Rahmadhani gadis yang menikah setelah ia lama berpacaran dengan kakak kelas saat mereka SMA bernama Vino Subagyo Dua bulan pernikahan mereka Rahma tidak menemukan kebahagiaan dalam pernikahannya, mertuanya yang suka ikut ikutan dengan urusan pernikahan mereka berdua. Dan suami yang mulai berubah dari perangai dan sikapnya. Hingga akhirnya Rahma sering bertengkar dengan ibu mertuanya yang selalu memojokkan dirinya karena sang suami tidak pernah betah di rumah.
Rahma pun akhirnya memutuskan untuk mengambil peputusan dalam menyikapi polemik dalam rumah tangganya, sampai akhirnya Rahma menemukan kejangalan pada snag suami.
Lalu bagaimanakah kisah rumah tangga Rahma dan Fino? apakah Rahma akan mempertahankan rumah tangga nya atau ia akan menyerah dengan apa yang terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fazry Fazriyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melepas Rindu
Dua bulan kemudian
Mata hari mulai meninggi dan mulai memberikan sensasi hangat di luar ruangan dimana seorang wanita sedang menatap ke arah luar yang sepertinya selalu menunggu kedatangan sang pujaan hati di setiap harinya, wanita itu Rahma yang sudah dua bulan menunggu ke pulangan sang suami yang sedang melakukan perjalanan bisnis ke sebuah negri paman Syam.
Entah berapa tumpukan rindu yang ia simpan di dalam dirinya terhadap laki laki yang ia cintai semenjak SMA dulu, baginya Vino adalah cinta pertama yang sangat membuatnya bahagia karena bisa menikahi laki laki yang selalu ia kagumi dalam hatinya.
Rahma berharap hari ini adalah kepulangan sang suami dimana Vino kemarin menggambarkan kalau dirinya akan tiba di Indonesia saat sore atau malam hari. Dan Vino meminta agar Rahma menunggunya di rumah, hal itu Rahma turuti alih alih dalam mentaati perintah sang suami untuk menjadi istri yang baik.
"Non, tuan Nugraha minta non Rahma untuk turun makan siang!" Ucap Bi Sarni yang sudah mengetuk pintu kamar sepasang suami istri yang sudah Rahma tempati kurang lebih hampir tiga bulan lamanya.
"Iya, bi... Rahma akan segera turun." Jawabnya seraya menutup pintu balkon yang sudah menemaninya beberapa menit tadi.
Derap langkah kaki Rahma saat menuruni tangga. Dan ketika Rahma akan tiba di meja makan ia melihat sosok laki laki yang sangat ia rindukan dua bulan belakangan ini sedang tersenyum kepadanya.
Detak jantung Rahma berpacu cepat, suasana hatinya berubah menjadi sendu saat ia ingin melangkah, kakinya terasa berat seakan ia meras bermimpi, saat ia menatap wajah tampan sang suami yang sangat ia rindukan. Kedua manik indahnya mengeluarkan tetesan embun yang bening hingga bibirnya tak mampu untuk berucap, karena rasa rindu itu seakan pecah dan mengubahnya menjadi tangis bahagia.
"Nia!" Panggil Vino saat melihat istri nya terdiam mematung dan berkaca kaca. "Kamu gak mau peluk suami kamu,... gak kangen ya sama kakak?" Tanya Vino yang menyadarkan Rahma dengan apa yang ia lihat saat ini adalah nyata.
Dengan sedikit berlari Rahma langsung memeluk Vino saat kedua tangan Vino terbuka untuk memeluknya. Rahma memeluk erta tubuh Vino dengan ciri khas bau wangi yang dimiliki Vino, begitu juga Vino membalas peluk kan sang istri dengan begitu hangat.
"Kenapa badan kamu semakin menyusut, peri kecilku?" Vino merasa memang tubuh Rahma semakin kurus. "Kamu gak dikasih makan di sini, ya?" Ledeknya saat menghapus air mata di kedua pipi Rahma. Rahma tersenyum.
