Bayangkan: temanmu, Arjuna, pria yang diam-diam kau sukai, tiba-tiba menjadi ayah tirimu. Bukan hanya itu, pernikahan mereka bak drama telenovela yang penuh intrik!
Jasmine, gadis yang menyimpan rasa pada Arjuna, mendapati mamanya, Cahaya, jatuh cinta dan menikah dengannya. Bukannya bahagia, hatinya dipenuhi amarah yang membara. Balas dendam? Mungkin. Tapi bagaimana caranya? Akankah Jasmine mampu mengendalikan emosinya, atau justru terjerumus dalam pusaran dendam yang menghancurkan? Kisah ini akan membawamu dalam perjalanan emosional yang penuh kejutan, di mana cinta, pengkhianatan, dan dendam saling beradu. Siap-siap terhanyut dalam pusaran rahasia keluarga yang mengejutkan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33. Kedatangan Daisy
Arjuna: Ha-halo Lun?
Luna: Kakak lagi mana?
Di seberang telepon, suara Luna terdengar lesu, seperti angin sepoi-sepoi yang kehilangan tenaganya. Keheningan di seberang sana semakin membuat Arjuna bertanya-tanya. Di mana adiknya itu? Kenapa begitu sunyi?
Arjuna: Kakak lagi di kantor. Kenapa Lun?
Perasaan Arjuna tiba-tiba berubah tidak enak. Panggilan telepon dari adiknya semakin menguatkan kecurigaan tentang video viral itu. Ia tahu, kabar itu pasti sudah sampai ke telinga ibu dan adiknya. Arjuna berusaha tetap tenang, mengatur nada bicaranya, menahan napas agar tak terdengar gugup.
Luna: Nanti kakak ada kelas?
Arjuna: Ada. Setelah dari kantor kakak mau langsung ke kampus. Udah bawa baju ganti juga. Kenapa Lun? Ada yang mau kamu omongin?
Arjuna semakin penasaran. Tapi takut juga. Jika seumpama nanti ibunya menanyainya soal video itu apa yang harus ia katakan? Apakah ia harus jujur? atau...
Luna: Setelah dari kampus kakak langsung pulang ya, jangan kemana-mana. Ibu mau ngomong sesuatu sama kakak. Penting.
Benar ternyata dugaannya. Ibunya ingin bicara, dan Arjuna tahu pasti tentang video viral itu. Napasnya tersengal, suaranya serak. Jantungnya berdebar kencang.
Luna: kok diem?
Luna lantas bicara lagi setelah tak ada balasan dari Arjuna.
Arjuna: Ah iya, nanti kakak langsung pulang setelah kakak selesai kelas.
Luna: Hmm, yaudah aku tutup dulu teleponnya.
Setelah itu Luna mengakhiri panggilan itu. Suasana ceria yang biasanya menghiasi percakapan mereka sirna. Arjuna merasakan kekacauan dalam dirinya. Pikirannya berputar-putar, dipenuhi kekhawatiran. Video viral dirinya dan Cahaya membuatnya tidak karuan.
*********
Jasmine telah selesai berdiskusi dengan mamanya di ruangannya. Ia kembali ke ruang kerjanya, masuk, lalu duduk dan membuka laptop. Niat hati ingin kembali mengecek pekerjaannya, tapi tak lama kemudian, ponselnya berdering, pertanda ada pesan masuk.
Jasmine mengambil ponselnya dari meja, membukanya, dan melihat satu pesan dari Daisy muncul di layar.
(Jas. Kamu sibuk? Pulang ngantor nanti ada kelas nggak? Kalo nggak kita makan-makan yuk, jalan gitu. Lagi gabut aku.)
Rupanya Daisy sedang gabut. Padahal, kuliah dan kerja part-time di cafe biasanya menyita waktunya. Tapi hari ini, dia malah gabut. Rasanya aneh, karena biasanya dia selalu sibuk, berkejaran dengan tugas kuliah dan melayani pelanggan di cafe.
Lalu Jasmine menaikkan layar, memasukkan kunci pin dan mengklik pesan dari Daisy yang ada di atas layar. Ia pun membalas pesan dari Daisy.
(Hei Dai. Nggak kok, nggak sibuk. Lagi ngecek kerjaan aja seperti biasa.)
(Hmm nanti sore sih ada kelas. Tapi aku males buat ke kampus. Kita jalan aja yuk. Nongkrong. Kamu nggak ada kerjaan di cafe?)
Tak lama setelah itu Daisy terlihat mengetikan pesan, lalu pesan yang ia ketikan itu terkirim.
(Nggak ada Jas. Aku dapet shif pagi. Sekarang lagi ada di cafe. Jam dua nanti pulang. Sebenarnya aku juga ada kelas nanti, cuma sama kayak kamu. Aku males banget buat ngampus. Jadi yaudah kita nongkrong aja. Kamu mau kita nongkrong di mana? Aku nggak ada rekomendasi tempat nongkrong yang bagus.)
Jasmine tersenyum. Ia pun membalas pesan dari Daisy.
