NovelToon NovelToon
Jerat Pesona Duda Beranak 1

Jerat Pesona Duda Beranak 1

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Romansa
Popularitas:16.8k
Nilai: 5
Nama Author: Banggultom Gultom

Melissa Permata Sari, gadis muda yang nekat menjual keperawanannya demi melunasi utang keluarganya sebesar 150 juta. Di hotel tempat "transaksi" berlangsung, ia justru bertemu Adrian Sutil, pria tampan dan kaya yang bukan mencari kesenangan, melainkan seorang pengasuh untuk putrinya yang berusia tiga bulan.

Adrian memberikan penawaran tak biasa: jika Melissa berhasil membuat putrinya nyaman, separuh utang keluarganya akan lunas. Namun, ada satu masalah—Melissa belum bisa memberikan ASI karena ia masih perawan. Meski sempat ragu, Adrian akhirnya menerima Melissa sebagai pengasuh, dengan satu syarat tambahan yang mengubah segalanya: jika ingin melunasi seluruh utang, Melissa harus menjadi lebih dari sekadar pengasuh.

Bagaimana Melissa menghadapi dilema ini? Akankah ia menyerahkan harga dirinya demi keluarga, atau justru menemukan jalan lain untuk bertahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Banggultom Gultom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31

"Melia kamu sedang apa?"

Tiba-tiba Melissa menegur karena tak sengaja melihat pembantu bagian pengantar makanan dan pengurus hewan itu, terhuyung di depan pintu.

"Ah Nona, maaf, maaf sekali. Saya gak tau kalian...." Gadis itu kikuk kebingungan bercampur mati gaya. Kelihatannya juga ia salah tingkah. "Saya cuma ditugaskan mengantar ini!"

Melia memperlihatkan peralatan body spa yang biasa diantar oleh Sasa. Namun, saat itu Adrian sangat murka karena privasinya dilihat oleh pelayan, apalagi dalam kondisi mereka saat ini.

"Keluar!"

"Baik, Pak. Sekali lagi saya minta maaf!"

Setelah gadis itu menghilang dari pandangan mereka, Melissa menatap Adrian. "Mas, jangan dibentak juga dong. Mungkin aja dia gak tau, lagian kenapa gak kunci pintu semalam?!"

"Ini privasi kita, aku paling tidak suka ada yang tidak sopan, apalagi dia pelayan!"

Melissa bangkit dari posisinya, ia bersandar di sandaran ranjang.Kemudian, menghela napas. "

Kamu selalu merendahkan pelayan, padahal aku sebenarnya pelayan juga lho!"

"Pelayan?" Adrian bertanya ulang.

"Iya, pelayan nafsumu!"

***

Melissa keluar kamar di siang hari. Setelah Adrian berangkat bekerja, ia hanya berleha-leha di kamar. Kini karena sudah waktunya makan siang ia akan memasak. Namun, seperti biasa setiap pergerakannya selalu diteliti oleh para pembantu, terutama Yani dan Sasa.

"Nona, lehernya ada apa tuh?"

goda Sasa. Seketika Melissa merapikan rambutnya berusaha untuk menutupi.

"Sasa itu tanda cinta, bagaimana kamu tidak tau? Bodoh sekali!" Ternyata Yani pun pandai menggoda juga. Suasana pun semakin memojokkan Melissa.

"Berhenti, atau kalian aku goreng!" sergah Melissa sambil menodong spatula ke arah mereka. Sontak seisi dapur pun tertawa.

"Nona, apa tidak ada niatan USG?" Tiba-tiba Melia menyahut. Melissa juga merasa tertarik mendengarnya, tetapi ia tidak mengetahui apa itu USG.

"Memangnya USG itu apa?

Yang lihat bayi, 'kah?"

"Ya, benar Nona. Untuk mengetahui apa jenis kelamin calon bayi," sahut Melia antusias.

Yani tersenyum dengan sikap Melia yang mulai mengakrabkan diri dengan orang lain, sementara Sasa memandang berbeda dari Yani.

"Caper, alias cari perhatian!"

gumamnya dengan sangat pelan.

"Aku mau coba, tapi di mana?" tanya Melissa.

