Garis hidup Jossy Jeanette berubah seratus delapan puluh derajat ketika dia bertemu dengan Joshua, CEO tampan yang mendadak menjadi kekasihnya, akan tetapi hubungan mereka berdua harus disembunyikan dari siapapun sesuai permintaan sang CEO itu...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 Dia Selalu Memberiku Kejutan
Jossy Jeanette berjalan dengan langkah cepat menuruni tangga teras rumah kontrakannya.
Berlarian kecil ke arah pagar rumah, untuk keluar karena dia akan berangkat kerja hari ini.
Jossy menarik pegangan pintu pagar rumah lalu berjalan cepat.
"Woah !" serunya tersentak kaget.
Jossy hampir saja kehilangan detak jantungnya karena terkejut kaget, saat dia melihat barisan pengawal pribadi sedang berdiri di luar pagar rumah kontrakannya.
Sejumlah orang berpakaian serba hitam serta rata-rata mereka semua mengenakan kaca mata hitam telah berbaris rapi di luar rumah kontrakannya.
"Kenapa kalian semua ada disini ?" sapa Jossy pada salah seorang pria berkaca mata hitam sedang berdiri di dekat pintu pagar.
"Kami diperintahkan oleh tuan Josua Maxim, untuk berjaga-jaga disini", sahut pria itu sembari tersenyum.
"Dimana Josua sekarang ?" tanya Jossy
Jossy berdiri tegak seraya mengedarkan pandangannya ke arah sekitarnya dengan meletakkan tangan ke atas wajahnya.
"Tuan Josua sedang menunggu anda disana, sengaja beliau tidak ikut kemari dengan alasan privasi", kata pria berkaca mata hitam sembari menunjuk ke arah ujung jalan.
"Apa dia di dalam mobil ?" tanya Jossy.
"Tidak, beliau tidak membawa mobil kemari karena bos besar Josua berjalan kaki ke tempat ini bersama kami tadi", sahut pria itu.
"Baiklah, aku akan menemuinya, dan kuucapkan terimakasih telah bersedia menjaga rumah kami", kata Jossy.
"Sama-sama, dan sudah menjadi tugas saya sebagai pengawal anda, nona Jossy", ucap pria berkacamata hitam dengan setengah membungkukkan badannya.
"Tapi aku bukan nona besar kalian, aku hanya kenalan Josua, tidak berarti apa-apa", sahut Jossy seraya menggelengkan kepalanya.
"Maaf, yang saya tahu bahwa anda adalah orang spesial dari tuan kami, dan tugas kami adalah melindungi orang kesayangan tuan kami", kata pria berkacamata hitam.
"Hmm, baiklah, terserah padamu saja, tapi aku berharap kehadiran ku dan Zieya tidak merepotkan kalian semua", ucap Jossy.
"Sama sekali tidak merepotkan kami karena ini sudah menjadi tugas kami semua", kata pria itu penuh sikap hormat.
Jossy tersenyum lega seraya berpamitan pergi.
"Aku pamit pergi dulu, dan tolong jaga Zieya baik-baik selama aku bekerja", kata Jossy.
"Siap, nona Jossy !" sahut pria berkacamata hitam lalu mengangguk cepat.
"Terimakasih... Terimakasih... Terimakasih...", ucap Jossy pada setiap orang yang berjejer rapi disekitar area rumah kontrakannya itu ketika dia melewati mereka semua.
Serentak orang-orang berpakaian serba hitam serta berkacamata hitam itu membalas anggukan kepala Jossy Jeanette kepada mereka.
Jossy melenggang pergi dengan perasaan lega karena tidak ada yang perlu dia takutkan lagi karena meninggalkan Zieya sendirian di rumah kontrakan.
Tampak Jossy berlarian kecil menuju ujung jalan ke arah jalan keluar area tempat tinggalnya.
Langkah kakinya terlihat ringan saat dia berlarian pergi.
Tiba di ujung jalan keluar, Jossy melihat sosok Josua sedang berdiri di dekat sebuah tembok bata yang ada disana.
Jossy segera melambaikan tangannya ke arah Josua Maxim sambil memanggilnya.
"Josua !" ucapnya keras.
Josua Maxim menolehkan kepalanya ke arah Jossy Jeanette yang berdiri tak jauh darinya saat ini.
"Jossy !" sahut Josua seraya tersenyum cerah.
Jossy bergegas menghampiri Josua sambil menyapanya ramah.
"Sudah lama menungguku keluar dari rumah ?" tanyanya saat dia berada dekat di sisi Josua.
"Tidak lama, hanya beberapa menit saja", sahut Josua.
"Kenapa tidak masuk saja ke rumah, mana aku tahu kalau kamu datang kesini", kata Jossy.
"Aku ingin menunggu disini karena tidak ingin menarik perhatian yang lainnya", sahut Josua.
Jossy langsung teringat pada kata-kata Josua Maxim yang memintanya agar dia tidak mengatakan pada siapa pun tentang kedetakan mereka berdua.
