Di sekolah, Dikta jatuh hati pada gadis pengagum rahasia yang sering mengirimkan surat cinta di bawah kolong mejanya. Gadis itu memiliki julukan Nona Ikan Guppy yang menjadi candunya Dikta setiap hari.
Akan tetapi, dunia Dikta menjadi semrawut dikarenakan pintu dimensi lain yang berada di perpustakaan rumahnya terbuka! Pintu itu membawanya kepada sosok gadis lain agar melupakan Nona Ikan Guppy.
Apakah Dikta akan bertahan dengan dunianya atau tergoda untuk memilih dimensi lain sebagai rumah barunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yellowchipsz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Silakan Mencintainya Sampai Bosan
...٩꒰。•‿•。꒱۶...
...𝙏𝙐𝘼𝙉 𝙆𝙐𝘿𝘼 𝙇𝘼𝙐𝙏 & 𝙉𝙊𝙉𝘼 𝙄𝙆𝘼𝙉 𝙂𝙐𝙋𝙋𝙔...
...© Yellowchipsz...
...—Miliki dia, rasakan kehadirannya tanpa batas, lalu kamu jatuh ke jurang kejenuhan.—...
...꒰✩'ω'ૢ✩꒱...
Saila menangis sesak di dalam mobil sembari menyetir. Tangannya cukup bergetar memegang stir yang masih agak berat baginya. Namun, demi memuaskan kekesalan terhadap mamanya, Saila nekat pergi sendiri. Sebenarnya, Saila pergi hanya ingin mengambil smartphone yang masih dalam kuasa Arjuna.
📍Rumah Arjuna.
Saila bernapas kebut, masih dengan kecut hati saat tiba dengan selamat di halaman rumah Arjuna yang lapang. Dia segera turun dari mobil dengan jalan kikuk, meresapi suasana remang di pelataran rumah yang bertebaran sinar lampu kuning. Dari kejauhan sudah terlihat nama tuan rumah yang terpajang pada ventilasi pintu, yaitu Anjana Barz.
Sosok pria dewasa yang tampan dengan kacamata bulat menyambut kedatangan Saila dengan penuh kasih.
"Ya ampun, wajah Tuan Putri kenapa cemberut begini?" tanya pria itu mengusap lembut kepala Saila.
"Ayah!" isak Saila memeluk erat tubuh pria itu. "Arjuna, Yah?" tanyanya rapuh. Meski dongkol, Saila tetap mengkhawatirkan kondisi Arjuna yang bisa tumbang kapan saja.
"Sudah-sudah. Jangan nangis," balas pria itu memeluk erat, menenangkan raga gadis mungil itu. "Memang kamu yang ditunggu-tunggu putra ayah daritadi, Nak. Kalau kamu bertengkar dengan Arjuna, segeralah berbaikan. Kalian udah sama-sama dari kecil."
"Di mana Arjuna sekarang, Yah?" tanya Saila bergetar dan melepas pelukan.
"Ada di kamar sama temannya. Badannya masih sakit semua, tapi sudah mendingan tadi diobatin sama mama kamu. Dia sempat mimisan cukup lama akibat serangan itu," ungkap pria dengan panggilan Anja itu. "Siapa murid gila yang sudah berani menyakiti putra ayah? Rasanya ... ayah ingin ke sekolah besok, terpaksa membatalkan rapat penting di kantor."
Saila menggeleng. "Yah, itu terlalu merepotkan untuk Ayah. Arjuna 'kan udah baik-baik aja. Dia mungkin akan malu kalau Ayah sampai marah-marah ke sekolah, tapi aku yakin Ayah nggak mungkin mengamuk karena Ayah terlalu lembut bagiku. Lagian, Arjuna yang nakal duluan, Yah. Aku saksinya."
Anja merenung sebentar atas pikirannya sendiri, lalu tersenyum merekah untuk Saila. "Baiklah, kalau Saila yang sudah bicara, ayah bisa apa?"
Saila terkejut saat melihat sosok Bruno keluar dari rumah Arjuna.
"Om. Aku pulang, ya!" seru Bruno diiringi ringisan melihat perban yang membalut tangan kanannya.
"Iya, hati-hati. Jangan sekolah dulu kalau belum sembuh," balas Anja ramah.
Saila menatap berang pada fokus Bruno, dibalas Bruno dengan tatapan cemas karena Saila menyaksikannya melakukan perbuatan hina terhadap Lingga. Bruno bergegas lari keluar dari pekarangan rumah Arjuna.
"Kenapa Ayah peduli sama dia? Jelas-jelas dulu dia pernah nyakitin Juna!" sebal Saila melihat kehangatan ayah Anja terhadap Bruno.
