Selamat datang di novel ku
menerima kritik dan saran
feedback & folback bisa folow instagram juga ;@namjoneya_0594
Pernikahan biasanya didasari oleh cinta namun tidak dengan Hira dan Axell/Gus Mahen. Keduanya menikah karena sebuah insiden naas menimpa calon istri Axell dan Hira berada diTKP.
Hira sebagai pengantin penganti namun setelah menikah kehidupannya penuh dengan teror, hingga membuat nya sempat mengalami gangguan kecemasan. Hingga suatu tragedi membuat nya tak bisa sadar dalam waktu lama , Sedangkan Axell tanpa sadar menyayangi istri dengan berlindung dibalik kata “Aku akan bertanggung jawab menjadi seorang suami”.
Keduanya tetap harus mencari tau siapa pelaku peneror dan pembunuhan misterius.
Dan akankah mereka menemukan pelakunya? Akan kah cinta mereka menjadi kekuatan untuk melawan segala lika-liku kehidupan atau justru malah salah satu dari mereka berhasil dibunuh lagi? .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tini Timmy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 31
“Coba kamu telpon Axell nak.”
Vincent menuruti perintah Umma namun tak ada jawaban walaupun berdering. Sampai berkali-kali ia mencoba menghubungi Axell namun tetap nihil. Vincent menghela nafas gusar harus bagaimana untuk menghubungi kakaknya. Ingin menghubungi Dirga namun kakaknya sedang tak bersama Dirga.
“Ya udah, umma samperin Hira dulu kamu coba hubungi kakak mu.”
“Oke siap Umma.”
Vincent mondar mandir sambil menelpon Axell namun tak kunjung ada jawaban. Hingga Aira yang sedari tadi berdiam diri dikamar pun keluar karena mendengar suara Vincent dan Umma.
“Ada apa sih Vin?” Tanya Aira.
“Itu kak Hira lari sambil nangis.”
“Loh kenapa? Bukannya ___”
“Bukannya dia ketemu kak Axell,dan jangan tanya alasannya kenapa karena aku gak tau,”jawab Vincent.
“Lah, tak kira bisa dapat informasi tapi dapat nya esmosi.”
“Jangan esmosi dong kakak cantik,”
“Tau lah Vin kalau sudah begitu biasa nya maunya.”
Vincent hanya bisa nyengir kuda menampilkan barisan giginya yang rapi.
“Apa sih?”
“Telpon kak Dirga Gih, aku telepon gak diangkat . Mana tau kalau kakak yang telepon dia jawab.”
Aira menoyor kepala adiknya itu, dia kira apa ternyata cuma telpon doang. Lalu ia mencoba menelpon yang sama sekali tidak ada jawaban sampai membuatnya kesal sendiri.
“Gak diangkat ihh.”
“Ya udah deh, kalau gitu kita tunggu kak Axell pulang.”
Dikamar
Tuk…tuk… tuk
“Hira kamu didalam sayang?, Umma masuk ya.”
Tak ada sahutan namun saat gagang pintu dibuka ternyata tak terkunci. Umma masuk menelisik seluruh sudut kamar namun nihil tak ada hingga ia mendengar ada suara gemercik air di kamar mandi.
Umma berusaha mengetuk pintu kamar mandi namun tak kunjung ada jawaban hingga Air itu mati.
“Hira ini Umma nak! Kamu gak papa sayang?”
“Iya Umma ! Hira gak papa. Hira lagi pengen sendiri minta waktu nya ya Umma!” Teriaknya dari dalam kamar mandi.
“Baiklah, kalau ada apa-apa kabari Umma ya sayang. Mandi nya jangan kelamaan nanti kamu demam.”
“Iya Umma, selamat beristirahat Umma.” Setelah mendengar jawaban Hira Umma keluar dari kamar lalu kembali turun ke bawah.
Sedangkan Hira menangis histeris setelah Umma benar-benar keluar dari kamar. Sekelebat bayangan adegan tadi berputar di otak nya. Apa benar itu Axell? Apa benar Axell menghianati nya, dan apakah karena dia tak pernah mendapat kan apa yang seharusnya Hira beri sampai membuat nya bermain dibelakang Hira.
Hira terus menangis kala mengingat hal tadi.
...Flashback on...
Dengan senyuman yang merekah Hira mulai memasuki area ruangan Axell. Terlihat dari depan ruangan itu masih terang dengan lampu yang menyala temaram. “Itu Mamas.” Kala kaki nya mulai melangkah kembali , Hira terkejut melihat ada Nayla disana dan posisinya keluar dari bawah meja.
Kedua mata nya mulai memanas melihat keintiman Nayla dan Axell. Walaupun suaminya tak berhadapan dengan nya namun tetap saja bahu yang ia kira bisa membantu nya berdiri kokoh kini sedang bermesraan dengan wanita lain tanpa status yang resmi.