"Maaf ya, sudah membuat kamu merasa kesepian di rumah ini... kakak janji akan ajak kamu kemana pun kakak pergi, ok." Vino mencium kening Rahma.
"Sembarangan aja kita gak kasih makan... Rahma kurusan karena mikirin kamu terus, Vino." Jawab Nugraha yang sangat merasa senang akhirnya Rahma bisa melepaskan ke rinduan nya kepada sang suami. "Maaf ya Rahma tadi papah gak ajak kamu jemput Vino, karena papah ingin buat kejutan untuk kamu... sudah kangen kangen nya di kamar aja." Kata pak Nugraha sembari menepuk nepuk bahu Vino.
Amara yang selama ini selalu benci kepada Rahma pun ikut bahagia karena anak laki laki satu satunya sudah pulang, dengan sikapnya yang sombong ia masih saja memperlakukan Rahma seperti sang pelayan di rumahnya. Amara tidak pernah mau mengakui masakan Rahma yang selau enak di lidahnya sehingga sering kali ia memaki Rahma di depan sang suami.
"Istri kamu itu selama gak ada kamu, dia gak betah di rumah,... pulang kerja pasti keluyuran sama temen temennya... makanya dia gak makan teratur... kamu harus nasehatin istri kamu tuh Vino, biar jadi istri dan menantu yang baik di sini." Ketus Amara yang selalu mencari cari kesalahan Rahma.
"Mamah, Vino itu baru pulang... udah jangan suka ngomong yang engak enggak tentang Rahma... udah biarin mereka masuk kamar dulu." Nugraha menarik tangan amara untuk makan siang terlebih dahulu.
Bi Sarni yang meras senang melihat Rahma bisa bersama lagi dengan Vino sampai sampai ia lupa untuk menuangkan air ke gelas Amara hingga membuat Amara naik pitam.
.
.
Di kamar Rahma membantu sang suami membukakan dasi dan jas yang menempel di tubuh Vino lalu ia letakkan di sisi tempat tidur. Saat Vino akan membuka setiap kancing kemeja dengan segera Rahma pun membantunya walau dalam keadaan jantung yang masih terus berdebar.
"Sudah kamu duduk aja, aku bisa kok melakukannya sendiri!"
Cegah Vino saat tangan Rahma ingin menyentuh kemeja Vino. Dimana Vino memegang pergelangan tangan Rahma yang terdapat kain kasa di tangan kirinya.
Raham meringis ke sakitan saat tangan kekar Vino memeganginya dengan kuat. Rahma meringis ke sakitan sehingga dirinya mengaduh kesakitan.
"Awww... " Ucap Rahma hingga membuat Vino melihat ke pergelangan tangan Rahma.
"Tangan kami kenapa, Nia?" Tanya Vino sambil mengajak Rahma duduk dan memperhatikan tangan Rahma yang berbalut kain kasa.
"Gak apa apa, kak... ini cuma luka sedikit aja... kemarin waktu masak Nia gak hati hati jadi kena panci panas." Jawab Rahma yang tak ingin sang suami tahu kalau luka itu di sebabkan oleh mamah Amara.
"Beneran?... ini sudah di obati dengan baik belum... kalau gak kita ke rumah sakit sekarang ya?" Vino merasa khawatir dengan Rahma.
Sikap Vino kepada Rahma membuat Rahma menatapnya dengan begitu dalam hingga Rahma tidak lagi mencurigai cinta dala hati Vino terhadapnya.
"Gak usah, kak... bi Sarni sudah kasih obat kok." Rahma merasa bahagia atas perhatian yang Vino berikan kepadanya saat ini. "Kak?". Panggil Rahma dengan malu malu.
"Iya, kenapa?" Tanya Vino yang masih memegangi tangan Rahma.
"Boleh Nia peluk kakak sekali lagi?" Tanya Nya malu malu.
