NovelToon NovelToon
Derita anakku

Derita anakku

Status: tamat
Genre:Tamat / Single Mom / Janda
Popularitas:387.4k
Nilai: 5
Nama Author: Redwhite

Sepeninggal suami, Nani terpaksa harus bekerja sebagai seorang TKW dan menitipkan anak semata wayangnya Rima pada ayah dan ibu tirinya.

Nani tak tau kalau sepeninggalnya, Rima sering sekali mengalami kekerasan, hingga tubuhnya kurus kering tak terawat.

Mampukah Nani membalas perlakuan kejam keluarganya pada sang putri?

Ikuti kisah perjuangan Nani sebagai seorang ibu tunggal.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Redwhite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Memaksa Dibyo

Kini di ruang tamu Nina sudah ada Budi. Lelaki manis itu ingin mendekatkan diri pada Nina dan keluarganya.

Sebenarnya Nina juga cukup terpesona dengan sikap Budi yang menurutnya sangat santun.

Meski baru mengenal beberapa hari, sudah membuatnya nyaman.

"Oh ini Rima ya? Kenalkan nama om, om Budi," sapanya pada Rima yang sejak tadi memilih menunduk di hadapan tamu ibunya.

"Siapa Na?" sela Dibyo yang juga ikut bergabung dengan anak dan cucunya menyambut seorang tamu.

Budi bergegas bangkit dan mendorong kursi roda Dibyo agar mendekat.

"Maaf pak, baru mengenalkan diri, saya Budi, tetangga Nina di pasar," jelasnya.

Dibyo yang tidak tau dan tidak pernah menanyakan mengapa anaknya itu pergi pagi pulang sore terkejut dengan penuturan lelaki yang tadi membantunya.

"Kamu kerja di pasar Nin?" tanya Dibyo.

Nina menghela napas, dia memang tak bercerita pada ayahnya tentang usahanya kini. Namun sekarang sepertinya mau tak mau dia harus jujur pada ayahnya.

"Nina ngga kerja pak, Nina buka toko sembako di pasar," jawabnya datar.

Budi yang melihat komunikasi keduanya tampak berjarak merasa bingung.

Apa bapaknya Nina orang yang sulit di taklukan ya.

Budi memang sudah menaruh hati pada Nina sejak awal bertemu. Tentu saja lelaki itu ingin hubungan keduanya berlanjut tanpa perlu ada acara pacar-pacaran seperti anak muda.

Namun tak semudah itu meluluhkan hati Nina, sepertinya wanita itu masih belum ingin merajut rumah tangga lagi, meski Budi yakin jika Nina merasakan hal yang sama dengannya.

Budi berpikir mungkin anak atau bapaknya yang tidak ingin Nina berumah tangga lagi.

Enggan mencampuri urusan keluarga Nina, Budi memilih mengalihkan pembicaraan pada Rima.

Sayangnya Rima terlalu kaku, gadis remaja itu hanya menjawab pertanyaan seperti enggan pada Budi.

Namun Budi tetap sabar menghadapi sikap Rima. Dia adalah orang baru jadi wajar jika Rima sedikit menjaga jarak padanya.

"Sudah malam Mas, lebih baik kamu pulang," ujar Nina tidak enak.

Namun mau bagaimana lagi, dia tak ingin para tetangga membicarakannya di belakang.

"Oh iya maaf, keasyikan ngobrol jadi lupa waktu," jawab Budi gusar.

"Baik Pak, Rima om pulang dulu ya, kapan-kapan kita jalan bareng mau kan?" tawarnya pada Rima.

Rima menatap sang ibu yang hanya tersenyum padanya.

"Rima terserah ibu aja Om," jawab gadis itu datar.

.

.

Di kediaman Tyas, Yanto yang tadi tegang kini bisa menguasai diri.

"Maksud kamu apa Mah? Kan surat-surat kamu yang simpan," jawabnya ketus, lalu dia menatap sang mertua sengit.

"Jangan-jangan selain nyopet, Dita juga udah nyolong lagi!" tuduhnya sambil menatap sang mertua.

Titik tak terima jika anaknya di katakan pencuri oleh menantunya.

"Enak aja kamu Yanto! Kalau Dita yang nyolong udah pasti dia hidup hura-hura! Selama ini aja dia di rumah mulu!" ketus Titik membela putri bungsunya.

"Ya udah cari lagi aja lah Mah, kamu lupa naronya kali!"

Yanto berlalu meninggalkan mereka semua lalu menuju ke kamar hendak beristirahat.

"Ya Allah MAMAH!" pekiknya frustrasi saat melihat kamarnya lebih mengerikan dari pada ruang tamu.

.

.

Keesokan paginya, Titik kebetulan mendapat pekerjaan mencuci di rumah tetangga belakang Nina.

Dia selalu melirik ke arah rumah Nina berharap Dibyo keluar dan melihatnya.

Pucuk di cinta, harapannya terkabul, terlihat Dibyo tengah mendorong kursi rodanya ke belakang rumah Nina.

Dia terkejut saat melihat Titik tengah menimba air di sumur. Padahal Titik sengaja melakukan hal itu kala melihat Dibyo hendak ke belakang.

"Bu ..." panggil Dibyo lirih.

"Pak?" Titik bergegas mendatangi lelaki yang masih sah menjadi suaminya, karena belum ada kata talak dari laki-laki itu.

"Kamu sedang apa Bu?"

Titik menunduk lalu mengusap matanya. "Nyuci pak, alhamdulillah masih ada yang mau pake tenaga ibu pak," lirihnya.

