zayn malik seorang mahasiswa di salah satu universitas ternama di kota bandung . lelaki yg kerap di panggil malik itu harus menikahi seorang gadis SMA yg masih suka main-main dan sulit di atur.
kalau bukan karena permintaan terakhir Sang ayah , gadis yg bernama zahartunnissa tidak akan menerima perjodohan dengan seorang lelaki yg tidak ia sukai.
akan kah keduanya sama-sama bertahan atas pernikahan ini?
gimana cerita selanjutnya? yuk baca kisah nya di novel ku ini ya, selamat membaca 🤗🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Masrifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 11
Dari pagi zahra tidak bertemu dengan rival, ia juga sempat ke kelas nya tapi rival sedang berkumpul dengan anak-anak basketnya.
Sampai jam istirahat pun zahra belum melihat pacar nya itu karena kelas rival lebih dulu keluar di jam istirahat di bandingkan kelas zahra.
" Nel,rival dimana ya? " Tanya zahra pada neli yang satu kelas dengan rival. Zahra ingin meminta maaf soal kegaduhan kemarin, ia yakin rival juga malu karena di tegur di depan banyak orang oleh malik.
" Lagi kumpul sama anak-anak basket"
Zahra mengernyit.
" Loh, bukannya tadi pagi udah ya? "
"Basket lagi ada masalah, zahra".
" Masalah apa? "
"Kapten basketnya mundur kalau engga salah, jadi belum ada kapten basket yang baru. Dengar-dengar sih, rival yang mau jadi kapten basket baru di sekolah"
"Hah? Beneran? " Zahra tahu rival sangat ingin menjadi kapten basket tapi pelatih basketnya memilih fajar kelas dua belas IPA satu.
Neli mengangguk membuat zahra tersenyum senang, ia yakin rival pasti sangat senang jika di tunjuk jadi kapten basket.
" Eh, emang fajar kenapa? Kok ngundurin diri? "
" Katanya mau les bimbel, jadi bakalan sibuk, engga bisa ikut basket lagi. Dia kan cita-citanya pengen jadi dokter ".
" Oh, gitu.. "Zahra Mengangguk-ngangguk.
"Ya udah, makasih ya, nell".
Nelli mengangguk.
Zahra pun segera berlari menuju lantai tiga, ada ruangan kosong di sana, biasanya di pakai markas Anak-anak basket.
Ketika sampai di sana, zahra mengintip di jendela dan melihat tim basket itu sedang berbincang.
Gadis itu pun menunggu di depan ruangan tersebut.
Obrolan mereka cukup lama hingga waktu jam istirahat sisa sepuluh menit lagi sementara zahra belum membeli makanan sama sekali Ia juga malas harus kembali ke bawah dan pergi ke kantin sebab jaraknya tidak dekat.
Terdengar suara ricuh dan ketika zahra mengintip lagi, mereka tengah memberi selamat kepada kapten basket baru mereka rival.
Semua orang keluar karena di rasa pertemuan mereka hari ini telah selesai dan kapten basket resmi di ganti.
" Wih, ada pacarnya rival nih nungguin" Goda teman rival.
"Ulu... Ulu.. Setia banget sih, sampe di tungguin sega" Goda yang lain, zahra hanya tersenyum.
"Zahra, kamu dari kapan di sini? Tanya rival.
Teman-teman basketnya yang lain sudah turun ke bawah.
" Dari tadi"
" Loh, kenapa engga masuk aja ke dalam, aku engga tau ada kamu di luar".
Zahra tersenyum.
"Engga apa-apa val"
Rival duduk di samping gadis itu.
"Ada apa? "
"Eum.. A-aku mau bahas soal kemarin, aku benar-benar minta maaf soal kakak sepupu ku" Zahra Berkata gugup.
" Kenapa harus kamu yang minta maaf? Harusnya aku, zahra.
Aku yang salah, aku benar-benar keterlaluan, mungkin kalau aku ketemu sama kakak sepupu kamu lagi ,dia pasti benci banget sama aku"rival merasa bersalah.
"Engga val, engga apa-apa ko"
Rival menatap zahra dengan tersenyum , lalu mengacak-ngacak rambut zahra.
"Udah makan? " Tanyanya mengalihkan Pembicaraan.
Zahra menggeleng lalu rival menatap jam di pergelangan tangannya.