(Aku ada. Nanti jemput aku ya di rumah. Aku nanti setelah jam kantor selesai langsung pulang. Nggak mampir kemana-mana lagi.) - Jasmine
(Oke Jas, nanti aku jemput. Ehm aku tinggal bentar ya, ada yang manggil nih. Babay Jas. Sampai jumpa nanti.) - Daisy
Semenjak Daisy menghubunginya hari itu, ia dan Daisy semakin dekat. Mereka sering bertukar pesan, telepon, dan bahkan bertemu di berbagai tempat setelah jam kantor, atau saat Daisy sedang tidak sibuk. Kadang mereka juga janjian bertemu di kampus, mengingat keduanya berkuliah di tempat yang sama.
Hubungan mereka semakin erat, dan Jasmine merasa nyaman dengan Daisy. Selain karena Jasmine tidak mempunyai teman lain setelah hubungannya dengan Arjuna kandas, Daisy juga sosok yang menyenangkan.
Wanita yang lebih tua dua tahun darinya itu cukup mampu menjadi sosok kakak yang baik, sekaligus teman dan sahabat yang baik pula. Jasmine lebih sering tertawa dan tersenyum saat bersama Daisy. Anak bibinya itu adalah perempuan yang humoris, selalu berpikir positif, dan mudah untuk mencari bahan pembicaraan.
Bahkan dari ceritanya, Daisy juga merupakan salah satu anggota BEM. Dia sudah tergabung dalam organisasi itu sejak awal memasuki kampus dan bahkan sampai sekarang.
Jasmine kembali menoleh ke laptopnya, melanjutkan pekerjaannya yang menumpuk. Dia harus menyelesaikan semuanya sebelum pulang dan jalan-jalan bersama Daisy nanti.
********
Sore harinya, setelah jam kantor selesai, Jasmine melangkah keluar dari gedung kantornya. Ia memesan taksi online, jari-jarinya sibuk mengutak-atik ponselnya sembari berjalan.
Tak lama berselang, notifikasi pesanan taksinya muncul, pertanda si mobil kuning sudah dalam perjalanan. Jasmine langsung memasukkan ponselnya ke tas dan berjalan menuju gerbang kantor.
Tak butuh waktu lama, taksi pun tiba. Jasmine langsung melompat masuk dan melaju pulang ke rumah. Sesampainya di depan rumah, ia membayar ongkos, lalu turun dari mobil.
Jasmine berjalan menuju pintu rumahnya, mengambil kunci yang tersimpan di dalam tas, dan memasukannya ke lubang kunci. Dengan sekali putar, pintu pun terbuka. Ia masuk ke dalam rumah dan berjalan menuju kamarnya.
Begitu sampai di kamar, Jasmine meletakkan tasnya di atas ranjang dan melepaskan sepatunya. Ia pun berjalan menuju lemari untuk memilih pakaian santai yang akan ia kenakan untuk jalan-jalan dengan Daisy.
Setelah menemukan pilihan yang tepat, ia mengambil pakaian itu dan meletakkannya di atas ranjang.
Jasmine kemudian membaringkan tubuhnya di ranjang, matanya menatap langit-langit ruangan. Ia kemudian bangkit, mengambil pakaian santainya, dan berjalan menuju kamar mandi untuk berganti baju.
Tak lama kemudian, Jasmine keluar dari kamar mandi dengan setelan santainya. Ia kembali ke kamar, berdandan tipis, dan meraih ponselnya untuk mengecek pesan dari Daisy.
(Jas, aku hampir sampai.)
Pesan dari Daisy itu terkirim dari beberapa menit yang lalu. Mungkin saja Daisy akan segera tiba di rumahnya. Jasmine buru-buru mengambil tas selempangnya, memasukkan ponselnya ke dalam, lalu keluar dari kamar menuju ruang tamu.
Belum lama ia duduk, suara mobil berhenti di depan rumah. Jasmine langsung berdiri dan berjalan menuju pintu, membukanya.
Sebuah Avanza hitam terparkir di depan rumahnya. Daisy keluar dari mobil dan berjalan menghampiri Jasmine.
"Jas, udah nunggu lama ya? Maaf ya, tadi jalanan agak macet," kata Daisy sembari tersenyum manis, setelah ia tiba di depan Jasmine. Hari ini Daisy terlihat begitu cantik. Rambutnya terurai panjang, berwarna cokelat keemasan yang kontras dengan kulitnya yang putih bersih.
Hoodie berwarna karamel yang dikenakannya semakin menonjolkan kecantikan Daisy, begitu pula dengan celana jeans biru langit yang sedikit robek di bagian lutut kanan.
Jasmine hanya bisa terdiam, memuji dalam hati kecantikan Daisy. Ia bahkan mengakui bahwa ia kalah cantik dengan perempuan di hadapannya ini.
"Nggak masalah. Aku juga baru sampai rumah kok. Ehm, kita langsung jalan aja gimana? mumpung masih sore," ucap Jasmine, senyumnya merekah seperti bunga matahari di tengah padang rumput. Daisy mengangguk, "Oke, ayo!"
Jasmine lalu menutup pintu, menguncinya, dan menyimpan kunci itu di dalam tas. Ia berbalik, berjalan beriringan dengan Daisy menuju ke mobilnya. Keduanya pun masuk, memasang sabuk pengaman masing-masing.
Daisy yang berada di balik kemudi segera menyalakan mesin mobilnya, melajukan mobilnya pergi dari sana, menuju ke tempat yang sudah terbayang di benaknya.
Bersambung ...