Satria Barra Kukuh atau lebih dikenal dengan Barra adalah seorang mantan mafia kejam pada masanya. Sejak kecil dia hidup dengan bergelimang harta namun haus akan kasih sayang orangtuanya sehingga membuat Barra mencari jati diri di dunia baru yang sangat bebas. Barra adalah pria yang tidak tersentuh wanita dan tidak pernah merasakan jatuh cinta sejak muda. Namun ketika usia nya telah matang dan dewasa dia bertemu dengan seorang gadis kecil yang tengil dan bar bar.
Alina, gadis kecil berusia dua belas tahun lebih muda dari Barra yang mampu membuatnya jatuh cinta layaknya seorang abege yang baru saja masuk masa puber.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chococino, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rival
" Kenalin saya Agung. Orang kepercayaan Pak Badhot." ucap Agung sambil mengulurkan tangannya
"Saya Barra." ucap Barra santai dan membalas uluran tangan Agung. Mereka berdua pun berjabat tangan.
"Maaf kalo boleh saya tahu. Apa pekerjaan Mas Barra?" tanya Agung tampak tidak suka
"Saya? Saya pengangguran mas Agung." ucap Barra datar dan memasukan kedua tangannya di saku celana pendek nya yang nampak sedikit kotor karena terkena tanah ketika membersihkan rumput tadi.
"Ohhh pengangguran toh. Pantas saja jam segini sudah santai santai nongkrong di rumah orang," ucap Agung frontal
"Yaah begitulah." ucap Barra acuh dan bersiap pergi keluar hendak pulang ke rumahnya sendiri
"Alina sayang... Mas pulang dulu ya..." Ucap Barra ketika melewati ruang tengah rumah Alina dan mendapati gadis itu tengah membawa keranjang yang berisi pakaian kotor.
"Eumm...iii... Iya mas," ucap Alina merasa canggung
"Om Agung juga pulang kan?" tanya Alina takut takut pada orang kepercayaan ayah nya itu.
Agung hanya mengangguk saja. Alina mengantarkan kedua tamunya sampai ke pintu depan rumahnya hingga kedua orang itu sudah tak terlihat lagi.
Alina menghembuskan nafasnya lega ketika keduanya pergi dan menyisakan ia sendirian di dalam rumah besarnya.
Gadis itu mematut matut dirinya di depan cermin dan mengusap bibirnya sendiri.
"Astaga!! Apa yang gue lakuin barusan sama Om Barra?? Gila banget kok gue mau mau aja ya di cium sama Om mesum itu. Ck ..!!" rutuk Alina sambil menghempaskan tubuhnya di atas kasur
Alina masih meraba raba bibirnya sendiri sambil senyum senyum dan berguling guling di atas kasurnya ketika suara dering ponsel mengagetkannya.
Tertulis nama Om Agung yang menelepon nya, Alina pun menggulir layar hingga keduanya terhubung.
"Ya om? Ada apa?" tanya Alina to the point
"Emm Alina om mau tanya boleh?"tanya Agung di seberang sana
"Kenapa om?"
"Itu tadi Barra pacar kamu?"
Alina terdiam untuk sesaat. Jika ia mengatakan bukan, maka Agung pasti berfikir yang tidak tidak karena Alina mau mau saja di cium pria yang bukan kekasih nya.
Namun jika Alina menjawab iya. Maka ia takut jika Om Agung akan mengadu pada papihnya.
"Tapi om Agung janji ya jangan bilang sama Papi." Jawab Alina dengan suara merajuk, berharap Agung dapat mengerti dan membantunya
"Iya Om Agung janji bakal jaga rahasia. Tapi ceritakan sama Om. Siapa dia? Benar pacar kamu bukan?"
"Se se sebenernya dia itu pacar Alina om. Tapi hubungan kita sembunyi sembunyi dari papih. Soalnya Alina takut, Alina kan masih sekolah." cicit Alina berbohong
"Alina kamu yakin sama dia?"
"Kenapa memangnya?"
"Dia itu kan pengangguran."
"Apa salahnya?"
"Ya salah lah Lin... Laki laki yang baik itu ya harus bekerja keras," ucap Agung memprovokasi
"Papih aja ngga kerja tuh." jawab Alina santai
"Yah beda dong. Kalo papih kamu kan bos. Makanya ngga usah kerja, yang kerja anak buahnya kaya saya ini." ucap Agung menjelaskan panjang lebar
"Ya siapa tau Mas Barra juga gitu." ucap Alina lagi mematahkan anggapan Agung
"Lah berati kamu belum kenal banget siapa dia??"
"Emm udah sih sedikit. Ya udah ya Om. Alea mau tidur siang dulu. Awas aja kalo om ngadu sama papih aku!" ancam Alina dan gadis itu segera mematikan sambungan telepon nya.
Alina merutuki dirinya sendiri bisa bisanya mengaku pacaran sama Om Om mesum gila itu.
"Gue ga bisa diem aja ini! Gue harus minta penjelasan sama Om mesum gila itu. Kenapa dia hobi banget cium gue seenaknya! Emangnya gue cewek apaan?!" ucap Alina bermonolog dan gadis itu menyambar ponselnya dan memasukan ke dalam saku celananya yang tingginya beberapa senti di atas lutut.
