NovelToon NovelToon
Kehidupan Kedua Di Dunia Crossover

Kehidupan Kedua Di Dunia Crossover

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Kelahiran kembali menjadi kuat / Menjadi NPC / Naruto / Anime / Harem
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Aga A. Aditama

Awalnya, aku kira dunia baruku, adalah tempat yang biasa-biasa saja. karena baik 15 tahun hidupku, tidak ada hal aneh yang terjadi dan aku hidup biasa-biasa saja.

Tapi, Setelah Keluarga baruku pindah ke Jepang. Entah kenapa, aku akhirnya bertemu pecinta oppai di samping rumahku, seorang berambut pirang mirip ninja tertentu, seorang pecinta coffe maxxx dengan mata ikan tertentu, dan seorang maniak SCP berkacamata tertentu.

Dan entah kenapa, aku merasa kehidupan damaiku selama 15 tahun ini akan hilang cepat atau lambat.












Karya dalam Crossover saat ini : [To Love Ru], [Highschool DXD], [Dandadan], [Oregairu], [Naruto], [Nisekoi]

Jika kalian ingin menambah karakter dari anime tertentu, silahkan beri komentar..


Terimakasih...


* Disclaimer *

[*] Selain OC, karakter dan gambar yang digunakan dalam Fanfic ini bukan milik saya, melainkan milik penulis asli, dan pihak yang bersangkutan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aga A. Aditama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tragedi Dan Komedi - Bagian 5

Hidup itu sangat singkat, khususnya bagi seorang manusia, yang rentan hidupnya kurang dari seratus tahun. Namun karena mengetahui fakta itu, manusia terkadang menjalani kehidupan singkatnya dengan penuh penyesalan.

Waktu adalah hukum yang adil, karena waktu tidak pernah membeda-bedakan dalam prosesnya. Dan karena manusia memiliki rentang hidup yang singkat, waktu adalah musuh terburuk bagi mereka.

Banyak orang yang hidup bahkan sebelum bisa merasakan kebahagiaan yang ia inginkan, banyak yang hidup bahkan dengan menanggung beban penyesalan masa lalunya.

Waktu tidak bisa diulang, masa lalu tidak bisa diubah. Karena itu, manusia terkadang sangat berhati-hati dalam membuat pilihan untuk menjalani hidupnya.

Dan aku tidak lepas dari belenggu tersebut, suka tidak suka, aku selalu dibuat ragu-ragu, saat harus membuat pilihan di persimpangan dalam hidupku.

Keragu-raguan yang aku rasakan, semakin kuat saat ini. Karena fakta bahwa kehidupanku sekarang, adalah kehidupan keduaku.

Saat aku bertemu Kami-sama, dan saat aku tahu bila aku memiliki kesempatan kedua untuk hidup. Aku sudah memutuskan untuk menjalani hidupku dengan damai, namun istilah damai sangat luas bagiku.

Namun yang jelas, kedamaian bagiku adalah saat aku menjalani hidup tanpa beban. Baik itu beban mental atau fisik, obsesiku semakin kuat saat aku mengetahui dunia seperti apa sebenarnya aku tinggal sekarang.

Dan karena fakta tersebut, saat kemunculan Lala yang tiba-tiba. Pikiran rasionalku ingin menjauh dari Lala, yang menurutku akan membawa masalah dengan kedatangannya. Namun hati nuraniku mengatakan sebaliknya, aneh memang. Mengingat bahwa ini adalah pertemuan pertama kami secara langsung, entah kenapa aku merasa bersalah jika aku meninggalkan Lala saat ini.

Aku terus bergulat antara pikiran rasionalku, dan perasaan yang muncul dari hatiku. Aku tidak menyalahkan Lala, walaupun kemunculannya adalah penyebab kegelisahanku.

Aku lebih menyalahkan takdir, karena sebab itu Lala malah berakhir jatuh di rumahku. Dan bukan tempat yang aku yakini seharusnya, namun aku tidak bisa mengubah keadaan hanya karena aku merasa tidak adil.

