Akademi Debocyle adalah akademi yang paling luas, bahkan luasnya hampir menyamai kota metropolitan. Akademi asrama yang sangat mewah bagaikan surga.
Tahun ini, berita-berita pembunuhan bertebaran dimana-mana. Korban-korban berjatuhan dan ketakutan di masyarakat pun menyebar dan membuat chaos di setiap sudut.
Dan di tahun ini, akademi Debocyle tempatnya anak berbakat kekuatan super disatukan, untuk pertama kalinya terjadi pembunuhan sadis.
Peringatan : Novel ini mengandung adegan kekerasan dan kebrutalan. Kebijakan pembaca diharapkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Garl4doR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 : Hollowborn
Alvaro melangkah mendekati meja panjang di tengah ruangan. Cahaya senter Latania menyapu permukaannya yang dipenuhi tumpukan dokumen tua dan peralatan elektronik yang berdebu. Di antara lembaran-lembaran yang telah menguning oleh waktu, sesuatu menarik perhatiannya—sebuah perangkat rekaman kecil, nyaris tersembunyi di bawah lapisan laporan yang rapuh.
“Sebuah perekam suara?” Shally bertanya, nyaris berbisik.
Latania meraihnya, mengusap debu yang menempel, lalu menekan beberapa tombol. Lampu kecil di perangkat itu berkedip lemah sebelum suara serak dari masa lalu mengalun dari speaker yang hampir rusak. Suara yang telah lama terkubur, kini kembali menggema di ruangan yang dingin.
Rekaman dimulai.
"Tanggal... Percobaan ke-56 dimulai. Kondisi stabil... untuk sekarang.
Subjek dari ekspedisi sebelumnya menunjukkan tanda-tanda perubahan yang signifikan. Mereka masih memiliki bentuk manusia, tetapi kesadaran mereka... bukan lagi milik mereka sendiri. Kita akan memanggil mereka Hollowborn.
Beberapa dari mereka hanya berdiri diam dalam waktu yang lama, seakan mendengarkan sesuatu yang tak bisa kita dengar. Tapi saat kita mencoba berinteraksi, mereka tidak merespons. Dan jika dibiarkan sendiri terlalu lama..."
Rekaman terdistorsi. Lalu, suara napas terburu-buru terdengar.
"Mereka menyerang. Tanpa peringatan. Tanpa emosi. Cepat dan mematikan.
Kami mencoba senjata konvensional, tapi peluru menembus tanpa dampak. Mereka hanya bereaksi terhadap cahaya terang atau frekuensi tinggi. Tapi itu tidak menghancurkan mereka—hanya membuat mereka mundur."
Sebuah jeda sunyi. Kemudian, suara seorang perempuan terdengar, lirih, penuh ketakutan.
"Kami telah menciptakan monster."
Lalu, suara kaca pecah. Jeritan panjang memecah keheningan.
"S-seseorang harus menghentikan ini sebelum mereka—"
Rekaman terputus.
Keheningan menggantung, seakan udara di ruangan itu mengental. Semua mata terpaku pada perangkat rekaman yang kini hanya memancarkan suara statis.
Latania mencoba memutar ulang bagian terakhir. Hanya suara bising yang terdengar—seolah sesuatu, atau seseorang , tak ingin kebenaran itu diungkap.
"Hollowborn," gumam Vella. Mereka bukan mati... tapi juga bukan manusia lagi.
Alvaro mengepalkan rahangnya. Monster yang lahir dari tangan manusia sendiri.
"Lalu bagaimana dengan eksperimen gagal?" tanyanya, mencoba memahami seberapa dalam kegelapan yang telah mereka gali.
Shally, yang sejak tadi diam, menunjuk ke tumpukan dokumen yang berhamburan. “Mungkin jawabannya ada di sini.”
Alvaro meraih sebuah map tua yang sampulnya telah memudar. Saat ia membukanya, matanya membeku di halaman pertama.
Proyek Rekonstruksi – Eksperimen Penggabungan Entitas Dimensi Paralel dengan Subjek Manusia
Di bawahnya, berderet nama-nama yang telah dicoret dengan tinta merah.
Napasnya tertahan. Entah karena ketakutan, atau karena menyadari bahwa mereka telah melangkah ke dalam rahasia yang seharusnya tetap terkubur.
Bu Ruby, yang sedari tadi membaca bersamanya, mengernyit. “Jadi ekspedisi ini bukan sekadar kegagalan spontan… Ini sudah berlangsung lama. Mereka telah bereksperimen, dan akhirnya menemui kehancuran.”
Alvaro menatapnya. “Bu Ruby tidak terlibat?”
Wanita itu menghela napas panjang. “Tidak. Tapi insiden ini terkenal di kalangan organisasi besar. Hampir seluruh personel akademi, ilmuwan, dan orang-orang pemerintah yang terlibat... tidak pernah kembali.”
“Tunggu,” Latania menyela. “Direktur Azkiel tidak menceritakan semua ini saat di menara.”