Vino menatap Rahma yang menunduk dan tanpa permisi Vino langsung memeluk Rahma, hingga membuat Rahma terkejut. Hal ini Vino lakukan agar Rahma merasa bahwa dirinya pun merindukannya.
Persekian menit Vino memeluk Rahma yang saat ini membeku, detak jantung Rahma sampai terdengar oleh Vino yang saat ini masih setia memeluk sang istri dalam dekapannya.
"Kamu lagi perang ya, Nia?" Tanya Vino yang membuat Rahma mengerutkan dahinya.
"Perang?" Tanya Rahma balik.
"Iya, jantung kamu lagi perang di dalam, sampai aku dengar suaranya." Kata Vino seraya tersenyum dan kini sudah melepaskan pelukan yang sudah membuat Rahma merasa nyaman. "Sudah jangan di pikirkan... aku mau mandi dulu ya!" Ucap Vino seraya mengambil handuk di lemari miliknya.
Rahma terdiam mendengar ucapan Vino yang sudah membuatnya merasa malu di depan suaminya. Detak jantung yang berpacu cepat, atau memang suasana yang terlalu hening, sehingga sang suami bisa mendengarkan detak jantungnya yang dikatakan Vino seperti sedang perang.
"Bikin malu aja." Ucap Rahma pelan. "Gak apa apa kan, namanya juga sama orang yang kita cintai." Rahma bermonolog seraya menyiapkan baju ganti untuk Vino.
.
.
.
Malam pun tiba, Vino meminta Rahma untuk berdandan cantik malam ini, karena Vino ingin mengajak Rahma makan malam. Semenjak mereka sudah sah menjadi suami istri ini baru kali pertama Vino mengajak Rahma makan malam di sebuah restoran ternama nan mewah di kota H.
"Nia... kamu sudah rapih?" Tanya Vino yang sudah menggunakan switer vest top berwarna abu abu yang di padu padankan dengan kemeja berwana nude yang membuat ketampanan Vino semakin berkarisma dan terpancar.
Vino melihat Rahma yang baru keluar dari ruang ganti dengan baju berwarna senada dengan yang Vino gunakan. Gaun berwarna nude serta ia padu padankan dengan kerudung pasmina berwarna pink. Yang membuat Vino merasa terkesima dengan menatap Rahma tanpa berkedip.
"Kenapa, kak?... Nia gak cocok ya pake gaun ini?" Tanya Rahma yang ingin kembali ke ruang ganti untuk mengganti, karena ia melihat tatapan Vino yang ia nilai tidak menyukai gaya berpakaian nya.
"Gak..." Jawab Vino singkat.
"Tuh kan,... kakak tunggu Nia ganti baju dulu ya!" Rahma yang sudah salah mengartikan kata gak dari mulut Vino.
"Bukan, Nia." Vino melangkah dengan cepat untuk menghentikan tindakan Rahma. "Maksud aku, kamu cocok dengan gaun ini... kamu terlihat sangat cantik." Ucap Vino yang membuat Rahma tersipu malu. Lalu Vino pun menarik tangan Rahma dengan menggenggam tangan Rahma dan mengajaknya untuk segera pergi.
"Tunggu, kak... Nia ambil tas sama ponsel Nia dulu." Ucap Rahma dan Vino pun setia menunggunya, sampai Rahma mengambil ponsel dan tas miliknya yang ia letakan di atas meja, yang tak jauh dari tempat tidur milik mereka berdua.
Lalu Rahma pun mendekat pada Vino, Vino pun meraih tangannya kembali sampai mereka turun dan berpamitan kepada Nugraha dan Amara. Amara sempat ingin berkomentar namun Nugraha memberikan isyarat agar sang istri diam, karena Nugraha menginginkan Vino dan Rahma bisa menikmati makan malam di luar.
aku butuh dukungan kalian... tebarkan mawar indah kalian... terima kasih😘💕
lanjut thor 🙏💪😘
lanjut thor 🙏💪😘
lanjut thor 🙏💪😘
semangat terus thor /Determined/