NovelToon NovelToon
Temanku Ayah Sambungku

Temanku Ayah Sambungku

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Konflik etika / Cinta Terlarang / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Dendam Kesumat
Popularitas:482
Nilai: 5
Nama Author: Grace caroline

"Kamu serius Jas? Kamu merestui mama pacaran sama Arjuna? Temen kamu?" tanya Cahaya tak percaya. Senyum lebar mengembang di bibirnya.


"Lo nggak bohong kan Jas? Lo beneran bolehin gue pacaran sama nyokap Lo kan?" tanya Arjuna. Meskipun merasa aneh, tapi dia juga cukup senang. Berharap jika Jasmine tidak mengecewakan mereka.

Jasmine melihat sorot kebahagiaan dari mamanya dan Arjuna. Hatinya terasa sesak, benci. Sulit baginya menerima kenyataan bahwa Mamanya bahagia bersama Arjuna.

*
*
*

Hmm, penasaran dengan kelanjutannya? baca sekarang, dijamin bakal suka deh:)))

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31. Video di Medsos

Cahaya masuk ke ruangannya, lalu duduk di kursi kerjanya. Ia pun membuka laptop, rencananya ingin mengecek pekerjaannya kembali.

Sebenarnya ia ingin makan di luar bersama dengan Jasmine tapi berhubung Jasmine menolak, akhirnya ia pun lebih memilih untuk mengecek pekerjaannya daripada makan sendirian.

Toh dia juga tidak terlalu lapar, jadi tidak masalah.

Cahaya membuka aplikasi email di laptopnya untuk mengecek pekerjaannya. Namun, ketika fokusnya tertuju pada aplikasi di laptopnya itu, tiba-tiba deretan notifikasi terdengar muncul dari ponselnya.

Notifikasi itu tidak hanya terdengar satu kali tapi beberapa kali. Akhirnya dengan penasaran Cahaya meraih ponselnya dan membukanya. Di layar ada beberapa pesan yang masuk yang terkirim dari nomor Arjuna dan beberapa nomor lain.

Juga notifikasi dari Google dan aplikasi-aplikasi lain muncul di layar. Cahaya semakin penasaran. Kenapa ponselnya tiba-tiba ramai begini?

Ia pun menaikkan layar, memasukkan kunci pin lalu menuju ke aplikasi pesan.

Ketika ia berada di aplikasi pesan banyak nomor yang mengirim pesan kepadanya. Beberapa diantaranya adalah orang kantor termasuk Arjuna. Tapi yang lain adalah nomor asing.

Cahaya membuka pesan dari Arjuna.

(Yang, kamu udah lihat ige belum?)

(Cek sekarang! Ini urgent!)

Kata urgent yang Arjuna sertakan di pesannya membuat Cahaya mengerutkan keningnya, penasaran.

Lalu Ia mengecek pesan-pesan yang lain di ponselnya.

(Bu Cahaya, ini gawat Bu. Cek ige)

(Bu Cahaya video Bu)

Banyak karyawannya yang mengirimkan pesan kepadanya dan menyuruhnya untuk membuka aplikasi ige. Cahaya semakin tidak mengerti.

Apa sebenarnya yang terjadi? Kenapa semua karyawannya termasuk Arjuna mendesaknya untuk segera membuka aplikasi berwarna ungu itu?

Lalu ia pun menekan tombol kembali di ponselnya. Setelah berada di beranda, Cahaya lalu membuka aplikasi berwarna ungu untuk mengecek apa yang dikata Arjuna dan karyawan lain urgent itu.

Di halaman pertama tidak ada apapun yang menarik perhatiannya. Selain hanya foto pemandangan yang diposting oleh akun media sosial temannya.

Lalu Cahaya menscroll ke bawah, lagi-lagi tak ada apapun yang menarik. Sampai akhirnya ia menemukan sebuah video yang membuatnya sangat terkejut.

Video itu berdurasi sedikit lama. Pun juga videonya terlihat sangat jelas, tidak ada satupun blur di dalamnya. Tangan Cahaya gemetar saat melihat video itu, matanya melotot sempurna.

"I-ini, dapat dari mana? Siapa yang sudah ngerekam ini? Bukannya di ruanganku nggak ada CCTV, Kok bisa sampai ada video kayak gini? 

Apa... jangan-jangan ada yang diem-diam naruh CCTV di ruanganku ya?" Cahaya lantas menoleh kesana kemari siapa tahu ada orang yang diam-diam menaruh CCTV di ruangannya. Tapi setelah ia mencari tidak ada apapun yang ia temukan.

