Gendhis harus merelakan pernikahan mereka berakhir karena menganggap Raka tidak pernah mencintainya. Wanita itu menggugat cerai Raka diam-diam dan pergi begitu saja. Raka yang ditinggalkan oleh Gendhis baru menyadari perasaannya ketika istrinya itu pergi. Dengan berbagai cara dia berusaha agar tidak ada perceraian.
"Cinta kita belum usai, Gendhis. Aku akan mencarimu, ke ujung dunia sekali pun," gumam Raka.
Akankah mereka bersatu kembali?
NB : Baca dengan lompat bab dan memberikan rating di bawah 5 saya block ya. Jangan baca karya saya kalau cuma mau rating kecil. Tulis novel sendiri!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Yune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Di ruang rapat Starfood, suasana terasa tegang. Para petinggi perusahaan duduk mengelilingi meja panjang, membahas posisi Raka yang kini terancam karena skandal yang masih bergulir.
“James, kita tidak bisa menunggu lebih lama,” ujar salah satu direktur. “Pemasaran adalah jantung dari bisnis kita. Jika posisi itu kosong terlalu lama, kita bisa kehilangan peluang besar.”
James menghela napas panjang. Ia sudah mempertimbangkan semua kemungkinan, dan meskipun tidak suka dengan idenya, keputusan harus dibuat.
Dia merasa akan menambah keadaan menjadi buruk. Akan tetapi, tidak ada karyawan lain yang bisa menggantikan Raka. Abram memiliki kemampuan tersebut, terpaksa dia harus mementingkan Perusahaan dibandingkan rasa emosional pribadi.
“Kita akan menunjuk Abram sebagai manajer pemasaran sementara,” ujar James akhirnya.
Abram yang juga hadir dalam rapat itu menyembunyikan senyum kemenangan. Ia tahu ini adalah langkah yang selama ini ia tunggu.
“Tapi,” lanjut James, menatap Abram tajam, “ini hanya sementara. Jika Raka terbukti tidak bersalah, maka dia akan kembali ke posisinya.”
Abram berpura-pura menunjukkan ekspresi netral, padahal dalam hatinya ia bersorak.
“Baik, saya akan memastikan pemasaran tetap berjalan dengan baik,” ujar Abram penuh percaya diri.
James menatap pria itu dengan perasaan tidak nyaman. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres, tetapi tidak memiliki cukup bukti untuk menolaknya.
Dalam ruangan yang kini telah menjadi milik Abram. Dia tersenyum penuh kemenangan. Pria itu berhasil menyingkirkan Raka bahkan tanpa menggunakan tangannya sendiri.
Clara merupakan pion yang sangat tepat digunakan untuk menyingkirkan Raka.
"Sudah kukatakan kalau posisi ini adalah milikku. Aku pastikan kau tidak akan pernah kembali, Raka," gumam Abram dengan senyum liciknya.
***
Di ruang sidang yang dipenuhi wartawan dan pengamat, Raka duduk dengan tenang di bangku terdakwa. Di sebelahnya, Hotma Perez tampil dengan jas merah mudanya yang mencolok. Ia tampak santai, meskipun situasi ini sangat genting.
Jaksa berdiri dan mulai berbicara. “Kami memiliki bukti foto dan video yang jelas, serta saksi yang mengklaim memiliki hubungan dengan terdakwa.”
Hotma tersenyum tipis. “Bukti yang masih dipertanyakan keasliannya, serta saksi yang kredibilitasnya sangat diragukan.”
Hakim mengetukkan palunya. “Kita akan mendengarkan kesaksian dari pihak penuduh.”
Pintu ruang sidang terbuka, dan masuklah Clara dengan ekspresi penuh percaya diri. Ia mengenakan gaun formal yang sederhana, tetapi aura manipulatifnya tetap terpancar jelas.
“Saya memiliki hubungan dengan Raka,” ujar Clara tanpa ragu. “Dan saya hamil anaknya.”
Ruangan menjadi gempar. Para wartawan langsung mencatat setiap kata yang diucapkan.
Gendhis yang duduk di kursi pengunjung menegang. Kata-kata Clara seperti tamparan keras.
Hotma Perez menyilangkan kakinya dan tersenyum sinis. “Menarik. Saudari Clara, Anda mengatakan bahwa Anda mengandung anak klien saya. Apakah Anda memiliki bukti medis untuk mendukung klaim Anda?”