"Oh, iya, aku baru ingat pesanmu itu, kalau kamu tidak ingin hubungan kita diketahui oleh siapa pun juga", kata Jossy.
"Tidak juga, aku tidak bermaksud demikian", sahut Josua seraya tersenyum tipis.
"Sesuai kesepakatan kita, bukan", kata Jossy.
"Karena aku tidak ingin tunanganku mengetahui rencanaku yang ingin memutuskan hubungan kami", sahut Josua.
"Siapa nama tunanganmu itu ?" tanya Jossy.
"Lovely...", sahut Josua singkat.
"Oh, dia bernama Lovely", kata Jossy seraya tersenyum simpul.
"Yah, lainkali aku tunjukkan gambar foto dia padamu", ucap Josua Maxim seraya menyaku tangan.
"Baiklah, aku akan menunggunya", sahut Jossy dengan anggukan kepala ringan.
"Bagaimana keadaan Zieya sekarang ini ?" tanya Josua.
"Kondisinya cukup baik, hanya saja dia seperti mengalami trauma berat atas peristiwa yang terjadi di kedai mie akibat ulah penagih hutang", sahut Jossy.
Jossy berdecak pelan lalu tersenyum kembali kepada Josua.
"Trauma psikis pasti dia hadapi setelah kekerasan terjadi pada kalian berdua, dan aku turut prihatin atas nasibnya sekarang ini", kata Josua iba.
"Yah, kurasa begitu, pasti Zieya sangat ketakutan sekali ketika orang-orang penagih hutang menyerangnya secara brutal", ucap Jossy.
"Berat bagi Zieya karena harus berhutang sepuluh miliar pada orang-orang sekasar mereka karena pastinya mereka tidak akan segan-segan menculiknya jika uang tidak kembali pada waktunya" sahut Josua.
"Yah, seperti itulah kondisi Zieya dan masalah yang dia hadapi saat ini", kata Jossy.
"Dia perlu pendampingan psikolog, untuk mengatasi masalah yang dia hadapi mengenai hutang itu, jika dibiarkan berlarut-larut maka masalah semakin akan rumit", ucap Josua.
"Yah, kurasa demikian, tapi akan lebih sulit bagi Zieya sekarang ini, untuk bergerak leluasa diluar", sahut Jossy agak menyesali masalah yang terjadi pada Zieya.
"Apa kamu akan pergi kerja ?" tanya Josua.
"Ya, aku harus bekerja untuk menghidupi kebutuhanku sehari-hari", sahut Jossy.
Tiba-tiba Josua memberinya sebuah kartu bank kepada Jossy sambil berkata padanya.
"Ambillah kartu bank ini, untukmu ! Dan pergunakanlah uang di kartu ini sesuai kebutuhanmu, kartu bank ini memiliki jumlah uang tak terbatas !" ucapnya pada Jossy.
"Aku tidak memerlukannya karena aku masih bekerja di toko parfum, dan aku mendapatkan nafkah dari pekerjaanku itu", kata Jossy.
"Pada akhirnya kamu akan resign dari pekerjaan di toko parfum karena pekerjaanmu yang baru adalah mengurusi diriku", ucap Josua.
"Tidak mungkin aku resign dari pekerjaanku sebab aku harus menghidupi diriku serta membayar uang sewa rumah kontrakan", kata Jossy.
"Nanti kita bicarakan perihal ini karena kamu telah menyetujui tawaranku, untuk menjadi kekasihku maka kamu harus bersedia mengikuti semua kemauanku", sahut Josua.
Josua meraih tangan Jossy lalu meletakkan kartu bank itu diatas telapak tangan Jossy.
"Kita pergi sekarang atau kau ingin sarapan pagi, masih ada waktu sekitar tiga puluh menit ke Mall", kata Josua.
Jossy menggeleng pelan seraya menatap tertegun diam ke arah kartu bank di tangannya.
"Aku tidak bisa menggunakan kartu bank ini", kata Jossy.
"Oh, iya, aku lupa sebab aku belum memberitahukan padamu mengenai nomer pin kartu bank ini", sahut Josua.
Jossy mendongak ke arah Josua lalu menatapnya murung.
"Bukan itu maksudku..., aku hanya tidak bisa menerima kartu bank ini, sudah cukup kamu memberiku uang sepuluh miliar itu, untuk aku gunakan membayar hutang Zieya", kata Jossy.
"Bukan apa-apa bagiku, uang sepuluh miliar itu, buatku uang itu sangat sedikit jumlahnya, tidak usah dipikirkan, bukankah kamu sudah mengganti uang itu dengan menerima tawaranku sebagai kekasihku", ucap Josua.
"Yah, benar, aku sudah menebus uang itu dengan menerima tawaranmu sebagai kekasihmu", kata Jossy.
"Lantas ? Apa yang menjadi kendala bagimu sekarang ini ?" tanya Josua.
"Masalahnya, Zieya mengaku bahwa dirinya tidak tahu-menahu soal hutang sepuluh miliar itu...", sahut Jossy Jeanette seraya menatap murung ke arah Josua Maxim.