Karya ini hanya fiksi bukan nyata. Tidak terkait dengan siapa dan apapun.
Elyra Celeste Vesellier, putri bungsu dari Kerajaan Eryndor. Lahir di tengah keretakan hubungan orang tuanya, ia selalu merasa seperti bayangan yang terabaikan.
Suatu hari, pernikahan nya dengan Pangeran dari kerajaan jauh yang miskin ditentukan. Pukulan terbesarnya saat dia mengetahui siapa gadis yang ada dihati suaminya. Namun, Elyra pantang menyerah. Dia akan membuktikan jika dialah yang pantas menjadi Ratu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rose Solace, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 35
Ethan duduk di punggung kudanya, membiarkan angin malam menerpa wajah nya. Cahaya bulan membias di atas hutan yang gelap, menciptakan bayangan-bayangan panjang yang bergerak mengikuti irama angin.
Matanya yang tajam menatap bangunan tua di kejauhan, tempat di mana Lyra di kurung.
Di benaknya, berbagai ingatan tentang Lyra berkelebat seperti potongan yang berserakan. Dia mengingat senyuman lembut wanita itu, caranya berbicara yang selalu penuh ketegasan, tetapi tetap terasa hangat.
Ethan menghela napas panjang, menenangkan gejolak yang mulai mengganggu ketenangan nya.
'Kamu seperti bunga lily di tengah badai', Ethan menatap bangunan itu tajam.
Bagi Ethan, Lyra adalah lily yang tumbuh dengan anggun, bahkan di tengah badai. Putihnya bersih, kelopaknya lembut, tetapi akarnya mencengkeram tanah dengan kuat, tidak mudah tergoyahkan.
Seperti itulah Lyra, dia terlihat lembut dan rapuh di permukaan, tetapi di baliknya tersembunyi tekad yang tidak mudah dipatahkan.
Ethan harus menyelamatkan nya. Tidak hanya karena dia adalah istri kakaknya, tetapi karena sesuatu dalam dirinya menolak membiarkan wanita itu sendirian dalam bahaya.
...****************...
Di dalam ruangan pengap yang dijadikan tempat kurungan, Lyra duduk dengan punggung menempel ke dinding batu. Tangan nya masih terikat, tetapi pikiran nya terus bekerja.
Dia sudah memetakan ruangan ini dalam benaknya. Letak pintu, jendela, titik-titik kelemahan. Dari pengamatan nya selama beberapa hari, dia juga sudah mengenali kelemahan para penjaga. Ada satu yang sering tertidur saat berjaga, satu lagi yang selalu lengah setelah makan malam.
Lyra tahu bahwa dia tidak bisa mengandalkan bantuan dari luar. Jika dia ingin bebas, dia harus melakukan nya sendiri.
Malam itu, ketika penjaga yang sering mengantuk akhirnya mulai terlelap di kursinya, Lyra bergerak cepat.
Dengan keterampilan yang pernah dia pelajari diam-diam, dia berhasil melonggarkan ikatan di pergelangan tangan nya. Butuh waktu dan kesabaran, tetapi ketika tali akhirnya terlepas, dia tanpa sadar menahan napas.
Degup jantungnya berdetak kencang, namun dia harus memastikan tidak ada yang menyadari pergerakan nya.
Lyra merayap ke dekat meja tempat kunci diletakkan, mengambilnya dengan gerakan cepat namun senyap. Lalu, dengan hati-hati, dia membuka pintu sel dan menyelinap keluar.
Namun, dia belum sepenuhnya bebas.
Begitu kaki Lyra menginjak tanah luar, dia mendengar suara langkah kaki mendekat. Dengan cepat, dia bersembunyi di balik gerobak kayu yang ada di sudut bangunan. Nafasnya tertahan saat seorang penjaga lewat hanya beberapa meter darinya.
Lyra tahu bahwa jika dia berlari sekarang, suara langkah kakinya akan menarik perhatian. Jadi, dia menunggu. Menunggu hingga penjaga itu berbalik arah sebelum melangkah cepat menuju gerbang kecil di sisi belakang.
Tangan nya meraba-raba kunci yang telah dia ambil, mencocokkan nya dengan gembok di gerbang itu. Detik-detik berlalu dengan lambat saat dia mencoba membukanya tanpa suara.
Akhirnya, gembok itu terbuka. Namun, saat dia hendak keluar, terdengar teriakan dari dalam.
"TAHAN! TAWANAN NYA MELARIKAN DIRI!".
Jantung Lyra berdegup lebih kencang. Tanpa pikir panjang, dia segera berlari ke dalam hutan. Gelapnya malam menjadi sekutu terbaiknya, tetapi langkah kaki di belakangnya semakin mendekat.
...****************...
Dari kejauhan, Ethan melihat kekacauan yang terjadi.
Dia melihat sosok yang berlari dengan gaun yang sudah kotor dan robek, rambut pirang panjangnya terurai, tetapi ada keteguhan dalam langkahnya. Sosok itu adalah Lyra.
Tanpa pikir panjang, Ethan menarik tali kekangnya dan menghentikan kudanya di jalur yang dia perkirakan akan dilewati Lyra.
Dan benar saja, beberapa detik kemudian, Lyra muncul dari balik semak-semak. Mata biru Lyra terbelalak saat melihat Ethan di atas kuda. Tetapi sebelum dia bisa berbicara, Ethan mengulurkan tangan nya.
"Naiklah, cepat!", ucap Ethan tergesa-gesa.
Tanpa ragu, Lyra meraih tangan Ethan, dan dengan satu gerakan kuat, Ethan menariknya ke atas kuda. Seketika, Ethan memacu kuda hitamnya ke arah hutan yang lebih lebat, menjauh dari para pengejar.
Suara teriakan semakin jauh, tetapi Ethan tahu mereka belum aman. Para penculik itu pasti akan mengirim lebih banyak orang untuk mengejar mereka.
Mereka harus terus bergerak. Harus lebih cepat.
Saat angin malam menerpa wajah mereka, Ethan melirik Lyra yang kini berada di hadapan nya. Lyra masih berpegangan erat pada pelananya. Nafasnya tersengal, tetapi manik biru langit itu masih menyala penuh tekad.
Seperti bunga lily yang tetap teguh, bahkan di tengah badai.
Dan Ethan tidak bisa menahan diri untuk berpikir. Mungkin, hanya mungkin, dia telah jatuh lebih dalam dari yang dia sadari.
...****************...