NovelToon NovelToon
SIANIDA (Siap Nikah Sama Duda)

SIANIDA (Siap Nikah Sama Duda)

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat
Popularitas:891k
Nilai: 4.9
Nama Author: desih nurani

Punya tetangga tukang gosip sih sudah biasa bagi semua orang. Terus gimana ceritanya kalau punya tetangga duda ganteng mana tajir melintir lagi. Bukan cuma itu, duda yang satu ini punya seorang anak yang lucu dan gak kalah ganteng dari Bapaknya. Siapa sih yang gak merasa beruntung bisa bertetanggaan dengan duda yang satu ini?

Dan orang beruntung itu tak lain adalah Lisa. Anak kepala desa yang baru saja menyelesaikan kuliahnya di Ibu Kota. Pas pulang ke rumah, eh malah ketemu duda ganteng yang teryata tetangga barunya di desa. Tentu saja jiwa kewanitaannya meronta untuk bisa memiliki si tampan.

Penasaran gak sih apa yang bakal Lisa lakuin buat narik perhatian si duda tampan? Kalau penasaran, yuk simak ceritanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon desih nurani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kejahilan si Abah

Abah tergelak saat melihat ekspresi wajah Lisa yang terkejut karena berhasil dijahili.

"Abah!" Lisa menepik ular mainan yang menggantung di bahunya.

"Kaget ya, Neng?"

"Ih si Abah mah, untung gak Eneng lempar pake cutil. Jahil banget sih."

Abah masih saja tergelak. "Habis kamu mah serius banget masaknya, padahal cuma goreng sosis doang."

Bibir Lisa maju beberapa inci. "Ish... dapat dari mana ular mainan?"

"Sengaja beli, tadinya mau ngasih buat Rayden. Tapi pas ngeliat kamu serius gitu jadi pengen jahilin."

"Iihhh... ngeselin aja si Abah. Udah sana jangan ganggu Eneng. Eneng itu lagi masak."

"Cuma masak gitu aja serius banget, Neng."

"Harus dong, Bah." Lisa pun kembali fokus memasak.

Abah tertawa kecil, kemudian mengambil mainan itu yang tergeletak di lantai. Lalu melemparnya lagi. Sontak Lisa pun teriak untuk yang kedua kalinya.

"Abah!"

Si Abah pun langsung lari terbirit-birit karena takut kena amukan putrinya. Ada-ada aja si Abah mah, pantes aja anaknya jahil-jahil. Rupanya keturunan.

"Jangan ganggu konsentrasi Eneng terus atuh. Ya Allah, baru juga mau belajar masak udah digangguin. Gimana Eneng teh bisa masak? Ngeselin ih si Abah mah. Jailna sarua jeng si Aa." Omel Lisa sambil membalik sosis yang hampir gosong.

"Neng, itu gosong sosis na. Geura di angkat. Ya Allah, kamu mah goreng sosis aja gak bisa, gimana mau jadi Mamanya Rayden?" Tegur Mamah yang niatnya mau mengambil gelas ke dapur, tapi malah gak sengaja lihat anaknya sedang masak.

Mamah langsung mematikan kompor dan mengangkat sosis yang warnanya sudah berubah coklat.

"Kan biar estetik Mamah, kayak orang Afrika gitu." Lisa terkekeh geli tanpa rasa berdosa.

"Estetik naon, aya-aya wae si eneng mah. Yang ada orang juga segen makannya. Udah awas sana, biar Mamah yang goreng. Si kasep mana mau makan yang gosong kayak gini. Nih buat kamu aja, habisin biar estetik." Mamah memberikan piring sosis itu ke tangan Lisa.

"Ih si Mamah mah." Lisa mencebikkan bibirnya. Lalu beranjak pergi dari sana.

Melihat kedatangan Lisa, wajah Rayden pun langsung berbinar. "Kok Kakak lama banget? Ray udah lapar."

Lisa cengengesan sambil menaruh piring sosis yang hampir gosong itu ke atas meja. Rayden yang melihat itu tampak bingung. "Itu apa, Kak?"

"Sosis, tapi kegosongan, hehe."

