NovelToon NovelToon
Nada Yang Indah

Nada Yang Indah

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Slice of Life
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Evhy Ayu

Nada memiliki Kakak angkat bernama Naomi, mereka bertemu saat Nada berumur tujuh tahun saat sedang bersama Ibunya di sebuah restauran mewah, dan Naomi sedang menjual sebuah tisu duduk tanpa alas.

Nada berbincang dengan Naomi, dan sepuluh menit mereka berbincang. Nada merasa iba karena Naomi tidak memiliki orang tua, Nada merengek kepada Ibunya untuk membawa Naomi ke rumah.

Singkat cerita, mereka sudah saling berdekatan dan mengenal satu sama lain. Dari mulai mereka satu sekolah dan menjalankan aktivitas setiap hari bersama. Kedekatannya membuat orang tua Nada sangat bangga, mereka bisa saling menyayangi satu sama lain.

Menginjak remaja Naomi memiliki rasa ingin mendapatkan kasih sayang penuh dari orang tua Nada. Dia tidak segan-segan memberikan segudang prestasi untuk keluarga Nada, dan itu membuat Naomi semakin disayang. Apa yang Naomi inginkan selalu dituruti, sampai akhirnya terlintas pikiran jahat Naomi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evhy Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 31

**

Abimanyu dan William bertemu satu sama lain di kantor milik William untuk berbincang mengenai proyek besar yang sedang mereka kerjakan bersama.

Setibanya di kantor William, Abimanyu disambut dengan ramah oleh staf yang ada. William, yang sedang sibuk dengan dokumennya, segera berdiri dan menyambut Abimanyu dengan senyum hangat. Mereka duduk di ruang rapat yang nyaman, dengan secangkir kopi hangat di tangan mereka.

“Terima kasih sudah datang, Abimanyu,” kata William sambil menyodorkan sebuah berkas. “Aku sudah menyiapkan beberapa hal yang perlu kita diskusikan sebelum kita mulai.”

Abimanyu memeriksa berkas tersebut, matanya menyapu setiap detail yang tercatat. “Aku sudah melihat gambaran umum proyek ini, tapi ada beberapa hal yang perlu kita klarifikasi. Seperti pembagian tugas dan waktu yang dibutuhkan untuk tiap tahap.”

William mengangguk, menunjukkan bahwa ia sepenuhnya setuju. “Aku pikir kita bisa memulai dengan membuat jadwal yang lebih terperinci. Ini akan membantu kita untuk mengelola waktu lebih baik. Selain itu, ada beberapa sumber daya yang perlu kita pastikan tersedia sebelum tahap pertama dimulai.”

Diskusi pun berlanjut dengan penuh semangat, kedua pria itu berbicara tentang berbagai tantangan yang mungkin mereka hadapi, sambil memastikan semua langkah strategis terencana dengan matang. Keinginan untuk sukses dan komitmen terhadap proyek itu terasa jelas di setiap kata yang mereka ucapkan.

Abimanyu berdeham, seakan mulutnya ingin berucap sesuatu yang berbeda dari tema pekerjaan barusan.

Abimanyu memebnarkan dasinya. "Emm, bagaimana dengan kelanjutan pendekatan anak kita?"

William yang sedang memainkan ponselnya langsung menyimpan dan menatap Abimanyu.

"Sudah saya katakan, terserah Kenzo. Saya tidak bisa memaksakan dia dekat dengan siapapun."

"Ayolah, kita sudah bekerja sama cukup lama. Tadinya saya ingin menjodohkan anak kita."

William sempat terkejut. "Perjodohan? Apa ini tidak terlalu serius? Emm maksud saya, seakan terburu-buru."

Abimanyu menggelengkan kepala. "Bukan begitu, William. Saya hanya berpikir bahwa ini bisa menjadi kesempatan baik, untuk mempererat hubungan kita. Kita sudah cukup dekat, dan ini hanya langkah kecil. Tak ada yang terburu-buru, hanya kadang kita harus mengambil keputusan besar."

