Jejak Tanpa Nama mengisahkan perjalanan Arga, seorang detektif muda yang berpengalaman dalam menyelesaikan berbagai kasus kriminal, namun selalu merasa ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya. Suatu malam, ia dipanggil untuk menyelidiki sebuah pembunuhan misterius di sebuah apartemen terpencil. Korban tidak memiliki identitas, dan satu-satunya petunjuk yang ditemukan adalah sebuah catatan yang berbunyi, "Jika kamu ingin tahu siapa yang membunuhku, ikuti jejak tanpa nama."
Petunjuk pertama ini membawa Arga pada serangkaian kejadian yang semakin aneh dan membingungkan. Saat ia menggali lebih dalam, ia menemukan sebuah foto yang tampaknya biasa, namun menyembunyikan banyak rahasia. Foto itu menunjukkan sebuah keluarga dengan salah satu wajah yang sengaja dihapus. Semakin Arga menyelidiki, semakin ia merasa bahwa kasus ini lebih dari sekadar pembunuhan biasa. Ada kekuatan besar yang bekerja di balik layar, menghalangi setiap langkahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dyy93, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyusup ke Gala
Pagi itu, suasana di rumah sewaan tempat Arga dan Alya bersembunyi terasa lebih tegang daripada sebelumnya. Mereka baru saja merencanakan langkah selanjutnya, dan meskipun mereka tahu gala amal yang akan datang adalah satu-satunya kesempatan untuk mendekati David Wijaya, keduanya sadar bahwa bahaya mengintai di setiap sudut. Jika mereka gagal, konsekuensinya bisa lebih besar daripada yang mereka bayangkan.
Alya sedang menatap layar laptopnya, memeriksa informasi yang ia terima dari kontaknya. Arga berdiri di dekat jendela, menatap keluar dengan mata penuh kekhawatiran. Waktu semakin sempit, dan mereka harus segera bergerak.
"Alya," kata Arga akhirnya, suara penuh ketegangan, "Apa rencanamu untuk menyusup ke gala ini? Aku tahu kita tidak bisa hanya muncul begitu saja di sana."
Alya mengangguk tanpa mengalihkan perhatian dari layar laptop. "Aku punya teman di dalam organisasi yang mengatur acara ini. Namanya Eka, dia bekerja sebagai koordinator acara. Dia bisa membantu kita untuk mendapatkan undangan dan mengatur akses kita ke dalam. Tapi kita harus tampil seolah-olah kita adalah bagian dari mereka. Kalau kita tertangkap, kita akan langsung hilang tanpa jejak."
Arga merasakan kecemasan menyelusup ke dalam dirinya. Ia tahu apa yang dipertaruhkan. Ini bukan hanya tentang mendapatkan informasi atau mengungkap siapa yang mengendalikan Helios—ini tentang bertahan hidup.
"Apa yang kita butuhkan untuk bisa lolos dengan aman?" tanya Arga, menyandarkan punggungnya pada dinding.
"Pertama, kita butuh pakaian yang sesuai dengan acara," jawab Alya. "Ini bukan sembarang pesta. Hanya orang-orang penting dan kaya yang bisa hadir, jadi kita harus membuat diri kita terlihat seperti mereka. Aku akan menghubungi Eka untuk menyiapkan semuanya. Namun, kita juga harus berhati-hati dengan setiap langkah. Di acara ini, ada banyak mata yang mengawasi."
Arga merasakan ketegangan di tubuhnya semakin meningkat. Menyusup ke gala ini bukan hanya soal berpakaian dengan elegan, tetapi tentang menyembunyikan siapa mereka sebenarnya—tentang mengelabui orang-orang yang bisa saja mengenali mereka.
Alya melanjutkan, "Kita juga perlu mempersiapkan alibi yang kuat. Kita tidak bisa hanya muncul tanpa menjelaskan siapa kita. Aku sudah menyusun identitas palsu untuk kita berdua. Kita akan berpura-pura sebagai konsultan teknologi yang bekerja untuk beberapa klien besar di luar negeri."
Arga mengangguk, mencoba menyerap semua informasi yang disampaikan Alya. "Oke. Aku paham. Jadi, kita perlu berpura-pura menjadi bagian dari dunia yang sama sekali berbeda dari dunia kita sebelumnya."