"Iwh... pasti rasanya gak enak. Kakak sama aja kayak Papa, gak bisa masak."

Lisa terkekeh lucu. "Emang Papa kamu gak bisa masak juga ya?"

Rayden mengangguk. "Dulu Papa juga pernah masakin Ray sosis, tapi gosong. Rasanya gak enak, pahit."

"Terus?"

"Terus Papa buang, dan ngajak Ray makan di restoran Jepang deh."

Lagi-lagi Lisa tertawa renyah. Hihi... gak kebayang kalau aku sama Pak Erkan ada di dapur. Pati seru deh, sama-sama kebingungan. Kayaknya dapur bakal jadi medan perang dadakan deh.

"Kalau Ray udah besar, Ray mau jadi chef. Supaya bisa masak makanan enak terus buat Kakak dan Papa."

Wajah Lisa pun merona saat mendengar itu. Tanpa sengaja perkataan Rayden menyentuh hatinya.

Kira-kira Ray mau nerima aku jadi Mamanya gak ya?

"Oh iya, Ray. Kalau misalkan Kakak jadi Mama Ray, Ray mau gak?"

Sontak Rayden pun langsung mengangguk antusias. "Mau mau... Ray suka kalau Kakak jadi Mamanya Ray. Kakak kan cantik, terus baik lagi."

Mendengar itu Lisa pun tersenyum senang. "Kalau Ray mau Kakak jadi Mama Ray, Ray harus bantu Kakak."

"Bantu apa?"

"Bantu Kakak buat jagain Papa, usir semua cewek yang mau deketin Papa. Pasti di kota banyak kan yang mau jadi Mama Ray?"

Rayden mengangguk kecil. "Ray cuma mau Kakak jadi Mama Ray. Ray gak mau orang lain."

"Bagus." Lisa tersenyum licik.

"Kakak, Ray lapar. Tapi Ray gak mau makan sosis gosong." Rengek Rayden yang berhasil mengundang tawa Lisa.

"Tunggu sebentar." Lisa pun menarik napas panjang, lalu berteriak kencang. "Mamah!"

Tuk!

Ujung centong berhasil mendarat di kepalanya. Sontak Lisa pun meringis kesakitan dan langsung menoleh ke belakang. Di sana sang Mama sudah berdiri sambil memberikan tatapan tajam.

"Sok teriak-teriak lagi. Biar Mamah lempar pake gentong. Heran, punya anak gadis tapi sukanya teriak-teriak. Malu sama tetangga, Neng."

Lisa manyun sambil terus mengusap kepalanya yang sepertinya benjol. "Meni tega si Mamah mah ngelempar Eneng pake centong. Emang Eneng teh si Tumang apa?"

"Lebih dari si Tumang kamu mah. Ngalunjak pisan, manggil Mamah tu nu sopan. Lain gegerewekan." Kesal si Mamah semabari memberikan sepiring nasi berserta sosis goreng pada Rayden.

Anak polos itu sama sekali tidak peduli dengan apa yang sedang terjadi dan langsung melahap makanan favoritnya karena memang sudah lapar. Kemudian wanita paruh baya itu pun ikut duduk di sebelah Rayden.

"Besok-besok kalau kamu teriak lagi, Mamah banjur pake air comberan. Biar kapok."

Bibir Lisa pun semakin menyebik. "Tega ih si Mamah mah. Nyeri atuh, Mah."

"Biarin, kalau gak digituin gak bakal kapok. Heran Mamah mah, punya anak perawan satu-satunya tapi tingkahna alabatan lalaki. Anu lalaki malah kayak perempuan. Pusing... pusing."

Lisa tersenyum kecil dan langsung duduk rapat di dekat Mamahnya. Kemudian melendot seperti anak kucing. "Mah... Eneng minta maaf ya? Besok-besok gak bakal teriak lagi kok, jangan marah lagi ya? Eneng tuh sayangnya pake banget sama Mamah."

Mamah mendengus sebal. "Pasti ada maunya kan?"

"Hehe, tahu aja Mamah mah."

"Mau apa? Ngomong aja gak usah lendot-lendot."