William terdiam sejenak, mencerna kata-kata Abimanyu. Suasana di ruangan itu tiba-tiba terasa lebih berat. Ia merasakan ketegangan yang tak biasa. "Tapi... ini tentang anak kita, Abimanyu. Mereka punya hak untuk memilih hidup mereka sendiri. Kita tidak bisa memaksakan sesuatu yang tidak mereka inginkan."

Abimanyu menatapnya dengan tajam. "Saya paham, tapi ada kalanya kita harus membantu mereka melihat apa yang terbaik. Kalau kita bisa memberi arah, kenapa tidak?"

William menghela napas panjang, matanya mulai menunjukkan ketegangan. "Kita berbicara tentang hidup mereka, Abimanyu. Ini bukan soal apa yang terbaik bagi kita, tetapi untuk mereka. Saya tidak yakin ini keputusan yang bijaksana."

Percakapan yang tadinya terasa seperti diskusi ringan kini berubah menjadi ketegangan yang tak bisa dihindari. Abimanyu dan William saling memandang, seolah mencari titik temu yang tak kunjung datang. Ruang itu terasa semakin sempit, seiring dengan beban keputusan besar yang terus menggantung di antara mereka.

**

Nada dan Jeno berjalan bersama, mereka satu kelompok saat acara berkemah nanti.

"Lo tidur sama siapa?" tanya Jeno.

"Sama gue dong!" Aqilla yang menjawab sambil merangkul Nada. "Iya kan, Nada?" lanjutnya.

Nada menganggukkan kepala. "Iya, aku satu tenda sama Aqilla."

Jeno mengangguk. "Awas Lo, jangan tinggalin Nada sendirian nanti di tenda."

"Yaelah lagian gue juga enggak ada niatan buat ninggalin dia, emang napa sih?"

"I-iya kagak, maksudnya kalian kan satu kelas tapi jarang ngobrol, ya takutnya Lo jahilin Nada."

Aqilla berdecak. "Sorry ya Jen, gue bukan manusia jahat yang seperti Lo pikirin itu."

"I-iya maaf elah, gue kan cuma bilang fakta."

"Eh, udah-udah jangan malah jadi berantem," lerai Nada.

"Temen Lo tuh, Nad. Apaan banget isi otaknya!" jelas Aqilla.

Nada terkekeh. "Maafin Jeno ya, dia kadang suka kaya gitu nyebelin."

Jeno memutar bola matanya. "Udah buruan ah elah, sini gue bantuin masang tendanya."

"Emang tenda Lo udah dipasang?"

"Alah gampang tenda gue mah, yang penting buat Lo dulu aja."

Nada mengangguk-anggukkan kepala. "Thanks ya."

"Aman!"

Jeno membantu memasang tenda milik tim Nada dengan cekatan, dan tak lama suara Kenzo menggema dari kejauhan, mengingatkan mereka untuk segera mempercepat pemasangan tenda tersebut.

"Ayok semuanya! Cepat sedikit, kita nggak punya banyak waktu!" teriak Kenzo dengan nada sedikit terburu-buru.

Jeno mengangguk dan melanjutkan pekerjaannya, matanya fokus pada tenda yang semakin rapat terpasang. Namun, di ujung sana, Kenzo berdiri dengan ekspresi yang sulit dibaca, tangannya yang terlipat di dada menunjukkan ketegangan. Dia merasa kesal, meski tidak ada yang mengungkapkan perasaan itu secara langsung.

Kiki menepuk bahu Kenzo. "Kita fokus dulu sama acara ini." seakan tahu Kenzo sedang kesal saat melihat Jeno bersama dengan Nada.

Kenzo pun menghela napas, dan menunggu semua berkumpul di tengah lapang yang sudah disediakan.

Semua siswa dan siswi langsung segera berhamburan menghampiri Kenzo sesuai dengan tim yang sudah diberikan.

Meskipun suasana terasa tegang beberapa saat sebelumnya, sekarang dia berusaha untuk fokus pada tugas yang ada di hadapannya.