Lalu Cahaya kembali menatap video itu. Ia menekan tombol komentar, melihat siapa saja yang berkomentar di sana.

'N4jis! Ji-jik!'

'Dia Bu Cahaya kan?? CEO PT. Cahaya Bulan?'

'Wanita gil4!'

'Cowok ini masih muda? Apa di pelet?'

Komentar-komentar yang ada di sana semuanya pedas, jah4t, membuat Cahaya mengelus dadanya. Seumur hidup baru kali inilah dia merasakan hujatan sekej4m itu, meski hanya di dunia maya.

"Ini waktu aku cetak-cetak sama Arjuna waktu itu. Waktu aku lepas keperj4ka-annya. Tapi siapa yang udah rekam ini? Perasaan waktu itu aku cuma sendirian sama Arjuna. Kok sampai..." Tiba-tiba pikiran Cahaya tertuju pada satu nama. Jasmine.

Dia menduga jika Jasmine yang sudah melakukan semua ini mengingat Jasmine tidak suka kepadanya dan Arjuna. Tapi tidak mungkin jika itu Jasmine, karena saat dirinya dan Arjuna melakukan perbuatan itu Jasmine belum kerja di kantor ini.

Otomatis bukan Jasmine kan? Lalu siapa? Siapa yang sudah berkhianat di kantor ini?

"Oh Tuhan, aku capek. Siapa yang udah post ini?" Cahaya lantas menopang kepalanya dengan kedua tangannya. Wajahnya tampak stress.

Lalu ia meletakkan ponselnya, tatapannya beralih ke layar laptop. Dia kembali mengecek pekerjaannya. Berharap dengan itu pikirannya yang semula semrawut bisa kembali tenang.

***********

Elin terlihat tergesa masuk ke ruangan Jasmine. Tanpa mengetuk pintu ruangannya terlebih dahulu. Wajahnya seperti baru mengetahui sesuatu yang mengejutkan. Tampak panik.

Dia berjalan mendekati meja Jasmine. Jasmine lantas menoleh ke arah pintu begitu mendengar pintu terbuka.

"Lo masuk ketuk pintu dulu lah Lin!" kata Jasmine, suaranya meninggi.

Tapi Elin tidak peduli. Wajahnya masih tampak panik. Setelah sampai di depan meja Jasmine, Elin lalu menepuk meja Jasmine dua kali. Jasmine mencondongkan tubuhnya pada Elin.

"Jas, Lo tau nggak soal video Bu Cahaya sama Arjuna?" tanya Elin.

Jasmine tersenyum miring. Dalam hati ia tertawa senang, ternyata video yang ia bagikan sudah banyak yang melihatnya bahkan sudah sampai ke telinga orang kantor.

Dengan sembari berpura-pura tidak tahu, Jasmine bertanya, "Video apa?" tanyanya. Alisnya mengerut.

Elin membuka ponselnya, menuju ke aplikasi berwarna ungu. Lalu ia menunjukkan ponselnya pada Jasmine. Disana ada sebuah video yang terputar di layar.

"Lo liat ini, Jas," kata Elin setelah Jasmine menatap ke arah video yang ia tunjukkan.

Jasmine menatap datar ke video itu. Dia sudah tidak asing lagi atau terkejut, karena memang ia lah si pengirim dari video itu. Lalu ia menoleh kearah Elin. Matanya tajam.

"Wah parah Lu Lin, tontonan Lo yang kayak gini ternyata." Jasmine menepuk keningnya dengan tangan kanannya.

Elin lalu menarik ponselnya, menutup ponselnya. Dia memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku jas kerjanya.

"Ish, Lo nggak liat siapa orang yang ada di video itu? Itu nyokap Lo Jas, Bu Cahaya. Arjuna juga ada di video itu." Elin terlihat berapi-api. Dia sama terkejutnya seperti karyawan lain setelah melihat video itu.

Tapi Jasmine hanya menghela nafas, dia terlihat malas. "Terus kalo itu nyokap gue terus kenapa? Apa urusannya sama gue? Gue nggak peduli," ucap Jasmine.

Elin berkata lagi, "Jas, kira-kira siapa ya yang udah rekam ini? Di ruangannya Bu Cahaya kan nggak ada CCTV, kok ini kayaknya dari rekaman CCTV ya? 

Lo tau nggak siapa yang udah rekam sekaligus post video ini di medsos?" tanya Elin. Dia berharap Jasmine mengetahui sesuatu.

Jasmine hanya menaik turunkan kedua bahunya, menatap tidak peduli ke arah Elin, yang balik menatapnya antusias. "Musuh Mama kali, atau pengkhianat di kantor. Siapa tau aja kan di antara kalian semua ada yang udah berkhianat sama mama," jawab Jasmine.

