Cerita ini hanya fiktif belaka, namun cerita ini di rangkum dari pengalaman seseorang dan di sangkut pautkan dengan kejadian-kejadian Aneh yang terjadi di kalangan masyarakat pedesaan.
Zivanya yang biasa di panggil Ziva menganggap kelebihannya itu sebagai Kutukan namun perlahan dia pun berdamai dengan keadaan dan akhirnya menganggap kelebihannya itu sebagai Anugerah.
Karena Ziva lebih asyik berteman dengan sosok yang berwujud makhluk halus namun mempunyai hati di banding dengan sosok yang berwujud manusia namun tak punya hati.
Sebuah percintaan pun terjalin di cerita ini, berawal saat Ziva duduk di bangku SMK sampai pada Ziva lulus dan melanjutkan kuliah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita Biasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31.
"STOP ! " Perintah Ziva yang di kira ada penampakan oleh Arjun.
"Hantu lagi ? " Tanya Arjun.
Ziva menatap heran pada Arjun, " Bukan. sebentar aku mau ambil jaketnya dulu di laundry, kok hantu sih ? "
"Ya kan kamu biasanya selalu dadakan kalau liat hantu. "
"Ya kan namanya juga hantu bukan manusia, memangnya manusia kalau mau ketemu harus Wa dulu ini kan hantu Bambang. "
"Ya sudah terserah, cepat saya mau kembali ke kantor. " Perintah Arjun.
Saat Ziva keluar dari mobil itu, Arjun merasa heran padahal ia selalu memilah dan memilih siapa yang akan ia dekati. Jika di pikir sosok Arjun tidak mungkin mendekati Ziva terlebih Ziva itu selalu berpenampilan culun.
"Ini jaketnya, sudah aku cuci ya. " Ucap Ziva.
"Jangan ngaku-ngaku kamu, bukan kamu yang cuci juga. " Dengus Arjun.
Ziva menggelengkan kepalanya tak percaya hal sepele pun di bahas oleh Arjun.
Saat sampai di depan rumah kontrakan Ziva, seorang wanita paruh baya masih duduk di kursi halaman rumahnya.
"Itu ibu kamu ? " Tanya Arjun.
Ziva hanya menganggukkan kepalanya bersiap untuk turun, ternyata tanpa Ziva kita Arjun pun ikut turun bersamanya.
"Lah mau kemana Bang ? " Tanya Ziva.
"Gak sopan kamu, setelah di antar boro-boro nawarin minum. " Ucap Arjun ketus.
"Hehe ... Maaf, tak kira Abang mau langsung balik. ya sudah ayo kalau mau mampir. " Ajak Ziva.
Ziva berjalan lebih dulu dan Arjun mengekor di belakangnya.
"Assalamualaikum Bu, kenapa ibu di luar kan ibu lagi gak enak badan " Ucap Ziva sambil mencium punggung tangan ibunya.
"Ibu takut di dalam sendiri, dari tadi ada suara aneh Zi. " Ungkap sang Ibu.
"Aneh ? nanti Ziva periksa. Oh ya Bu, perkenalan ini Pak Arjun petugas kepolisian yang sedang menangani kasus mayat di hari yang lalu. "
Ibu Ziva langsung menghampiri Arjun, " Ya Alloh Nak. Hati-hati ya Nak, jadi kamu yang waktu itu menelpon Ibu ? "
"Iya Bu, perkenalkan nama saya Arjun. Ibu tidak usah khawatir selama kasus ini bergulir anak ibu aman dengan kami. " Ujar Arjun sama halnya dengan Ziva memberikan salam dengan mengangkat punggung tangan Ibu Ziva untuk ia pertemukan dengan jidatnya.
Ibu Ziva merasa lega sekarang, " Buatkan minum Zi. Tamu kok di anggurin."
"Witwiwww wittt ... Ehem ... Ehem ... Tangkap aku dong pak POLTENG. " Sahut Mbak Kun yang sudah stay di atas pohon rindang itu.
Ziva tertawa seketika, kala mendengar temannya itu menggoda Arjun.
Arjun menatap Ziva aneh, tidak untuk Ibunya karna ia sudah terbiasa bersikap seperti itu. " Nak, sudah cepat buatkan minum. "
"Tidak usah Bu, saya harus segera kembali ke kantor akan ada rapat untuk persiapan olah TKP besok. Ziva pun akan ikut serta, mudah-mudahan Ibu mengijinkannya dan jangan khawatir saya pun akan ikut serta. " Bujuk Arjun.
Ibu Ziva tidak merasa khawatir sebenarnya, karna ia tahu Ziva tidak sendiri ada sosok yang selalu melindunginya. Namun ia sengaja memperlihatkan ke kemasannya masa seorang Ibu tidak cemas pada anaknya.
"Oh ya sudah, ibu percayakan keselamatan anak ibu pada Nak Arjun. "
"Ah Ibu, Ibu lupa aku bisa jaga diri sendiri. " Rajuk Ziva.
"I-iya Ibu tahu kok kamu anak kuat, tapi sebaik-baiknya wanita menjaga dirinya sendiri lebih baik ada sosok laki-laki di belangnya untuk melindunginya. " Jelas Ibu Ziva.
Arjun pun di buat salah tingkah saat itu.
Alih-alih Arjun ingin berpamitan, entah kenapa Arjun merasa berat di bagian pundaknya. Arjun sesekali mengusap tengkuk lehernya.
"Ya sudah Ibu masuk duluan. Hati-hati Nak Arjun. "
"Baik Bu. "
Ziva terus tertawa dengan sikap teman kuntinya. Yang kini sedang asik memeluk tengkuk leher Arjun.
"Kenapa ? " tanya Ziva.
"Gak tau nih, kok tiba-tiba berat ya. " keluh Arjun.
"Hahahaha ... Sini. " Ucap Ziva sambil menyentuh tengkuk leher Arjun lembut.
Jika di perhatikan mereka seperti sedang ingin melakukan pertemuan Bibir, namun itu tidak mungkin mereka lakukan. Sosok penghuni pohon itu pun pergi dan kembali ke tempat asalnya.
"Sudah, Mba Kun sudah pergi kok. " Jelas Ziva.
Arjun menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri rasanya sudah ringan seperti awal datang ke rumah Ziva.
"Kok bisa ? Mba Kun ? " Tanya Arjun.
"Katanya mau pergi, tapi kok masih tanya. Kalau aku kasih air teh hangat pasti sudah habis. "
"Ya sudah, nanti kamu jelaskan. Besok saya jemput pukul 3 sore. Kamu siap-siap saya tidak mau menunggu. " Ujar Arjun langsung berbalik badan dan berjalan ke arah mobilnya.
"Bang ? "
Setelah Arjun berjalan beberapa langkah, Ziva memanggilnya. " Ya ... "
"Say hello dulu dong sama Fans Abang yang sedang duduk di atas pohon. " Pernyataan Ziva membuat Arjun bergidik merinding.
"Apaan sih Zi, " Gerutu Arjun.
"Hahahaha ... Mba Kun Bambang tampan nya sendang PMS jadi lagi Badmood. " Teriak Ziva.
"Ehh ... Awas kamu Zi. "
"Jadi yang di maksud Ziva Mbak Kun itu, kuntilanak ? ihhh ... Temannya demit semua. " Gerutu kecil Arjun buru-buru menaiki mobilnya.