Karena itu, aku menghabiskan malamku dengan banyak merenung. Memikirkan pilihan apa yang seharusnya aku pilih saat ini, dan hal itu membuatku terjaga sepanjang malam.

Malam semakin larut, tapi aku tak kunjung bisa tidur. Aku berbaring di tempat tidur, menatap langit-langit kamar yang gelap gulita. Pikiranku terus kacau, dipenuhi oleh perasaan tidak enak dari pergulatan batinku. Meski sudah kuyakini bahwa kepergian Lala adalah hal yang terbaik, hatiku tetap gelisah. Ada sesuatu yang mengganjal, sesuatu yang tak bisa kuhiraukan.

"Aku harus tidur," bisikku pada diri sendiri, mencoba menenangkan pikiran. Tapi tubuhku seperti menolak untuk beristirahat. Akhirnya, kuputuskan untuk pergi ke dapur, berharap sedikit untuk segar, dan segelas susu hangat bisa membantu menenangkan pikiranku.

Aku berjalan keluar dari kamar, melewati lorong yang sunyi. Saat melewati kamar tamu tempat Lala seharusnya tidur, aku berhenti sejenak. Ada perasaan aneh yang tiba-tiba muncul di hatiku, seolah-olah ada sesuatu yang tidak beres. Aku menatap pintu kamar itu, ragu-ragu.

"Lala?" panggilku pelan, mengetuk pintu dengan lembut. Tidak ada jawaban.

Aku menghela napas, mencoba mengusir perasaan tidak enak itu. Tapi naluriku mengatakan sebaliknya. Dengan hati yang berdebar, kubuka pintu kamar itu perlahan.

Dan kamar itu kosong.

Tempat tidur masih sama rapihnya seperti saat terakhir aku melihatnya, tidak ada tanda-tanda bahwa Lala pernah tidur di sana. Aku berdiri di ambang pintu, mataku memindai setiap sudut ruangan, berharap menemukan Lala yang mungkin bersembunyi di suatu tempat.

"Lala?" panggilku lagi, suaraku sedikit lebih keras kali ini. Tapi tetap saja, tidak ada jawaban.

Dadaku anehnya terasa sesak. Aku tahu bahwa ini seharusnya membuatku lega—Lala pergi, dan aku tidak perlu lagi khawatir tentang kehadirannya. Tapi kenapa perasaan ini justru membuatku semakin tidak nyaman?

Aku menutup pintu kamar itu dengan perlahan, lalu mengurungkan niatku pergi ke dapur, dan memilih kembali ke kamarku. Pikiranku semakin kacau. Apa yang harus kulakukan? Apakah aku harus mengejar Lala? Namun bukankah kepergiannya adalah keinginanku? Apakah aku harus membiarkannya pergi, seperti yang seharusnya kulakukan sejak awal?

Aku duduk di tepi tempat tidur, mencoba mengumpulkan pikiranku. Aku tahu bahwa ini bukan hanya tentang Lala—ini tentang diriku sendiri, sekarang aku benar-benar berada di persimpangan dalam hidupku, keputusan yang kubuat saat ini, akan menciptakan kehidupanku di masa depan.

Namun aku tidak bisa membuat keputusan, keragu-raguan menghambat keputusanku. Bahkan jika aku seorang Reinkarnator, aku masih seorang remaja saat kehidupan pertamaku, aku jauh dari kebijaksanaan dalam menjalani hidup.

Aku butuh saran.

Jika itu adalah aku yang dulu, aku pasti tidak akan menemukan kenyamanan untuk mencari nasihat dari seseorang. Namun aku yang sekarang memiliki kenyamanan tersebut, aku yang sekarang memiliki keluarga.

Akhirnya, kuambil ponselku dan memencet nomor yang sudah sangat kuhafal. Setelah beberapa nada dering, suara Chitoge terdengar di seberang sana.

"Kenma? Jam segini? Ada apa?" suara Chitoge terdengar mengantuk, tapi masih penuh dengan kekesalan khasnya.