"Em... Mamah mau masakin makan siang buat Mama dan Papanya Pak Erkan gak?" Bisik Lisa.

"Lah, buat apa masakin makan siang buat mereka?" Kaget Mamah.

"Ih si Mamah mah gak tahu taktik merebut hati lewat mulut ya?"

"Dih, sok-sokan mau merebut hati lewat mulut. Masak aja gak bisa." Cibir Mamah.

"Kan ada Mamah. Mau ya Mah? Demi masa depan Eneng." Bujuk Lisa.

"Enggak, Mamah lagi males masak." Tolak Mamah Endang dengan nada santai.

"Please... mau ya Mah? Mamah sayang Eneng gak?" Lisa mengelus tangan Mamahnya dengan lembut. Gini nih kalau ada maunya.

"Sayang, tapi tetap aja Mamah gak mau masak."

Bibir Lisa menyebik dan mulai mengeluarkan drama queen. "Padahal Eneng teh pengen deket sama calon mertua. Biar dapat camistery gitu. Tapi apalah daya diri ini tidak bisa memasak. Ya Allah, mungkin dia memang bukan jodoh hamba."

Mamah menghela napas berat. "Iya iya nanti Mamah masak. Gak tega juga Mamah sama kamu."

Seketika wajah Lisa pun berbinar. "Beneran?"

"Iya, tapi bantu Mamah siapin bahan masak."

"Yes, iya nanti Eneng bantu motong-motong sayur." Lisa langsung memeluk sang Mamah erat.

"Ya udah awas jangan peluk-peluk, Mamah mau bangunin si Aa. Suruh nangkap ikan mas buat lauknya."

Lisa menganguk antusias. "Makasih Mamah."

"Sama-sama."

Menjelang siang, Lisa sudah siap pergi ke rumah Erkan dengan rantang di tangannya. Gadis itu terus tersenyum sambil sesekali bersenandung.

"Hayuk, ikut pulang gak?" Tanya Lisa pada Rayden yang masih menonton doraemon.

"Ikut." Rayden bangkit dan langsung berlari ke arah Lisa.

"Kakak bawa apa?"

"Makanan buat Papa kamu."

"Wah... Ray boleh ikut makan kan?"

"Boleh kok, hayuk atuh." Keduanya pun langsung beranjak pergi.

Sesampainya di depan gerbang rumah Erkan. Langkah kaki Lisa dan Rayden pun terhenti saat sebuah mobil ikut berhenti di sana. Dan tidak lama dari itu keluar tiga orang wanita berpenampilan modis.

Siapa mereka?

1
Luh Nanik
di bikin rendang aja Thor...😁😁😁😁
Saeni Bae
Kecewa
Nur Adam
smgt untuk krya mu thoor
ahmad irwan
bagus
iecha fathir
lanjut ah..seru banget liat neng lisa n kang erkan ...🥰🥰🥰😍😍
iecha fathir
🤣🤣🤣
iecha fathir
🤣🤣🤣😂😂...polos banget rey
iecha fathir
🤣🤣🤣
iecha fathir
seru banget...😂😂🤣🤣🤣
Witri Yanti
mantap Thor Suko Wak carito nyo
Lisa Virgiyanti
👍👍👍
Rizki Surya
seru ceritanya aku suka
Wid
bagus banget ceritanya
Dahlia Anwar
kayak nya seru celyn di bikin cerita
Dahlia Anwar
ikut senang sedih juga 😭😭😭😭😭 pinter banget ya othor nya buat novel kocak
Dahlia Anwar
iya lah kan kamu engga punya otak makan tuh cinta ,, sebel deh Ama Bella engga kaya si Lisa baik ,, wkwkwkw napsu aku Thor ampunn
Dahlia Anwar
mampus si Bella di bilangin Ama tlsahabat engga denger
Dahlia Anwar
bego banget Bella maua aja di jadikan istri siri atas dasar cinta belom tentu yang cowo cinta terus yang rugi kan cewek nay bego
Dahlia Anwar
novel terkeren
Dahlia Anwar
lucu nya wkwkw bener kalau dapet yang kuli bisa berabe ,, yang rajin aja kadang mertua suka ngomel
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!