Penampilanya sedikit gemulai, wajahnya mirip orang Korea tapi sebenarnya dia keturunan Jepang. Jiro Itsuki Takahashi, model rintisan di Korea. Memiliki wajah tampan dan gemulai, dia menikahi gadis Indonesia bernama Namira Isyana Saraswarti. Pernikahan mereka kurang di restui oleh kedua orang tuan Namira yang seorang pengusaha dan pebisnis sukses.
Mereka menginginkan kedua anak perempuannya yang berpendidikan tinggi mendapat suami yang sukses juga seperti keluarganya. Mereka menginginkan menantu yang sesamanya bergerak di bidang bisnis juga agar perusahaan dan bisnisnya bisa mrnjadi besar dan menguasai seluruh Asia.
Tidak ada yang tahu siapa sebenarnya Jiro Itsuki Takahashi itu, mereka meremehkan Jiro yang seorang model yang gemulai. Padahal dia sebenarnya memiliki dunia lain yang sangat kuat dari pekerjaannya sebagai model.
Siapakah Jiro Itsuki itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. Aishiteru Yo, Namira
Selama Jiro sakit, Namira membantu merawat laki-laki itu dengan baik, meski dia hanya bisa menyiapkan air hangat atau baju kimono yang di minta Jiro. Atau membawakan makanan padanya, itu membuat Jiro senang sekali.
Setelah enam jam Jiro tidak sadarkan diri paska di operasi jahit bagian pinggangnya, dia sadar dan mendapati Namira tertidur di sampingnya. Tentu saja laki-laki itu kaget dan sedikit terharu melihat Namira menemaninya, apa lagi Kendo bercerita kalau gadis itu sangat khawatir dengan keadaannya.
"Nona sangat khawatir melihat anda terbaring tuan, hampir selama anda tidak sadar nona Namira menunggui anda," ucap Kendo ketika laki-laki itu melaporkan apa yang dia lakukan selama dia tidak sadar.
"Jadi dia sudah mencemaskan aku? Baguslah, itu artinya dia sudah mulai terbiasa denganku," ucap Jiro dengan tersenyum.
Percakapan mereka terhenti ketika Namira datang membawa nampan berisi makanan khusus untuk Jiro. Kendo pun mengerti, dia segera pamit pergi dari kamar itu.
"Oh ya, kamu urus semua masalah dengan Inezaki. Jadwal ulang pertemuanku dengannya, juga selidiki siapa mereka yang menyerang ku," ucap Jiro.
"Ya tuan."
Percakapan mereka kini menjadi serius tentang rencana selanjutnya, dan juga akan menyelidiki siapa yang menyerang Jiro sebenarnya. Hingga cukup lama mereka mengobrol, Namira pun masuk dengan membawa nampan. Kendo pun pamit undur diri dari hadapan bosnya.
"Kalau begitu, saya pamit dulu tuan. Nanti malam saya kesini lagi," ucap Kendo.
"Hmm."
Kendo berdiri lalu pergi setelah memberi hormat pada Namira. Gadis itu pun meletakkan nampan pada papan kayu khusus makanan, dia meletakkan semuanya dengan hati-hati. Jiro memperhatikan semua yang di lakukan oleh Namira, lalu tersenyum menatap wajah gadis pujaannya itu.
"Kata Heiji, ini makanan harus di habiskan. Biar kamu cepat sembuh," ucap Namira.
"Kamu sudah akrab dengan Heiji rupanya? Aku merasa tersisih," kata Jiro sedikit merajuk membuang muka ke samping.
Namira melihat wajah Jiro, benar adanya kalau wajah laki-laki itu berubah jadi dingin tapi lucu di mata Namira.
"Kenapa kamu marah? Bukankah aku membantu Heiji untuk menyembuhkan mu?"
Jiro berdecak kesal, tapi dia melihat semua isi nampan memang bukan hanya berisi makanan. Tapi juga ada beberapa obat ramuan selain obat medis yang biasa dia konsumsi juga.
_
Semakin hari Namira dan Jiro semakin dekat dan akrab, satu Minggu Jiro di rawat oleh Heiji dan juga Namira. Laki-laki itu selalu bersemangat jika Namira menemaninya, meski wajah dinginnya di tunjukkan. Tapi hatinya sangat senang, seperti kali ini. Dia meminta Namira untuk menyuapinya makan, gadis itu pun menurut meski kesal.
"Kamu sudah sehat kembali, kenapa makan mau di suapi?" tanya Namira.
"Kamu keberatan? Apa kamu kecewa aku sembuh?" Jiro balik bertanya dengan mulut menganga menunggu suapan dari Namira.
"Siapa yang kecewa? Aku senang kamu sembuh, tapi ..."
"Tapi apa? Kamu takut jika aku sembuh tidak akan tinggal di rumah ini lagi?" tanya Jiro dengan tatapan lekat padanya.
Membuat Namira berdebar jantungnya, pipinya memerah wajahnya menunduk dan menghela napas panjang. Entah apa yang dia rasakan pada laki-laki yang sedang menatapnya itu.
"Baiklah, aku tidak akan sembuh. Jadi aku tidak akan pergi dari rumah ini," ucap Jiro menyenderkan kepala di bantal.
"Hei, jangan menyimpulkan yang tidak-tidak. Aku senang kamu sembuh, dan terserah saja kamu mau tinggal di sini atau tidak. Itu terserah mu," ucap Namira.
Jiro tersenyum tipis melihat wajah Namira yang memerah pipinya, tangannya mengulur ke wajah gadis itu pada dagunya agar menatapnya juga.
"Ini rumahku, aku berhak kapan saja datang kesini. Atau selamanya akan tinggal di sini, kamu itu ist ..."
"Hei, pernikahan kita itu tidak sah jadi aku bukan istrimu. Mana ada menikah tanpa wali dan kerabat yang datang," ucap bersungut.
Dengan cepat Jiro mengecup bibir yang cemberut, membuat Namira terkejut dan melebarkan matanya.
"Wajahmu lucu sekali, aku suka melihat wajah seperti udang rebus itu," ucap Jiro.
Namira meraba pipinya yang hangat, tentu dia merasa malu sekali. Di ambilnya nampan berisi mangkuk kosong lalu dia berdiri, tapi tangannya di cegah membuat nampan itu jatuh dan menimbulkan suara. Laki-laki itu tidak peduli, dia langsung menarik tubuh Namira dan langsung meraup bibirnya dengan lembut.
Mereka saling menatap kemudian Jiro kembali meraup bibir itu dan Namira seakan terbawa suasana hangat itu matanya terpejam serta menyambut sentuhan dari Jiro. Beberapa menit kemudian, Jiro melepas bibirnya dan menatap lembut gadis itu lalu berucap.
"Aishiteru Yo, Namira."
"Ya??"
bilang aja nikah jgn pake katedral Thor Krn merujuk ke agama katolik dn aturannya kalau mau nikah itu ribetttt butuh waktu berbulan2 Krn wajib ikut kursus utk menikah jd ga mgkn bgt eluarga ga tau 😂😂 mending diganti deh tor mumpung msh blm panjang sayang ceritanya lumayan kesannya jd penyesatan