"Aku rela memberikan segalanya, hanya untuk satu malam dengan mu. Aku rela membahayakan hidupku hanya untuk bersama mu. Aku mencintaimu Badai." __ Cheryl.
"Dari awal kau tahu kau bukan tipe ideal ku. Lagi pula, kau juga tahu aku sudah memiliki kekasih. Kejadian diantara kita satu malam tadi, just for fun!" __ Badai.
Berawal dari kenakalan remaja sampai melibatkan dendam masa lalu orang tuanya.
Hay gais cerita ini masih prekuel 'Second Wife' juga masih sekuel dari 'Sexy Little Partner' dan semoga menjadi bacaan yang mengisi waktu luang kalian.
Genre Teen-Angst, jadi siapkan jantung waras kalian karena setiap part nya mengandung desir degup yg tak biasa.
Happy reading Baby.... 🥳
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
[Hamil kah?]
Cheryl membawa serta buku-bukunya pergi setelah Badai mendekat cemas. "Baby."
Sandy diam tak melakukan apa pun, pemuda itu sengaja membiarkan kedua sahabatnya menyelesaikan masalah hati mereka. Biar bagaimanapun pada akhirnya Sandy lah yang akan menikahi Cheryl tiga hari kemudian.
"Kamu sakit?" Badai mengikuti langkah kaki Cheryl yang terus menutup hidung runcingnya dengan buku-buku.
"Pergi dan biarkan aku sendiri!"
Tak jengah, Badai terus meraih tangan mulus gadisnya. "Kita masih perlu membicarakan permasalahan kita kan? Kamu tahu, gimana sulitnya aku keluar dari rumah Papa, bahkan sampai harus berbohong padanya."
"Tidak perlu menjadi durhaka hanya untuk mendekati aku!" Cheryl mempercepat langkahnya hingga keluar dari perpustakaan.
Badai terkekeh samar. "Jadi begini watak asli Cheryl Arsya? Setelah satu malam bersama ku, kau mencari pemuda lain untuk dinikahi?"
Sontak Cheryl menoleh kearah pemuda nyelekit itu. "Jangan seolah kamu yang menjadi korban Badai! Di sini kamu yang menyakiti aku! Kau yang bilang sendiri, satu malam bersama ku, just for fun, apa kamu lupa?"
"Itu bentuk dari usaha yang ke sekian kalinya aku menjauhi mu. Dan aku tak pernah berhasil melakukan hal itu. Dari tujuh tahun yang lalu aku selalu gagal menyingkirkan nama Cheryl Arsya dari hidupku."
Cheryl tergelak sinis. "Siapa yang mau percaya padamu? Kau bahkan terus menerus mengejek ku dengan penolakan- penolakan mu. Sisa kebodohan ku sudah habis Bai. Aku mau menjalani hubungan dengan orang yang tidak sama sekali memiliki kisah toxic seperti mu." Cetusnya.
"Sayang." Gadis itu pergi meninggalkan tempat, tak peduli dengan seruan Badai Laksamana. "Cheryl Arsya."
Brakkk... Tak mendapat jawaban baik dari gadisnya, Badai menghancurkan pot bunga kecil yang teronggok tak bersalah di sisi koridor.
"Argh! Sial! Brengsek! Pecundang kamu Badai! Kau bahkan tidak bisa membujuknya. Bersiaplah menyaksikan pernikahan bahagia antara kekasih dan sahabat mu!" Umpatan yang ia tujukan pada dirinya sendiri.
Kriiiiiing....
Ponsel miliknya berdering. Badai segera meraih gawai pipih itu dari saku celana jeans hitamnya. Sebuah kontak bertuliskan Mama memanggil.
"Hmm." Badai tak pernah mengacuhkan panggilan telepon dari ibunya.
📞 "Jangan telat pulang ya, Sayang. Malam ini Helena mau datang ke rumah dan bertemu dengan mu. Kamu sudah janji sama Papa mau menerima gadis pilihannya bukan?"
"Hmm." Badai bersuara, meski takkan pernah betul-betul menuruti kemauan orang tuanya.
📞 "Baiklah, Mama tutup dulu. Mama mau masak untuk hidangan sambutannya, kamu hati-hati yah, pakai jaket mu."
"Hmm." Badai mengangguk.
...✴️🔸🔸🔸✴️...
Malam ini Cheryl duduk termenung di atas ayunan gantung rotan. Boneka beruang besar dan selimut bulu tebal menghangatkan tubuhnya. Masih seputar Badai yang terus menari-nari dalam pikirannya.
Cheryl tak sendiri, di sisi-sisi tempat yang memiliki fasilitas penghangat ruangan itu ada banyak keluarganya, termasuk ibu dan ayahnya.
"Ekm Ekm." Pemuda berparas tampan bernama Rega putra Rain menyengir saat mendatangi ayunan gantung milik kakak sepupunya. "Kak, Ekm Ekm."
"Hmm." Cheryl hapal betul, kelakukan adik sepupunya yang rese ini sering menggangu ketenangan lamunannya. "Ada apa?"
Pemuda itu berjongkok menatap Cheryl yang masih bergoyang pelan di ayunan. "Boleh Rega titip hadiah buat temen kak Cheryl yang galak itu?" Tanyanya.
"Ciko?" Cheryl memastikan dan Rega mengangguk sambil menyengir. "Hadiah apa?"