Clara menatapnya tajam. “Saya bisa melakukan tes kapan saja.”
Raka akhirnya berbicara. “Aku tidak pernah melakukan apa pun denganmu, Clara.”
Clara tersenyum miring. “Kau pasti lupa. Tapi aku ingat segalanya.”
"Kalau begitu, saya minta diadakan tes DNA untuk membuktikan ucapan Saudari Clara. Bila terbukti anak dalam kandungannya bukan merupakan anak klien saya. Semua akan tahu siapa yang salah di sini!" tukas Hotma Perez membuat wajah Clara pucat pasi.
****
Malam itu, sepulang dari sidang pertama kasus video dan foto yang tersebar. Gendhis duduk diam di sofa. Raka duduk di hadapannya, menunggu istrinya berbicara.
Hatinya berdebar, takut kalau Gendhis percaya dengan ucapan Clara. Sejauh ini, dia tidak mengatakan apa pun. Berbeda dari sebelumnya yang begitu percaya pada dirinya.
“Gendhis, kau tidak percaya omongannya, kan?” suara Raka terdengar tegang.
Gendhis menggigit bibirnya. “Aku ingin percaya padamu, Raka. Tapi bagaimana jika—”
Raka langsung menggenggam tangan istrinya. “Aku bersumpah, aku tidak pernah menyentuhnya. Kau tahu siapa aku. Aku tidak akan pernah berkhianat.”
Gendhis menatap suaminya dalam-dalam. Ada keraguan di hatinya, tapi ada juga kepercayaan yang sulit digoyahkan.
“Aku hanya takut, Raka,” bisiknya.
Raka menarik napas dalam. “Aku akan membuktikan semuanya, Gendhis. Aku tidak akan membiarkan Clara menghancurkan kita.”
Perlahan, Gendhis mengangguk. “Aku akan tetap di sisimu.”
Raka tersenyum lega dan memeluk istrinya erat. "Tolong percaya padaku. Aku akan membuktikan kalau aku tidak bersalah. Anak itu bukanlah anakku."
***
Di apartemennya, Clara menatap Abram dengan ekspresi marah. Semenjak dia memberitahu pada Abram kalau dia hamil, pria itu menjauh. Terpaksa dia mengatakan di persidangan kalau sedang hamil anak Raka.
Akan tetapi, dia tahu kalau kebohongan tidak bisa ditutupi. Semua pasti akan terungkap kalau anak dalam kandungannya bukanlah anak Raka.
“Aku hamil,” kata Clara dengan nada tajam.
Abram mengernyit. “Itu urusanmu.”
Clara terbelalak. “Apa maksudmu?! Kau yang membuatku seperti ini!”
Abram mendengus. “Aku tidak pernah memintamu melakukan ini. Kau yang terlalu percaya diri bisa menjebak Raka. Sekarang lihat apa yang terjadi.”
Clara mengepalkan tangannya. “Jangan lari dari tanggung jawab, Abram!”
Abram menyeringai. “Tanggung jawab? Kau pikir aku akan mengambil risiko demi seorang wanita yang hanya alat bagiku?”
Clara merasa darahnya mendidih. “Kau pikir aku tidak bisa menghancurkanmu? Aku akan memberitahu keluargamu!”
"Aku sudah memiliki istri dan anak. Kau tahu itu tetapi memaksaku untuk berhubungan hanya untuk menjebak Raka. Sekarang terserah padamu, kamu bisa menggugurkan kandunganmu!" tukas Abram.
"Tidak, aku ingin anak ini hidup. Aku akan memberitahukan pada anak dan istrimu. Lihat saja nanti, apa yang bisa kulakukan padamu Abram," ujar Clara penuh ancaman.
Abram tiba-tiba kehilangan senyumnya. Ia tahu jika keluarganya tahu tentang ini, semuanya bisa berantakan.
“Kau tidak akan berani,” bisiknya.
Clara menyeringai licik. “Oh, tentu saja aku berani.”
Abram menatapnya dengan kebencian. Ia tidak pernah menyangka bahwa Clara akan berbalik menyerangnya.
"Aku akan membunuhmu bila kamu berani mengusik keluargaku!" ujar Abram dipenuhi amarah.
***
Bersambung...
Terima kasih telah membaca...
2th dianggurin.... sekalinya di gauli... yg di sebut nama wanita lain...
haduehhhhh
pa
klu typo trs gini ya bingung pembacanya