Karena takut dikeluarkan dari sekolah dan dicabut beasiswanya, Dara terpaksa menyembunyikan kehamilan dan melahirkan bayinya di sekolah.
Dara tidak sendirian tapi dibantu oleh ayah sang bayi dan anggota geng motornya. Bisakah mereka menyembunyikan dan membesarkan bayi itu sampai mereka semua lulus sekolah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketulusan Galang
"Tidurlah," Galang menarik selimut untuk menutupi tubuh Dara.
Gadis itu memandangi Galang, rasanya sesak yang dia rasakan sendirian kini bisa dipukul bersama.
"Bayinya benar tidak apa-apa, 'kan? Dan bagaimana dengan dokternya, bagaimana kalau dokter itu memberitahu pihak sekolah?" tanya Dara yang merasa belum tenang.
"Ada alasan kenapa aku membawamu kemari daripada ke rumah sakit, jangan terlalu banyak berpikir biar aku yang mengurusnya," balas Galang.
Dara akan memberi kesempatan Galang dan percaya sekali lagi.
Malam itu mereka menginap di tempat praktek dokter Lala.
Keesokan harinya, dokter Lala melihat keduanya dengan membawa beberapa makanan, khusus untuk Dara makanan dengan protein tinggi supaya cepat pulih.
Saat dokter perempuan itu masuk, dia mendapati Dara dan Galang yang masih tertidur. Dia menggelengkan kepala pada dua anak remaja itu.
Dokter Lala tidak mau memberikan wejangan pada keduanya, dia tahu pasti Dara dan Galang sudah cukup melalui hari yang sulit tapi bukan berarti dia membenarkan tindakan keduanya.
"Ehem!"
Mendengar deheman itu, Galang terbangun tapi Dara masih tidur karena pengaruh obat yang diminum sebelumnya.
"Makanlah dulu lalu kita bicara," ucap dokter Lala.
Galang membersihkan wajah sejenak kemudian sarapan, dari kemarin perutnya belum terisi.
"Kau sangat mirip dengan papamu," komentar dokter Lala yang mengamati wajah Galang. "Kenapa tidak meminta bantuan padanya?"
"Itu akan berbahaya bagi Dara dan bayi kami," balas Galang singkat.
Dokter Lala menganggukkan kepala, dia paham apa yang dimaksud Galang, keluarga Bamantara pasti akan menolak kehadiran Dara yang dari kalangan rendah.
"Tapi, sampai kapan kalian bisa menyembunyikan bayi itu?" tanya dokter Lala lagi.
"Jangan memikirkannya, aku butuh bantuan untuk pemeriksaan dan kelahiran Dara nanti," sahut Galang. Dia menghentikan makannya dan menatap perempuan itu. "Aku tidak tahu harus minta bantuan siapa lagi!"
"Lalu setelah bayi itu lahir bagaimana? Membesarkan bayi tidak semudah itu," ucap dokter Lala yang tidak habis pikir. Dia masih tidak mengerti dengan rencana Galang.
"Ini melanggar kode etik ku sebagai dokter," lanjutnya.
"Anggap ini balas budi karena aku selama ini diam," ucap Galang penuh penekanan.
"Hubunganku dengan Yoga hanya sebagai mantan, aku sama sekali tidak ingin merusak keluargamu, kami sudah lama sekali tidak bertemu," dokter Lala berusaha membela diri.
"Apapun alasannya, kau sudah bertemu secara diam-diam dengan laki-laki yang sudah berkeluarga. Sebagai mantan? Apakah harus bertemu di hotel?" Galang sangat ingat jelas di mana mereka bertemu.
Dokter Lala menghembuskan nafasnya kasar. "Baiklah aku akan membantu proses melahirkan nanti tapi setelah itu aku tidak mau terlibat lagi!"
Setelah membuat perjanjian itu, tak lama Dara terbangun.
Galang langsung menghampiri kekasihnya dan memintanya untuk makan.
"Gal, kompetisinya," Dara justru mengingat hal yang harus dia lakukan.
"Apa kau benar-benar sudah kuat?" tanya Galang.
Dara menganggukkan kepala. "Aku harus ikut kompetisi itu!"
Mau tidak mau Galang harus mengantar Dara ke acara kompetisi, dia mendapat makian dari guru pembina yang bertanggung jawab karena membawa Dara pergi.
"Kau memang selalu saja membuat masalah, kalau mau pacaran tunggu sampai kompetisi selesai," ucap guru pembina itu.
Galang hanya menundukkan kepala dan tidak melawan seperti biasanya.
Dari kejauhan Dara melihat itu semua, Galang benar-benar melakukan semua untuk dirinya dan bayi mereka.
Sebelum Dara pergi dengan rombongannya, Galang meminta waktu sebentar.
"Aku akan menunggumu," ucap Galang. Dia lalu berjongkok dan mencium perut Dara. "Terima kasih sudah bertahan!"