"Parfum." Rega mengeluarkan botol kotak kaca dari balik punggungnya.
"Uugh!" Cheryl lagi-lagi meluah, saat aroma menyengat menusuk indera penciumannya.
Rega mundur dengan sendirinya. "Loh, Kakak kenapa? Kok mual gitu?"
"Baunya nggak enak Rega! Jauhkan parfum itu dari Kak Cheryl!"
"Ini parfum limited edition, masa nggak enak sih? Harganya ajah mahal banget." Sanggah Rega.
"Tapi baunya bikin mual, buang ajah deh! Uugh!" Cheryl tak tahan dengan aroma yang seolah-olah mengocok perutnya.
"Cheryl." Queen mengernyit. Ada yang aneh pada putrinya akhir-akhir ini.
"Baby." Dhyrga Miller pun tak kalah curiganya. Ia mengamati setiap pergerakan, perilaku, bahkan kebiasaan Cheryl yang akhir-akhir ini aneh.
"Uugh!" Cheryl berlari ke kamar miliknya. Tak peduli pada Rega yang mengharapkan bantuan darinya, mual ini menyiksa.
"Terus ini gimana parfumnya? Ck!" Rega berdecak, memelas.
"Lo bisa nggak sih cari cewek yang berkelas dikit. Masa Ciko? Dia Mbak Mbak yang usianya jauh sama Lo." Axel menegur.
"Urusan Abang apa? Suka-suka Rega mau suka sama nenek-nenek kek, ibu-ibu kek, daripada Lo, nggak normal, masa sampe sekarang Lo nggak pernah naksir sama cewek." Rega merengut lalu kembali ke dalam kamar pribadinya.
Axel hanya menggelengkan kepalanya ringan.
...✴️🔸🔸🔸✴️...
Queen mendatangi kamar Cheryl, dan anak gadisnya kini berada di balik selimut tebal berwarna merah muda.
"Kamu kenapa Sayang? Sakit? Badan kamu panas gini loh." Queen bertanya setelah mengecek seluruh suhu tubuh putrinya.
Cheryl mengangguk. "Mungkin karena cuaca dingin. Cheryl demam sedikit." Katanya.
"Kamu yakin cuma demam?" Queen seolah menyiratkan sesuatu.
"Maksud Mami?"
"Dulu, waktu Mami hamil kamu, Mami juga benci banget sama yang namanya wewangian." Queen berusaha menjadi ibu dan teman bagi putrinya.
Berangkat dari pengalaman. Ia juga pernah berada di posisi putrinya, ia paham bagaimana gairah muda akan lebih gampang menjerat para remaja ke dalam jurang kenistaan.
"Lalu?" Cheryl mengernyit, menatap heran wajah damai Mommy nya.
"Akhir akhir ini Mami amati, kamu sering mual saat mencium parfum adik-adik mu."
"Mami curiga sama Cheryl?" Gadis itu bangkit dari baringnya. Punggungnya bersandar pada kepala ranjang.
"Mami cuma mau memastikan bahwa hubungan Cheryl dan Sandy tidak sampai sejauh itu." Kata Queen.
Cheryl lama terdiam, lalu ia kembali teringat akan sesuatu. "Tentu saja tidak, Kak Sand pemuda yang baik, dia sopan Mam."
Queen tersenyum. "Syukurlah. Semoga Sandy seperti Daddy, bisa selalu ada untuk Cheryl, dalam keadaan apa pun." Ucapnya.
"Aamiin."
...✴️🔸🔸🔸✴️...
Sesaat setelah Queen keluar dari kamarnya, Cheryl mulai berpikir lagi. Ia mengingat kembali bagaimana tragedi malam itu terjadi.
Rambut basahnya sempat dimanjakan oleh belaian tangan lembut Badai. Dengan hair dryer Badai membantu mengeringkan surai ikal nan pirangnya.
Setelah cukup lama bermain dengan bathtub, keduanya keluar sudah lengkap dengan masing-masing handuknya.
Cheryl duduk menyengir di atas ranjang empuk, mengamati wajah damai Badai saat menyemprotkan angin panas dari pengering rambut berwarna hitam.
"Cheryl baru tahu, Kakak bisa sehangat ini padaku." Cheryl meraba dada polos Badai. Nyaman, tenteram saat bersentuhan.
Badai mengalihkan pandangan dari rambut Cheryl kepada wajah cantik gadis itu. Dan ia merasa separuh dunianya telah terenggut.
"Tapi aku tidak sebaik yang kamu harapkan, kau akan sangat membenci ku setelah malam ini." Ujar Badai.
Cheryl terkikik lucu. "Itu cuma omongan dingin mu. Cheryl tahu itu tidak benar-benar terjadi, karena membenci mu sudah aku coba berulang kali dan selalu gagal." Ucapnya.
Badai tersentuh dengan ketulusan kata cinta Cheryl Arsya. Sekali lagi ia memangkas jarak mereka. Dan kembali memagut lembut bibir kenyal Cheryl.
"Ahh." Buah dada Cheryl teremas, ia terdorong saat Badai mengungkung tubuhnya tanpa rencana. Kegiatan ini begitu candu, rasa penasaran juga nikmatnya bercinta ingin terus mereka nikmati semalaman.
...Nyambung di part berikutnya yaaa, terimakasih dukungannya semua 🙈...