Bu Ruby menatap kosong ke kejauhan. “Ibu juga tidak tahu. Tapi yang jelas, setelah insiden ini, pemerintah menutup akademi dan membekukan semua eksperimen di seluruh negeri.” Ia menggigit ujung jarinya, suaranya merendah. “Terlalu banyak dendam yang tertanam akibat kejadian ini.”
Ruangan kembali sunyi setelah pengungkapan itu. Tak satu pun dari mereka berbicara, seolah takut suara sekecil apa pun akan memanggil sesuatu yang mengintai dalam kegelapan.
Alvaro menatap halaman terakhir dokumen yang ia pegang. Beberapa baris teks telah luntur dimakan waktu, tetapi satu catatan tetap terbaca jelas di bawah daftar nama yang dicoret merah tebal.
"Subjek terakhir tidak stabil. Tidak dapat dikendalikan. Jika ditemukan, lakukan terminasi segera."
Darahnya berdesir. Namun sebelum ia sempat mengutarakan pikirannya, Vella tiba-tiba meremas lengan Shally dengan erat.
“Ada sesuatu di sini.”
Bisikannya nyaris tenggelam dalam keheningan, tapi cukup untuk membuat semua orang menegang.
Latania dengan cepat mengangkat senapannya, Bu Ruby dan Alvaro merunduk, bersiap jika sesuatu muncul dari gelap. Senter mereka menyorot ke setiap sudut ruangan, menyapu rak-rak besi yang berkarat dan dinding lembab yang mulai ditumbuhi lumut.
Lalu mereka mendengarnya.
Ketukan pelan.
Satu…
Dua…
Tiga…
Suaranya datang dari balik pintu di ujung ruangan. Lembut, tetapi memiliki irama yang ganjil—seperti seseorang yang mencoba meniru cara manusia mengetuk, namun tidak benar-benar memahami caranya.
Bu Ruby menahan napas. “Jangan—”
Pintu itu berderit terbuka sebelum ia sempat menyelesaikan kalimatnya.
Senter Latania langsung menyorot ke sana, dan seketika darah mereka membeku.
Sosok itu berdiri di ambang pintu, menjulang hampir menyentuh langit-langit. Tubuhnya kurus, dengan kulit keabu-abuan yang kering dan terkelupas di beberapa bagian, seolah telah lama membusuk tanpa membusuk sepenuhnya. Lengan dan kakinya lebih panjang dari proporsi manusia biasa, dan matanya—sepasang mata kosong tanpa kelopak—bersinar samar dalam kegelapan.
Namun yang paling mengerikan adalah mulutnya.
Garis rahangnya terlalu lebar, hampir merobek wajahnya sendiri, dengan deretan gigi tajam yang mencuat seperti pecahan kaca.
Makhluk itu diam, hanya berdiri di sana. Kemudian, dengan suara berderak seperti tulang yang dipaksa bergerak, ia menundukkan kepalanya sedikit—seolah sedang mengamati mereka.
Alvaro menelan ludah. “Sial.”
Latania tak menunggu lebih lama. Ia menekan pelatuk.
Dor! Dor! Dor!
Tiga peluru menghantam dada makhluk itu. Tubuhnya tersentak ke belakang, tetapi tidak ada darah. Tidak ada luka. Ia hanya terdiam sejenak, sebelum lehernya terpuntir dengan gerakan yang tak wajar. Perlahan, mulutnya merekah lebih lebar.
Lalu, suara itu datang.
Bukan raungan. Bukan teriakan.
Tetapi bisikan berlapis, bergema langsung di kepala mereka.
"Kalian… tidak seharusnya ada di sini."
Shally menjerit, melangkah mundur dengan panik. Bu Ruby bergerak cepat, merogoh sesuatu dari sabuknya—sebuah perangkat kecil yang, begitu diaktifkan, mengeluarkan dengungan frekuensi tinggi.
Makhluk itu langsung bereaksi. Kepalanya tersentak ke belakang, tubuhnya bergetar liar, lalu—dengan kecepatan yang mustahil dipahami—ia melompat ke langit-langit. Dengan gerakan patah-patah yang tak alami, ia merayap ke dalam ventilasi dan menghilang dalam kegelapan.
Hening.
Napas Alvaro masih berat saat ia berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi.
Bu Ruby menekan tombol di perangkatnya, mematikan suara dengungan itu. “Frekuensi tinggi,” katanya, suaranya sedikit gemetar. “Itu satu-satunya yang bisa membuat mereka mundur.”
Latania tetap mengarahkan senapannya ke ventilasi, matanya waspada. “Mundur… bukan berarti mati.”
Alvaro mengepalkan tangannya.
Mereka telah membangunkan sesuatu.
Dan sekarang, makhluk itu tahu mereka ada di sini.
misteri? keqnya masih org dalam kan. hmmm
mumgkin katanya aja kebetulan, aslinya memang sengaja /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
ok next