"Mari saya antar ke puskesmas atau rumah sakit terdekat," balas Melia.

"Hmm, Nona lebih baik dengan bapak aja. Soalnya bapak juga harus tau apa jenis kelamin anak keduanya," sahut Sasa. Saat itu, Sasa melihat senyum Melia mengendur.

"Ah baiklah, nanti aku ke kantor antar makanan ini sekalian mau bahas ke dia. Makasih ya Melia, saranmu!" ucap Melissa.

"Sama-sama Nona, tapi apa tidak sebaiknya saya yang mengantar saja? Itu tugas saya, nanti merepotkan Nona!" balas gadis tersebut.

"Enggak perlu, kalau Nona yang mau kamu diam aja. Kenapa si, seneng banget ke kantor kayaknya!" cetus Sasa.

"Ya, Melia. Mungkin karena ada keperluan, kapan pun Nona ingin mengantar berarti kamu tidak perlu," timpal Yani lebih lembut menyampaikannya.

"Memangnya kamu mau ikut? Siapa tau ada yang lagi diincar di kantor. Ah, atau kamu lagi suka sama bodyguard yang jaga di sana ya?" sahut Melissa.

Melia hanya tersenyum malu-malu. Namun, ia tetap menolak ajakan Melissa. Melihat tatapan Sasa sangat tidak menyukainya.

***

Sudah di mobil. Tatapan Melissa terus ke kaca melihat kepadatan kota. Karena tidak ada pembicaraan, Melissa lebih memilih menikmati pemandangan.

"Nona!"

Melissa menoleh ke arah supir

yang sedang memanggilnya. Sontak rambut lurus panjangnya terkesiap, memperlihatkan tanda-tanda yang begitu kontras di lehernya. Saat itu, tatapan Laksa berlabuh di sana.

"Kenapa? Kok senyum?"

Melissa baru menyadari, apa yang dilihat oleh bodyguardnya Adrian itu. Ternyata semua orang tahu apa yang ada di lehernya.

"Apa bener kalau ada tanda ini tertanda habis itu-ituan? Ihh, tapi memang semalam aku itu si, gumamnya dalam hati. "

"Tidak apa-apa, Nona.

Sepertinya besok gunakan pakaian yang lebih tertutup lagi," jawab Laksa.

"Ah iya hmm, hehe ...." Melissa pun salah tingkah.

Sampai tak terasa mobil sudah menepi. Dengan antusias, Melissa segera menuju ruangan Adrian.

"Mas Adrian ...." Melissa memanggil dengan nada yang menggoda, lebih terdengar nyleneh. Namun, ia tidak tahu jika ternyata Adrian tidak sendiri.

"Eh, maaf ...." Melissa langsung menutup mulutnya.

"Chan keluar dari ruanganku!" titah Adrian. Sementara sektretarisnya itu diam-diam menahan tertawa.

"Anda berhutang penjelasan dengan saya, Tuan!"

"Tidak perlu kau tau!"

"Baiklah biar pak Agam saja yang harus tau ini," balas Chan. Kemudian, sektretaris itu pergi meninggalkan ruangan sambil terkekeh.

"Chan sialan kau!" gertak Adrian.

"Dia siapa, Mas?" tanya Melissa dengan polos. Perempuan itu sudah duduk di pangkuannya sekarang.

"Sudah kubilang, jangan pakaian seperti ini kalau datang ke kantor!"

Melissa memutar matanya, ia berdecak jengah. "Ck, sudah aku bilang juga cuma baju ini yang adem!"

Tangan Adrian bergerak menyibak rambutnya, saat itu ia melihat banyak tanda-tanda cinta yang semalam ia buat sendiri.

Sungguh ciptaanya sangat indah, hanya saja ia tidak suka jika dalam berpakaian Melissa seperti ini banyak pula yang melihat tanda tersebut.

"Kamu sadar ini apa?" Adrian bertanya dengan rambut yang masih dipegangnya.

"Ini buatan kamu 'kan semalam smpai merah-merah begini?

Sempat ditawain sama orang rumah. Laksa juga lihat tadi!"

"Astaga Melissa ...."