Alina bergegas membuka gerbang rumahnya dan berjalan ke arah rumah Barra. Gadis itu memanggil beberapa kali namun tak ada sahutan dari dalam rumah Barra.
Melihat pintunya yang terbuka lebar Alina pun berniat untuk masuk saja ke dalam, toh Barra hanya tinggal seorang diri di dalam rumah besarnya. Hanya ada satu art yang dua hari sekali akan datang untuk membantu membereskan rumah itu.
"Assalamualaikum ... Om... Om Barra???!!" teriak Alina dengan suara cempreng nya yang khas
Barra yang tengah berbaring di sofa ruang keluarga pun sontak membuka matanya.
"Alina? Ngapain dia masuk lagi kesini?" tanya Barra pada dirinya sendiri. "Kerjain ahhh!" ucapnya lirih sambil terkikik
"Om... Om Barra dimana? Ini Alina Om..." panggil Alina lagi tak kalah kerasnya. Alina celingak celinguk mencari keberadaan pria yang sudah beberapa kali mencuri ciuman darinya itu.
"Ohhh rupanya tidur disini dia, kebalik ini sih tivi yang nonton orang" ucap Alina mendapati Barra yang tengah terpejam dengan televisi yang menyala. Lebih tepatnya pura pura terpejam.
Alina menggoyang goyangkan pelan lengan Barra mencoba membangunkan pria itu. Tapi nihil, pria itu sama sekali tak bergeming.
"Om Barra ini tidur apa pingsan sih?" ucap Alina sambil berdecak kesal. Gadis cantik berkulit putih dan berlesung pipi itu pun bangkit dari duduknya dan membalikan badannya bersiap untuk kembali ke rumahnya.
Grepppp
Sebuah tangan kekar melingkar di perut Alina memeluk tubuh gadis berkaos putih itu.
"Ada apa menyusul saya ke sini? Hemmm? Apa kamu benar benar merindukan saya?" tanya Barra berbisik lirih di telinga Alina dengan suara seraknya
Sialnya, suara itu terdengar sensual di telinga gadis dengan rambut yang diikat asal itu menampilkan leher jenjangnya.
Lagi lagi Alina seperti kehabisan napas menahan gelenyar gelenyar aneh yang menjalar ke seluruh tubuhnya ketika sapuan nafas Barra menyentuh kulit nya.
Untuk sesaat keduanya diam tak bergerak dengan posisi Barra memeluk Alina dari belakang. Bahkan detak jantung Barra dapat terdengar saking kerasnya.
Tak tahan di diamkan, Barra makin mengeratkan pelukannya pada pinggang ramping Alina membuat Alina tersadar dan gadis itu berontak hendak melepaskan diri.
"Katakan dulu... Mau apa kesini? Baru saya lepaskan pelukan ini. Hemmm? Apa kamu mau mancing mancing saya dengan pakaian ketatmu itu hemm?"ucap Barra dengan suara berat nya
"Ishhh lepasin Om! Justru saya kesini mau minta pertanggung jawaban dari om!" ucap Alina berdecak kesal
Barra mengerutkan keningnya dan melepaskan pelukan pada gadis itu.
"Tanggung jawab apa? memangnya saya hamilin kamu? Atau kamu mau saya bikin hamil ?" tanya Barra ," duduklah,"
Alina pun duduk diam di samping Barra. Barra bangkit dan berjalan menuju dapur dan mengambil dua kaleng minuman kemasan bergambar Badak dan menyerahkan nya pada Alina.
"Minumlah," ujar Barra
"Iii iya makasih Om."cicit Alina
Kini Gadis itu menundukkan wajahnya sedikit takut. Dilihatnya Barra yang hanya mengenakan celana pendek namun tetap terlihat tampan paripurna.
" Ada apa? Kenapa kamu masuk kembali ke rumah saya?" tanya Barra lagi
"Om Barra! Kenapa tadi Om cium saya lagi? Pake panggil sayang sayang lagi waktu ada Om Agung! Saya butuh penjelasan." ucap Alina berapi api
" Memangnya kamu berharapnya penjelasan yang gimana?" tanya Barra kembali bertanya
"Loh kok malah balik nanya?" ucap Alina sedikit kesal
"Ya mau gimana? Kamu katanya butuh penjelasan kan? Makanya saya tanya kamu berharap nya penjelasan yang gimana?" tanya Barra mengulum senyumnya
"Susah ya emang kalo ngomong sama om om mesum?"
"Tapi kamu suka kan di mesumin saya?" tanya Barra sambil menaik turunkan sebelah alisnya menggoda
"Oh serius nanya. Kenapa tadi Om cium Alina?"
"Ya ngga kenapa napa."
"Oooh jadi om itu terbiasa yah cium cium cewek sembarangan kaya gitu?"
"Nggak." jawab Barra singkat
"Lah itu tadi?"
"Cuma sama kamu."
"Kenapa?"
"Ngga ada alasan," jawab Barra singkat
"Nggak lucu!" balas Alina
"Bukankah cinta ngga butuh alasan?" ucap Barra dan sukses membuat tubuh Alina mematung.
*****
itumah nglunjak pk olh" mita mobil