Anja tersenyum lembut dan berkata, "Siapa pun yang sudah Juna anggap sebagai teman, ayah akan menghargainya. Begitu juga sebaliknya."
"Sebaliknya?" tanya Saila mengerutkan dahi.
Anja menyuruh Saila untuk masuk saja.
Di saat Saila sudah berjalan meninggalkannya, pria itu segera menelepon mama sang gadis tersebut.
"Halo, Nyla. Saila udah di rumah saya. Paling mereka bicara empat mata seperti biasa. Jangan terlalu cemas, namanya juga anak muda," kekeh Anja menenangkan Nyla di telepon.
Saila perlahan memijak anak tangga menuju ruangan berpintu krem. Dia agak ragu membukanya, tapi terdorong juga.
Decitan pintu kamar membuat wujud Arjuna tampak terkejut sekaligus terharu menyaksikan Saila datang menjenguknya.
"Sailaku!" kagetnya ingin beranjak dari pembaringan, tapi tubuhnya masih ngilu terutama di bagian belakang lehernya. Karena kondisinya ditangani dengan cepat oleh mamanya Saila, tengkuk Arjuna terselamatkan dari cedera berat. Pelan-pelan ia mulai duduk.
Saila berdiri agak jauh dari tempat tidur cowok itu, lalu melipat kedua tangan ke dada.
"Tanya apa yang ingin kamu tanya," ujar Saila jutek.
Arjuna terlihat bingung, tapi dia pun bertanya sesuai yang ada di pikiran. "Kamu baik-baik aja, kan?" tanya Arjuna menepuk pelan kasurnya untuk mengajak Saila duduk di dekatnya.
Saila tidak tertarik menjawab.
Lantas, Arjuna memikirkan pertanyaan lain, "Udah makan?"
"Pertanyaanmu nggak sesuai sama harapanku," tolak Saila tak tertarik. "Kamu bisa tenang usai membunuh? Sampai kapan begantung sama Bruno gila itu?"
Kemudian, sebuah pertanyaan yang dipendam Arjuna sejak tadi pun terumbar juga, "G-gimana kondisi Lingga?"
"Kamu sama Bruno akan masuk jeruji besi!" cakap Saila menakut-nakuti.
"Yang benar, Saila?! Gimana kondisi Lingga yang sebenarnya? Kamu pasti tahu, kan? Jangan membuatku cemas berkepanjangan!" protes Arjuna resah.
Saila tak membahas Lingga lagi, sengaja untuk membuat Arjuna sakit kepala. "Juna, kamu pasti tahu sesuatu tentang rencana ayahmu dan mamaku."
Arjuna mendengus tak tenang. "Jawab dulu pertanyaanku tentang Lingga!"
"Jawab dulu pertanyaanku atau aku pulang sekarang!" ancam Saila marah.
"Iya! Aku tahu kita akan dijodohkan. Terus, apa masalahnya?" tanya Arjuna tak masalah.
"Aku nggak mau!" tolak Saila.
Tubuh Arjuna sudah sakit, kini ditambah penolakan Saila padanya membuat Arjuna semakin patah.
"Kamu berubah banyak setelah kenal dia, Saila!" bentak Arjuna tak terima. "Mana prioritas kamu buat aku, kayak dulu! Biasanya kamu akan panik kalau aku sakit sedikit aja. Sekarang perlakuanmu terlalu biasa! Apa rasa sayangmu udah berkurang sama aku?! Apa aku memang dianggap benalu di hidupmu?!"
Saila terdiam dengan bibir berkeluk-keluk.
"Nggak cukup sayang sama aku aja?" tanya Arjuna berlinang. "Dari sebanyak cowok yang ada di dunia ini, kenapa kamu jatuh hati sama dia?!" sesak Arjuna sakit hati.
"A-pa aku nggak boleh jatuh hati sama orang lain selain kamu?" isak Saila lemas.
"Nggak boleh! Kita udah satu paket! Aku ingin ngasih seluruh hidup aku ke kamu sebagai bukti sayangnya aku!" keras Arjuna.
"Aku mau sama dia!" lawan Saila. "Kamu nggak usah terpaksa bertanggung jawab untuk hidup aku, Juna!"
Arjuna mencoba beranjak menahan ngilu pada tengkuknya demi menghampiri Saila. "Kamu bilang apa tadi?"
"Terpaksa bertanggung jawab untuk hidupku!" ulang Saila lagi.