Elin terlihat berpikir, lalu dia berucap, "Ngomongin soal penghianat gue sih nggak tau ya siapa yang udah berkhianat di kantor, karena selama ini gue cuma fokus sama kerjaan nggak terlalu berbaur sama karyawan karyawan lain. 

Tapi kalau soal yang nggak suka sama Bu Cahaya sih mungkin banyak. Lo tau kan gimana sifat Bu Cahaya kalo di kantor? Semua karyawan termasuk gue kurang suka sama Bu Cahaya. Banyak tuh gue nemuin karyawan-karyawan pada ngerumpiin Bu Cahaya di belakang, ngej3k-j3lekin Bu Cahaya. 

Tapi sejauh ini nggak ada tuh yang sampai seberani ini. Sampai masang CCTV diem-diam di ruangannya Bu Cahaya. Kita semua itu cuma nggak suka, tapi nggak sampai dendam. Kira-kira siapa ya Jas?" Elin masih bertanya-tanya siapa orang yang sudah merekam dan membagikan video ini di media sosial.

Dia memikirkan banyak orang di kantor yang mungkin menjadi dalang di balik semua ini. Tapi dari semua orang yang dia curigai tidak ada satupun yang mungkin menjadi dalangnya.

Jasmine kembali menghela nafas. Ocehan Elin membuatnya bosan. "Gue nggak tau dan nggak peduli. Kalau Lo ke sini cuma mau nunjukin ini mending Lo keluar aja deh! 

Gue masih harus ngecek kerjaan, masih numpuk nih kerjaan gue. Mending lo balik ke ruangan lo aja deh, atau ngapain gitu mumpung masih istirahat," Jasmine malah mengusir Elin, dia mengibaskan tangannya kepadanya.

Bibir Elin mengerucut, raut wajahnya menunjukkan kekesalan. "Ish, nggak seru ah. Gue tuh ke sini mau ngajakin lo ngerumpiin soal Bu Cahaya. Tapi lu malah ngusir gue!" keluhnya, suaranya sedikit meninggi, terdengar cempreng.

"Elin, lo tau kan kalau gue dan mama itu hubungannya lagi nggak baik? Gue itu nggak peduli sama mama, mau mama itu ngelakuin apapun dan terlibat apapun gue nggak peduli. 

Jadi daripada Lo ngoceh nggak jelas di sini mending Lo balik aja ke ruangan lo dan lanjutin kerjaan lo. Gue mau lanjut ngecek kerjaan gue." Jasmine lalu menoleh ke arah layar laptopnya, mengetikkan sesuatu di sana.

Elin mencebikkan bibirnya. "Ya udah deh gue keluar dulu," lalu berbalik meninggalkan ruangan Jasmine. Setelah Elin pergi dan pintu menutup, Jasmine lalu menatap ke arah pintu. Senyuman miring terukir di bibirnya.

"Maaf banget kalau karena gue kalian semua penasaran. Tapi jujur gue suka dengan suasana ini. Pasti di ruangannya Mama lagi str3ss banget. 

Hmm, apa gue coba ke sana aja ya? Ngeliat Mama lagi apa. Tapi kalau nanti mama marah terus gue diusir gimana? Ah, ya udahlah gue lanjutin kerjaan aja. Nggak penting juga gue ke ruangan mama," Jasmine kembali menoleh ke layar laptopnya, melanjutkan pekerjaannya.

Sampai tiba-tiba ponselnya berbunyi menandakan ada pesan yang masuk. Jasmine menoleh, lalu meraih ponselnya. Ia membuka layar, dan sebuah pesan dari mamanya muncul di sana.

(Jas, ke ruangan Mama sekarang. Mama mau ngomong sama kamu.)

"Mama ngapain nyuruh gue ke ruangannya? Apa Mama curiga sama gue soal video ini?" gumam Jasmine, mengerutkan kening setelah membaca pesan dari mamanya.

Lalu ia bangkit dari duduknya, menutup laptopnya. Sambil berdecak kecil, Jasmine melangkah keluar ruangan, menuju ke ruangan mamanya. Tak lama kemudian, ia tiba di depan pintu ruangan mamanya. Dia mengetuk pintu, lalu berjalan masuk.

Di dalam, mamanya terlihat sedang menatap layar laptop dengan raut wajah yang sedikit muram. Seolah ada beban berat yang sedang dipikirkan. Jasmine pun mendekat ke meja mamanya.

"Ada apa Ma?" tanya Jasmine langsung, tanpa basa-basi.

Bersambung ...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!