Adrian menepuk-nepuk jidatnya. Wanita yang ia hamili ini sungguh polos, bahkan benda semacam itu ia tidak tahu apa maknanya. "Pantas!"

"Pantas kenapa? Gara-gara kamu lho, cara ilanginnya juga susah!"

Adrian mengambil sebuah kotak obat di dalam laci mejanya.Ia menemukan hansaplast, kemudian ia gunakan plester itu untuk menutupi bagian leher Melissa yang bertanda.

"Kreatif!" puji Melissa. "Sekarang aku PD ke belakangin rambut, jadinya!"

"Jangan, lebih baik aku copot lagi!"

"Iya enggak!" kesal Melissa.

"Tapi sebelum itu aku mau menambahi Melissa!"

"Nambahi apa?"

Entah mengapa perasaannya mulai tak enak, terlebih tatapan pria itu sudah menyiratkan hal negatif.

"Mau apa?" Sekali lagi Melissa bertanya dengan waspada.

"Bagian leher sudah penuh, tapi yang ini belum, Melissa!"

Perempuan itu terperangah saat Adrian membuka pita di punggungnya sehingga bagian indah di dalam tubuh Melissa terpampang di depan mata.

"Mas!"

Melissa mendongak, sesaat Adrian menangkup buah dadanya dengan kedua tangan, sementara mulut pria itu sibuk mengisap sampai mulai terlihat tanda yang sama seperti di lehernya.

"Mas Adrian, stop!" Susah payah Melissa menahan untuk tidak mendesah, tetapi tangan pria itu dengan jahilnya justru meremat-remat.

"Bisa berhenti berpakaian seperti ini jika berkunjung ke kantor?"

"Ah iya aku janji, aku janji!"

Melissa sampai merem melik dengan kepala mendongak ke atas.

"Jangan lagi menggunakan pakaian seperti ini kecuali di kamar, dan di kamar hanya ada aku!" tekan Adrian.

"Ah, iya Mas. Aku paham!"

"Mau lebih banyak?"

"Enggak, aku mohon sudah!"

Saat itu Adrian akhirnya menyudahi kegiatan yang dianggap sebagai hukuman. Pria itu segera mengikat tali yang dibentuk pita kembali di punggung Melissa. Setelahnya, keadaan normal seperti biasa.

"Ayo suapi aku!"

Melissa masih terengah-engah, sementara pria itu dengan santainya meminta disuapi.

"Mau pakai kaki gak suapinnya?"

Bersambung ~

1
@Biru791
kapan up lagi
Adinda
melisa lucu banget
Nur Adam
lnjut
Sarita
mungkin papa Adrian datang ke rumah bpnya Melisa dan bilang kalau Melisa udah punya anak .lalu BP Melisa syok dan meninggal
Nur Adam
lnjut
S.gultom: sabar ya
total 1 replies
Salsabila 37
lanjut thor, penasaran, kira2 papanya Adrian marah gak ya?
S.gultom: saya sudah update bab selanjutnya, tapi belum di review sabar ya🙏
total 1 replies
@Biru791
blm up lagi padahal udh nunggu
S.gultom: sabar ya
total 1 replies
Sarita
bikin pinisirin iji Thor .itu papanya Adrian datang ya ?
S.gultom: Sabar ya, saya sudah uplod kok, tapi belum di riview
total 1 replies
Sarita
Asep aja namanya .apa Udin ,Agus ,Yono,Jono,Parjo,Yanto 🤣🤣🤣🤣🤣
@Biru791
aku tunggu up mu
S.gultom: sabar ya kak
total 1 replies
Junah Arisa
Luar biasa
S.gultom: terimakasih atas penilaiannya🙏❤️
total 1 replies
Sarita
sy dukung ko Thor .ceritamu bagus dan lucu aja bacanya 😁😁😁😁
S.gultom: thanks you❤️
total 1 replies
Nur Adam
lnjut
@Biru791
lanjuttt
Nur Adam
lnjut
Nur Adam
lnju
Heni Wahyudi
bagus
S.gultom: terimakasih atas penilaiannya 🙏❤️
total 1 replies
Nur Adam
lnjut
@Biru791
kapan uppp
Nur Adam
lnjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!