Aneh memang, walaupun Chitoge seumuran denganku. Namun sosoknya adalah orang pertama yang ingin aku minta nasihat. Bukan karena tidak ada orang lain, namun karena dia adalah saudara kembarku.

Bukankah orang bilang saudara kembar adalah sebuah cermin? Dan mungkin karena itu, baik aku ataupun Chitoge sering bertukar saran sejak dulu. Entah saran itu membantu atau tidak, setidaknya kami bersaudara memiliki kedekatan aneh yang tidak orang sadari.

Dia lebih memahami aku, dan aku lebih memahami dirinya, karena itu kami bersaudara.

"Nee-chan, aku butuh saran," kataku, mencoba menjaga suaraku tetap tenang.

"Lagi-lagi apakah ini masalah temanmu yang itu?" Chitoge menghela napas. "Kenma, kamu tahu kan kalau aku bukan ahli dalam urusan cinta-cinta begini."

Bahkan jika meminta saran dari Chitoge, aku masih memiliki sedikit harga diri untuk tidak mengatakannya secara langsung. Jadi dengan alasan temanku, aku selalu meminta saran darinya seperti itu.

"Bukan tentang percintaan, Nee-chan. Ini... lebih rumit dari itu," jawabku, mencoba menjelaskan tanpa terlalu banyak detail. "Aku hanya... tidak tahu apa yang harus kulakukan. Aku merasa seperti aku membuat keputusan yang salah."

Chitoge terdiam sejenak, seolah-olah sedang mempertimbangkan kata-kataku. "Dengar, Kenma. Aku tidak tahu detailnya, tapi yang aku tahu, kamu selalu terlalu banyak berpikir. Jika kamu merasa itu salah, maka perbaiki. Jika kamu merasa itu benar, maka pertahankan. Tapi jangan biarkan dirimu terjebak dalam keraguan terus-menerus."

Aku menghela napas. "Tapi bagaimana jika aku menyesal nanti?"

"Kamu tidak akan pernah tahu sampai kamu mencobanya, Kenma. Hidup ini terlalu singkat untuk terus menyesali keputusan yang belum kamu ambil," kata Chitoge, suaranya terdengar lebih lembut sekarang. "Dan... jika itu benar-benar penting bagimu, maka lakukanlah. Jangan biarkan ketakutan menghentikanmu."

Aku terdiam, mencerna kata-kata Chitoge. Aku tahu bahwa saudari kembarku itu benar—aku selalu terlalu banyak berpikir, terlalu takut untuk mengambil risiko. Tapi kali ini, aku merasa bahwa aku tidak bisa terus seperti ini.

"Terima kasih, Nee-chan," kataku akhirnya. "Aku... aku akan memikirkannya."

“Tapi, serius deh. Kamu menelponku malam-malam hanya untuk ini?" Tanya Chitoge kesal karena bangun ditengah tidurnya.

“Emm... Sepertinya begitu, maaf mengganggu tidurmu."

"Ya, ya. Sekarang tidurlah, Kenma. Besok pagi berbaikan sana dengan temanmu," kata Chitoge dengan nada kesal, sebelum menutup teleponnya.

Aku menatap ponselku yang sudah gelap, lalu meletakkannya di samping tempat tidur. Aku tersenyum sejenak sebelum menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Chitoge benar—aku tidak bisa terus terjebak dalam keraguan. Jika aku merasa bahwa ini adalah hal yang harus dilakukan, namun apa gunanya jika batinku terus menolaknya.

Bukankah penyesalan itu timbul dari batin seseorang? Aku yang tidak ingin merasa menyesal lagi, dan memilih untuk mengikuti kata hatiku.

Dengan tekad yang baru, aku berdiri dan berganti pakaian. Aku tahu bahwa ini mungkin adalah keputusan yang akan kusesali nanti, tapi setidaknya aku tidak akan menyesal karena tidak mencoba.

