Kita sempat mengobrol di meja makan dan di ruang tamu sayang. Dan saat kami sempat bicara tentang bisnis, dia malah lebih menatapmu. Karena keluarga mereka juga tahu aturan." jelas Ervin merasa lucu dengan tuduhan istrinya.

Erina langsung membuang muka akibat malu karena tuduhannya. Padahal, dia sendiri memperhatikan hal itu.

...🍁🍁🍁...

Seminggu kemudian, Suci dan Erina berjanji untuk menghabiskan waktu dengan shoping, keduanya memilih untuk bertemu di tempat. Karena perjalanan dari rumah Suci ke Erina memerlukan waktu hampir satu jam.

Makanya, keduanya memilih sebuah pusat belanjaan yang berada di tengah-tengahnya.

Erina tiba terlebih dahulu, karena dia mendapatkan pesan, jika Suci terjebak dalam macet di perjalanan. Dan dari pada menunggu di parkiran, Erina lebih memilih untuk menghabiskan waktunya disalah satu stand di dalam mall tersebut.

Saat Erina sedang mengantri minuman, dia dikejutkan dengan seseorang yang menepuk bahunya.

"Hai Erina, kamu gak lupakan, siapa aku." kekeh wanita yang menepuk bahunya.

Dan lelaki yang merangkul gadis tersebut tersenyum nakal ke arahnya.

Mereka adalah mantan sahabat Erina, dimasa lalu.

"Ka-kalian ..." Erina tergagap. Dia tidak menyangka, akan bertemu masa lalunya lagi.

Dengan menarik napas dalam, Erina memilih untuk membalikkan tubuhnya. Karena sebentar lagi gilirannya tiba.

Pasangan dibelakangnya berdecih, melihat respon yang diperlihatkan oleh Erina.

Karena jengkel, teman Erina yang bernama Tasya menarik ujung hijab yang dikenakan oleh Erina.

"Jadi, begini responmu, kalo bertemu teman lama? Oo, sahabatmu?" ralat Tasya terkekeh geli.

Alih-alih meladeni, Erina memilih abai. Karena sekarang adalah gilirannya untuk memesan makanan serta minuman.

"Walaupun ditutup serapat apapun. Foto-foto mu banyak sama kita. Jadi, jangan merasa sok suci." lanjut Tasya. "Kamu dan aku, pernah sama-sama rusak." tekan Tasya.

Erina menggenggam tangannya. Namun, sebisa mungkin dia mereda emosi yang mulai bangkit dalam dirinya.

"Pantesan, milih untuk menutup diri. Nyatanya, dia mau kail ikan, yang lebih besar." kekeh Tasya.

"Heh ... Aku dari tadi dengerin kalian hina Erina ya." teriak Suci menarik rambut Tasya.

Erina yang melihat kelakuan Suci langsung gelagapan. Karena menurutnya, Suci sangat berani, melakukan hal ekstrim di tempat umum.

Sebenarnya Erina juga jengah dengan mantan temannya itu. Namun, dia harus menjaga nama baik Ervin, dia gak mau Ervin akan berdampak gara-gara perbuatannya nanti.

"Kalian semua bisa menjadi saksi kan? Sejak tadi, mendengar, apa yang mereka katakan untuk teman saya ini. Dan aku diam-diam juga merekam ucapan mereka." sentak Suci, seraya melepaskan genggamannya dari rambut Tasya.

"Kurang ajar." ujar pacar Tasya hendak menampar Suci.

Namun, dengan sigap suci mengambil langkah mundur ke belakang. Kemudian menangkis tangannya serta, menendang perut pacar Tasya.

Kejadian tersebut, membuat orang-orang mulai penasaran. Apalagi, Suci dengan mudah menghadapi lelali di depannya.

"Lelaki lemah sepertimu bukan tandinganku. Atau jangan-jangan sebenarnya kamu bukan laki-laki? Makanya mulutnya lemes sekali." kekeh Suci.

Para petugas keamanan mulai membubarkan kerumunan. Beruntung, banyak saksi yang membela Suci, dan mengatakan jika sejak tadi Tasya dan pasangannya menghina Erina.

Alhasil, satpam tersebut mengusir Tasya dan juga pacarnya.

"Kenapa kamu sabar banget sih? Aku yang dengarnya aja geram." keluh Suci saat mereka duduk dan menikmati makanan yang sebelumnya Erina pesankan.

"Karena mereka bukan tandinganku. Mereka begitu, pasti karena iri, sebab aku jauh di atas mereka. Namun, satu hal yang pasti. Aku gak mau, mereka menarik Ervin dalam masalah yang aku buat." terang Erina.

"Dan kamu, kenapa melakukannya untuk ku?" tanya Erina sedikit mengernyit dahinya.

"Karena kamu adalah sahabatku." kekeh Suci merangkul bahu Erina.