Kotak makan yang ia bawa terjatuh ke atas rerumputan halus, bulir bening yang tergenang di kedua pelupuk matanya kini mulai luruh membasahi pipinya.
Anehnya hati Hira masih terus penasaran dan menyaksikan langsung adegan kissing yang ia dan suaminya pun belum pernah melakukan itu. Hatinya terasa hancur, bagaimanapun orang yang baru ia mulai percaya kini menghancurkan kepercayaan nya.
Hira paling benci dengan penghianatan dan sekarang ini yang paling sakit hati karena, kepercayaan nya hancur.
“Mas kenapa kamu harus melakukan itu dengan Nayla, apa tidak bisakah kamu tahan sampai aku mencintaimu.” katanya sambil menggeleng kan kepala lalu melangkah pergi meninggalkan kan ruangan itu .
...Flashback off...
Dibawah guyuran air shower yang dingin ia menangis tak henti, gairah hidupnya seperti menghilang dalam sekejap mata. Ia sudah tak peduli lagi dengan kondisi tubuhnya yang lemah.
Setelah kurang lebih 2 jam dalam guyuran air ia pun keluar dari kamar mandi dengan piyama yang sudah rapi . Melangkah menuju meja rias lalu mengeringkan rambutnya.
Entah mengapa air matanya tak mau berhenti mengalir hingga ia selesai mengeringkan rambut ada notif chat dari Aira yang menanyakan apakah dirinya sudah makan .
Hira hanya menjawab…
...Dek Aira...
^^^Sudah kamu beresin aja kalau udah selesai makan malam, aku gak mau turun lagi paling mau istirahat aja. ^^^
Baiklah kak,
Setelah itu ia letakan ponsel nya diatas nakas lalu merebahkan tubuhnya ke kasur tak lupa mematikan lampu tidur.
Tak butuh waktu lama mata nya terasa kantuk dan kepala nya terasa berat.
Perlahan ia memejamkan kedua matanya dan meluncur ke alam mimpi.
Waktu menunjukan pukul 12 malam, Umma dan Vincent tak kunjung tidur mereka tengah menunggu kedatangan Axell, dari mana saja dia sampai larut malam belum pulang .
Keduanya masih senantiasa duduk di ruang tamu hingga terdengar suara mobil berhenti di pintu utama. Tak berselang lama pintu utama terbuka dengan lebar hingga nampak seorang lelaki dengan wajah lelah nya berdiri diambang pintu.
Axell mengernyitkan dahi mendapatkan tatapan penuh pertanyaan dari Umma dan Vincent.
“Assalamu'alaikum, kalian nungguin aku pulang ?”
“Iya kak.”
“Duduk dulu nak, ada yang ingin Umma tanya kan.”
Axell menurut dan duduk, dalam benaknya bertanya-tanya ada apa sebenarnya .
“Axell apa yang terjadi diantara kamu dan Hira?”
“Gak ada apa-apa Umma, cuma dari tadi chat aku gak dibalas sama dia.”
Umma menepuk dahinya pelan gimana mau balas chat Axell sedang kan Hira saja sedang sangat terpukul .
“Jangan bohong sama Umma nak. Dan satu lagi dari mana kamu sampai selarut malam ini?”
“Beneran Umma gak ada apa-apa, memangnya ada apa dan satu lagi Axell habis bertemu dengan profesor Huang .”
Umma dan Vincent menoleh dan saling tatap, terus Hira menangis karena apa kalau Axell saja sudah meninggalkan pondok pesantren sejak pukul 8 malam, tepat saat Hira kesana.
“Ada apa sih Umma. Vin? Kok kalian kayak gak percaya gitu sama aku.”
“Terus kakak panggil Delin kesini nggak?” Tanya Vincent bukanya menjawab ia malah bertanya kepada Axell.
Axell mengernyitkan dahi sejak kapan ia mempekerjakan sekretaris hingga larut malam dan sampai memanggilnya ke rumah.
“Ya enggak lah Vin, buat apa. Urusan dia kan sama kantor kecuali Dirga dia bekerja 24 jam sama kakak . Tadi juga aku perginya sama Dirga.”
Vincent tercengang mendengar jawaban Axell ia masih ingat kok tadi Delin menjawab karena dipanggil kakak nya kerumah.
“Satu lagi, siapa cowok yang badannya mirip kakak dan jalan sama Delin?”
“Vin jangan ngadi-ngadi deh, gak ada yang mirip kakak terus juga gak ada hubungi Delin soalnya tadi pagi Hira aku tawarin buat dijaga Delin dia gak mau.”
“Lalu kenapa Hira pulang menangis Axell,” Timpal Umma.
“Nangis kenapa Umma? Memang nya Hira dari mana?.”
“Ya dari ruangan kamu yang di ponpes, tadi dia paling eksaited nganter makan malam buat kamu eh tau-tau nya dia pulang sambil nangis.” Jawab Umma.