Aku berlari di jalanan yang sepi, mataku memindai setiap sudut, mencari tanda-tanda Lala. Aku tidak tahu harus mulai dari mana, tapi aku tahu bahwa aku tidak bisa berhenti sekarang.

Aku berjanji pada diriku sendiri—aku tidak akan menyesali keputusan ini, apa pun yang terjadi.

...----------------...

Dalam kegelapan malam, sepasang pemuda dan pemudi sedang berjalan bersama dengan tampilan acak-acakan. Mereka adalah Ayase Momo, seorang gadis dari keluarga pengusir setan. Dan Takakura Ken, seorang siswa biasa yang Gintama milikinya di curi oleh Youkai tertentu.

Mereka sekarang dalam perjalanan pulang, setelah berhasil mengalahkan Turbo Granny. Mereka berdua merasa lelah, tapi juga puas dengan kemenangan mereka.

"Kita berhasil, Okarun!" kata Momo dengan senyum lebar, menepuk punggung Okarun yang terlihat kelelahan.

"Ya... tapi aku rasa aku butuh tidur selama seminggu setelah ini," jawab Okarun dengan suara lemah.

Momo tertawa saat mendengarnya, tapi tawa itu terhenti saat dia merasakan sesuatu yang aneh. Dia berhenti berjalan, matanya memindai sekeliling. Ada sesuatu yang tidak beres.

"Okarun..." bisik Momo, suaranya penuh dengan kewaspadaan. "Kamu merasakan itu juga?"

Okarun mengangguk, wajahnya tiba-tiba menjadi serius. "Ya. Sepertinya ada sesuatu disana." Ucapnya sambil menunjuk ke gang gelap.

Mereka menatap kearah gang gelap, dan sebelum mereka sempat bereaksi, tiga sosok muncul dari kegelapan. Momo dan Okarun langsung mengambil posisi bertahan, siap untuk menghadapi ancaman apa pun.

"Kalian siapa?" tanya Momo, matanya tajam menatap ketiga sosok itu.

Salah satu dari mereka, seorang wanita dengan rambut biru tua dan mata yang dingin, tersenyum sinis. "Kami hanya ingin berbicara," katanya, tapi nada suaranya tidak meyakinkan.

Momo tidak percaya. Dia bisa merasakan energi aneh yang mengelilingi ketiga sosok itu. Ini bukan sekadar "berbicara".

Tiba-tiba, wanita yang lebih pendek mengeluarkan tombak cahaya dari tangannya, dan Momo serta Okarun langsung menyadari bahwa mereka dalam masalah besar.

Tapi Momo dan Okarun sudah terlalu lelah. Mereka berusaha bertahan, namun bahkan sebelum mereka bisa bereaksi. Dalam waktu singkat, Okarun tumbang, dan Momo merasa dirinya diangkat dari tanah.

"Jangan khawatir, kami tidak akan menyakitimu... untuk sekarang," bisik wanita berambut biru itu sebelum Momo kehilangan kesadaran.

1
°Itsuuki°~°Kun°
well played👍
°Itsuuki°~°Kun°
semakin jauh lah dari hidup damai 🗿
A.K.A
akhirnya ada yang paham /Smile//Smile/
A.K.A: Tunggu aja kejutannya di bab-bab di masa depan.... terimakasih!!/Grin//Grin/
°Itsuuki°~°Kun°: apakah nanti se op lucy kh yang sampe bisa telekinesis. 🤔
total 2 replies
°Itsuuki°~°Kun°
lanjut thorrr 👍

gk sabar liat semua makhluk terkuat nya saling muncul, mulai dari hantu yang skala planet, orang tua nya Lala , sama dewa nya dxd 🤣
°Itsuuki°~°Kun°: fiks sih bakal GG bet kalau ortu nya Lala yg skala universe, hantu yang skala planet, sama dewa dxd ketemu 🤣
A.K.A: tunggu aja kelanjutannya whahaha..../Scream//Scream/
total 2 replies
°Itsuuki°~°Kun°
100% mah op parah 🗿

jadi kayak lucy
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!