"KATA SIAPA AKU TERPAKSA?!" marah Arjuna dengan napas naik-turun sembari memegangi lengan kanan Saila. "SEBELUM ITU TERJADI, AKU NGGAK TERTARIK SAMA APA PUN SELAIN KAMU! SAMPAI DETIK INI PUN AKU CUMA MAU KAMU, SAILA!"
Saila hanya bisa menatap nanar pada Arjuna yang menarik lengannya, sampai tubuh kecilnya menabrak dada bidang itu.
"Saila ...," panggil Arjuna gemetar menyentuh wajah Saila yang dipenuhi air mata, "kenapa harus Dikta? Sampai kamu nekat pindah ke kelas IPA Dua cuma karena ingin melihatnya lebih dekat!"
Saila menggeleng, ia pun tak mengerti dengan pilihan hatinya, "Saat melihatnya, hatiku tenang dan penuh. Seperti akuarium cantik yang dipenuhi sekawanan ikan guppy."
Arjuna tak kuasa mendengarnya, lalu mencetus, "Hah! Kamu benar-benar terperangkap ke dalam pesona orang yang paling kubenci!"
"Apa yang bikin kamu sebenci itu sama Dikta? Padahal, dia udah nolongin kamu dari kegilaan Bruno dulu!" terang Saila yang diam-diam pernah menyaksikan Dikta menghajar geng Skull demi menyelamatkan Arjuna.
"Apa semenjak itu kamu menaruh hati dengannya?" tantang Arjuna memegangi dagu Saila.
Saila mengiyakan dengan kedipan pelan. "Bukankah kamu kenal dia sedari SMP?" bahas Saila yang ingin mengorek hal itu.
Arjuna tak ingin membahas memori lama. Dia segera mengalihkan topik, "Saila, kamu lagi bosan ya sama aku?"
Saila menggeleng. Dipikir bosan rasanya tidak, tapi Saila ingin berlabuh pada pilihan hati kecilnya saat ini.
"Apa dia lebih keren dariku?" tanya Arjuna mengarahkan kedua tangan mungil Saila untuk menyentuh parasnya yang tampan. "Saila, hidup ini bukan tentang rasa cinta yang menggebu aja, tapi materi lebih realistis. Dia nggak sekaya aku, Sayang. Apa yang kamu banggakan? Aku kurang apa? Ah—iya, aku lupa. Apa karena kamu udah tahu kelemahanku, makanya kamu ingin raganya yang sempurna?"
"Arjuna juga sempurna," isak Saila gemetaran menangisi kata-kata sempurna, "tapi hatiku sesak, penuh tentang dia."
Arjuna mengusap lembut surai hitam panjang Saila yang indah, lalu berbisik, "Aku izinkan kamu main sepuasnya sama dia sampai jenuh dan merasa serba kekurangan. Silakan mencintainya sampai bosan. Saat kamu sadar dan rindu aku yang lebih layak menghidupimu, kamu bisa balik sama aku lagi."
Saila menatap dalam netra Arjuna, tak terpikirkan olehnya jika Arjuna memberinya pilihan seperti ini.
"Juna, apa aku jahat?" tangis Saila yang sudah pasti merasa bersalah.
"Nggak jahat," jawab Arjuna mencoba tersenyum meski hatinya hangus. Dia terus mengagumi wajah Saila yang cantik dalam keadaan menangis. "Justru kamu malaikat indah yang harus kumiliki sesanggupku, tapi aku izinkan kamu merasakan hal lain sebagai bukti sayangku."
"Apa dada Juna sesak?" tanya Saila memegang lembut dada Arjuna yang dilapisi sweter abu-abu gelap.
"Rasanya, aku hampir kehilangan semangat hidupku," ungkap Arjuna tak pandai menutupi patah hatinya.
"Arjuna harus hidup!" pinta Saila menyemangati. "Hidup terus! Jangan kecewakan aku meskipun aku udah bikin kamu kecewa!"
"Memang egois gadisku ini," kekeh Arjuna singkat. "Tentu, aku hidup karena kerelaanmu." Arjuna mengusap-usapkan jempolnya pada pipi chubby Saila yang basah.
Saila meresapi momen itu dan berharap Arjuna mau mengerti.
"Aku nggak akan melepas predikatmu sebagai calon tunanganku meskipun kamu berlari mengejarnya, Saila. Ingat pesanku, mau seheboh apa hubunganmu dengan dia nanti, kamu tetap harus kembali padaku kalau udah waktunya!" pesan Arjuna dengan nada penuh tekanan.
Saila pikir bebannya makin berat meski ada rasa senang menjalar batinnya karena dia diberi kelonggaran untuk mencintai sosok selain Arjuna.
"Kalau aku nggak bisa kembali sama kamu, Jun?"
Bersambung ... 👑