" Loh, lima menit lagi istirahat nya, Zahra. Ko belum makan? "
"Kan aku nungguin kamu dari tadi"
"Astaghfirullah, Zahra... " Rival menggelengkan kepala.
"Kamu aja belum makan"
"Aku udah, zahra. Tadi kumpul kan ada makanan, aku sama anak-anak basket sambil makan.
Tadi, kamu engga liat aja. Udah ayo ke kantin sekarang " Rival menarik tangan Zahra .
Mereka berdua berlarian menuju kantin, Zahra mengulas senyum di wajahnya.
"Kamu mau makan apa? " Tanya rival setelah sampai di kantin.
"Aku mau roti aja deh sama susu"
Rival pun membeli keinginan pacarnya itu lalu memberikannya pada zahra. Dan tak lama suara bel pun berbunyi , mereka yang ada di kantin dan lingkungan sekolah yang lain segera berlarian menuju ke kelas nya.
" Val, aku duluan ke kelas ya,takut pak indra keburu datang"
Rival mengangguk.
"Ya udah"
"Oh iya, selamat ya, sekarang udah jadi kapten basket yang baru" Ucap zahra dengan senyum manis di wajahnya.
"Makasih Zahra"
Zahra melambaikan tangan lalu berlari menuju kelasnya bersama teman-teman nya yang lain. Pak indra adalah guru english nya yang galak jika ada siswa siswi yang telat masuk kelas setelah bel istirahat berbunyi.
Malik pulang sore hari dari kampusnya, ia melihat ada telur ceplok di meja yang artinya zahra sudah makan dan menyisakan satu telur ceplok untuk malik di piring.
Kemarin baru belajar cara memasak telur yang malik ajarkan, seandainya cara memasak ayam goreng sudah di ajarkan mungkin telur itu tidak akan sendirian di piring.
Malik melihat ke lantai atas, pintu kamar tertutup rapat, ia pun berjalan menuju kamar dan membuka pintu. Terlihat gadis itu tertidur pulas di kasur, ketika malik mendekat, tidak sengaja ia melihat Ponsel di tangan zahra masih menyala dan memperlihatkan isi chat terakhir zahra kepada rival.
' I love you val. zahra kangen deh pengen ketemu lagi, tapi takut engga di bolehin keluar sama ibu.'
Malik kemudian beralih menatap zahra,secinta itu ternyata zahra pada rival. Malik yakin mereka pasti pernah mengobrol berdua, membahas rancangan masa depan mereka seolah-olah zahra belum menikah dan masa depannya ada dengan rival bukan dengannya.
Malik menghela nafas dan pergi ke kamar mandi untuk Membersihkan dirinya yang bau keringat. Ketika selesai mandi, ia melihat zahra tengah mengerjakan tugas sekolah di meja belajar.
Lelaki itu menghampiri zahra.
" Tugas apa? Sini biar gue bantu"
Di saat malik hendak mengambil buku zahra, tangan zahra langsung menahan buku itu.
" Engga usah, gue bisa ngerjain sendiri! "
" Rumusnya aja salah zahra! " Sahut malik yang melihat jawaban nomor satu yang tidak terhalang tangan zahra . Rumusnya saja sudah salah.
"Ya engga apa-apa, terserah gue lah! " Sahut zahra seraya memutar bola mata malas.
" Zah, lo masih marah sama gue? "
Zahra sontak mendongak dengan tatapan dingin.
" Ya, gue masih marah sama sikap engga sopan lo sama rival"
Sontak malik tersenyum kecut mendengarnya, zahra masih saja membela pacarnya yang menurut malik sangat salah itu.
" Ya udah, kalo lo mau terus belain dia! Lo tanya aja sama seribu orang , menurut lo rival yang benar atau gue sebagai suami lo! "
Zahra memejamkan mata kesal.
" Jangan bawa-bawa status lo sebagai suami. Apa gue harus ingetin lagi, lo udah janji engga akan ganggu hubungan gue sama rival! "
Malik hanya bisa memasang wajah datar dengan gelengan kepala mendengar Zahra yang tidak henti-hentinya membela pacar salahnya itu.
" Gue mau ke gunung, besok berangkat" Setelah mengucapkan kalimat itu, malik pun keluar dari kamarnya hendak makan.
Zahra menatap kepergian malik dengan mendengus kasar, bukankah malik berjanji tidak akan pergi jika zahra tidak mengizinkan. Dan Zahra sendiri belum memberi jawaban boleh atau tidak.