Hati Dibyo terenyuh, dia juga melihat cucian di bak dekat sumur tetangga putrinya.

"Ya Allah banyak sekali Bu, dapat uang berapa kamu mencuci sebanyak itu?" tanyanya iba.

"Cuma lima puluh ribu pak."

Dibyo lantas mengajak sang istri untuk masuk ke dalam rumahnya.

Beruntung sudah tak ada siapa pun di rumah saat ini, makanya Dibyo berani mengajak Titik masuk.

"Ibu udah makan?" tanya Dibyo lembut.

"Belum pak, nanti kalau udah dapat bayaran ibu baru bisa makan," jawab Titik berdusta.

Jelaslah dia berbohong, dia sedang ingin menarik simpati suaminya lagi.

"Ya Allah, ayo Bu makan! Nani udah masak enak, ibu jangan sungkan," pinta Dibyo sambil membuka tudung saji.

Liur Titik hampir menetes saat melihat berbagai lauk tersaji di atas meja makan Nina.

Tanpa malu lagi, Titik bergegas menyendok nasi dan mengisi piringnya dengan lauk.

Melihat sang istri yang lahap makan seperti itu, membuat Dibyo yakin jika kehidupan istrinya sangat menderita. Ia percaya istrinya tak berbohong.

Setelah selesai makan, Titik masih saja menampilkan raut wajah sendu.

"Ada apa lagi Bu? Kok kelihatannya muka kamu masih sedih?"

Titik bingung harus mulai dari mana, dia juga tak yakin kalau Dibyo bisa membantunya.

"A-anu pak, Dita lagi terkena masalah," lirihnya.

"Masalah? Kenapa?"

"I-itu Dita di tuduh mencopet, padahal dia hanya membantu memungut dompet orang itu, tapi dia malah di jebloskan ke penjara."

Untuk menguatkan ceritanya, Titik bahkan sampai menangis. Dibyo merasa semakin iba dengan kehidupan istrinya.

Meski sering kesal dengan anak tirinya yang bungsu karena sifat pemalasnya, tapi Dibyo yakin anak tirinya itu tak mungkin mencuri.

"Yang sabar ya Bu, semoga Allah memberikan jalan terbaik bagi Dita."

Jawaban Dibyo sungguh tak memuaskan Titik, bukan ucapan semangat yang dia perlukan tapi uang.

Memang Titik sedang berusaha mencari keuntungan dengan menemui Dibyo, meski dari ketidak sengajaan seperti sekarang.

"Pak ... Maaf kalau ibu lancang, bisa kah bapak tolongin ibu?" ujarnya penuh harap.

"Tolong apa Bu? Ibu tau sendiri kondisi bapak kaya gini, apa yang bisa di harapkan dari bapak," keluh Dibyo.

"Bapak tau Dita kan masih gadis, masa depannya masih panjang, bagaimana nasibnya kalau dia jadi mantan napi," lirihnya.

Dibyo bingung dengan ucapan berbelit-belit sang istri.

"Terus apa yang bisa bapak bantu Bu?"

"Emmm ... Anu pak, pinjami ibu uang lima juta saja buat nebus Dita," jawab Titik penuh harap.

"Hah! Lima juta? Uang dari mana bapak, Bu ... Maafkan bapak, kalau uang bapak ngga bisa bantu," lirih Dibyo.

Titik merasa kesal dengan jawaban Dibyo, tentu saja Titik tau lelaki di depannya ini tak akan memiliki uang, setidaknya dia berharap jika Dibyo akan berkata kalau dia akan meminjamnya pada Nina.

"Bapak kan bisa pinjam ke Nina pak, tolong ibu sekali ini aja pak," rengeknya.

Dibyo bingung apa yang harus dia lakukan, tentu saja dia tak berani meminjam uang pada Nina, apa lagi jumlahnya lumayan besar.

"Bapak ngga berani Bu, sekarang saja bapak masih perlu terapi. Belum lagi Rima juga masih sering ke Psi ... apa gitu yang ada golok-goloknya," jelas Dibyo yang di maksud psycholog.

Titik tak terlalu memperhatikan ucapan Dibyo yang sudah menyerah untuk membantunya.

"Ya usaha dong pak! Gimana sih, ibu ini masih istri bapak loh! Pokoknya ibu minta bapak harus bisa bantu ibu," paksanya lalu pergi berlalu meninggalkan Dibyo untuk kembali mengerjakan pekerjaannya.

.

.

.

Tbc

1
Nyai Omi
/Shy/
Nyai Omi
lanjut
Nyai Omi
/Smile/
Nyai Omi
iya ksian skli sllu d jahati
Nyai Omi
jahat skli mereka
Nyai Omi
g ada akhlak nya tu ibu tri nani
Muji Lestari Tari
Budi oh budi
Muji Lestari Tari
manusia aneh
Muji Lestari Tari
aduh bikin emosi
Muji Lestari Tari
aduh main dukun
Muji Lestari Tari
jangan mau nin
Muji Lestari Tari
keluarga toxic nggak ada lawan
Muji Lestari Tari
Dibyo gila
Muji Lestari Tari
makin nggak jelas ni orang
Muji Lestari Tari
Dibyo bodoh
Muji Lestari Tari
Yanti ni pelakunya
Muji Lestari Tari
kapok
Muji Lestari Tari
mada sih Anan SMP dah berani gituan
Muji Lestari Tari
keluarga toxic
Muji Lestari Tari
Yanto gila
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!