Alya menatapnya dengan serius. "Tepat sekali. Tapi ingat, jika ada yang mencurigai kita, kita tidak punya banyak waktu. Jika mereka tahu kita bukan siapa yang kita klaim, kita akan berada dalam bahaya besar."
Setelah beberapa jam mempersiapkan diri, mereka pun keluar menuju tempat yang telah disiapkan oleh Eka. Pakaian formal yang mereka kenakan terasa begitu asing. Arga mengenakan jas hitam dengan dasi yang sempurna, sedangkan Alya mengenakan gaun malam elegan dengan warna gelap yang kontras dengan kulitnya yang cerah. Mereka terlihat seperti pasangan profesional yang siap memasuki dunia elit.
Mereka tiba di lokasi gala sekitar pukul tujuh malam. Tempat itu adalah sebuah gedung mewah yang terletak di tengah kota, dikelilingi oleh pagar tinggi dan dijaga ketat oleh petugas keamanan. Orang-orang berpakaian serba mewah memasuki gedung satu per satu, tampak seperti orang-orang penting yang datang dari berbagai belahan dunia. Di antara kerumunan itu, Arga merasa seperti ikan kecil di lautan besar.
"Ini benar-benar tidak nyaman," bisik Arga pada Alya saat mereka melewati pemeriksaan keamanan.
Alya hanya mengangguk, matanya tetap tajam mengamati sekitar. “Kita harus tetap tenang. Ikuti saja prosedurnya.”
Mereka melangkah masuk ke dalam gedung yang penuh dengan kemewahan. Lampu kristal menggantung dari langit-langit, dan aroma parfum mahal memenuhi udara. Setiap sudut dipenuhi dengan orang-orang berbicara dalam suara lembut, menikmati makanan dan minuman yang disediakan. Semua tampak sempurna, tetapi Arga bisa merasakan ketegangan yang tak terlihat di bawah permukaan. Di tempat seperti ini, segala sesuatu bisa berubah dalam sekejap.
Alya memimpin jalan, membawa Arga menuju ruang utama di mana acara gala sedang berlangsung. Di sana, mereka melihat para tamu undangan yang sebagian besar adalah tokoh-tokoh berpengaruh, termasuk pengusaha, politisi, dan pejabat tinggi. Arga dan Alya bergabung dengan kerumunan, berusaha menyatu dengan para tamu lainnya yang tampaknya tidak memedulikan kehadiran mereka.
“Di mana Eka?” tanya Arga, suara lembut tetapi penuh harap. Mereka perlu menghubungi kontak mereka sebelum terlambat.
“Dia akan menemui kita di sini,” jawab Alya dengan tenang. “Ikuti saja aku.”
Tidak lama kemudian, seorang wanita berpakaian formal mendekati mereka. Dengan gerakan gesit dan senyum profesional, wanita itu mengenalkan dirinya sebagai Eka. Tanpa banyak bicara, ia memimpin mereka menuju ruang terpisah di belakang panggung gala.
“Selamat datang,” kata Eka sambil menatap keduanya dengan serius. “Aku tahu apa yang kalian cari. Tapi ingat, kalian harus berhati-hati. Aku hanya bisa memberi kalian akses ke beberapa informasi, tetapi jika kalian ingin melangkah lebih jauh, kalian harus siap menghadapi konsekuensinya.”
Arga dan Alya saling pandang sejenak. Mereka tahu risiko ini sangat besar, tapi mereka tidak punya pilihan lain.
“Kami siap,” kata Arga dengan tegas, meskipun dalam hatinya, ia merasakan kegelisahan yang tak bisa disembunyikan. “Apa yang harus kami lakukan?”
Eka tersenyum tipis, lalu mengangguk. “Kalian perlu bertemu dengan seseorang yang tahu banyak tentang Helios. Tapi dia hanya bisa ditemui di ruang belakang. Aku akan mengatur semuanya. Kalian hanya perlu tetap tenang dan menjaga penampilan.”
Sementara Eka pergi untuk menyiapkan pertemuan mereka, Arga dan Alya berdiri di ruang terpisah, merenungkan langkah mereka selanjutnya. Mereka tahu bahwa malam ini bisa menjadi titik balik dalam pencarian mereka—atau malah berakhir sebagai jebakan yang mematikan.
---