Mereka saling berteriak memanggil nama teman-teman mereka, berbicara dengan antusias, dan langsung bergerak menuju titik yang telah ditentukan. Kenzo mengamati mereka dengan seksama, memastikan bahwa semua orang ada di tempatnya.

Nada, yang sudah selesai dengan tenda timnya, bergabung dengan kelompoknya. Pandangannya sempat bertemu dengan manik mata Kenzo.

Nada merasa Kenzo sedang menahan amarah, namun gadis itu mengacuhkan perasaan tersebut. Karena dia berpikir bahwa Kenzo sedang kelelahan.

Kenzo mengangkat tangan, memberikan sinyal untuk semua orang diam. "Baik, semuanya! Ayo, kita mulai. Pastikan kalian berada di tim yang benar, dan ingat, kerjasama adalah kunci dari keberhasilan kita."

Para siswa dan siswi segera terdiam dan menyimak, mereka tahu ini adalah momen penting yang tak boleh disia-siakan. Kenzo mulai memberikan arahan, menjelaskan dengan tegas tentang alur kegiatan yang harus dilalui, sementara matanya sesekali melirik Nada yang terlihat sedang memainkan sepatu.

Selesai memberikan intruksi, mereka semua berbondong-bondong langsung berpencar untuk mencari sebagian kayu bakar dan juga air yang akan mereka kumpulkan di dekat tenda nanti. Ini semua tim sekolah yang lakukan, untuk melatih kerja sama tim yang baik dan benar, dan melatih mental mereka supaya lebih kuat.

Nada dan timnya mencari kayu bakar, mereka sudah diberitahu tidak boleh melewati garis yang sudah dipasang oleh pihak osis.

"Aduh banyak nyamuk," keluh Aqilla.

"Kamu bawa body lotion buat nyamuk?" tanya Nada.

Aqilla menggelengkan kepala. "Gue cuma bawa minyak kayu putih doang."

"Enggak apa-apa pakai aja, biar tangan Aqilla enggak merah."

"Ya udah deh."

Sambil mengusap tangan Aqilla dengan kayu putih, Nada mengambil ranting pohon yang terlihat kering dan ringan. Dia kumpulkan satu persatu hingga menumpuk dan dia tali lalu, dia bawa kembali ke tenda dan di susun rapi.

"Ken, tangan gue merah," keluh Naomi.

Kenzo langsung sigap dan melihat tangan Naomi, dan benar saja memang tangan gadis itu memerah karena serangga.

Kenzo membantu mengobati karena rasa tanggung jawabnya sebagai ketua panitia dan ketua osis, harus sigap dengan seluruh siswa yang mengikuti acara berkemah.

Nada melihat kedekatan Kenzo dan Naomi, pria itu memegangi lengan Naomi untuk diobati. Ada rasa panas dalam hati Nada saat Kenzo dekat dengan Naomi.

"Kayanya semua laki-laki kaya gitu ya, so-soan bilang. Kita pacaran, kamu tanggung jawab aku, eh malah pegangan tangan sama yang lain," kesal Nada sambil menendang-nendang batu kecil hingga mengenai Aqilla yang baru saja tiba.

"Adih Nada sakit!"

Nada langsung tersadar dan berhamburan menghampiri Aqilla.

"Aduh Aqilla maaf, Nada enggak sengaja." Nada memegangi kepala Aqilla dan mengusapnya.

"Lo ngapain sih, enggak ada kerjaan nendang batu?"

Nada menggaruk tengkuknya. "Hehe enggak apa-apa iseng doang."

Aqilla berdecak sambil geleng-geleng kepala, melihat kegabutan Nada.

Dari arah Kenzo ternyata, pria itu memperhatikan Nada. Dia terkekeh debgan kelakuan Nada barusan.

'Ya ampun, Kenzo senyum sama gue?' tanya Naomi di dalam hatinya. Karena tidak mudah melihat Kenzo tersenyum. 'Sepertinya gue bisa deketin Kenzo, perlahan,' lanjutnya.

1
Evhy Ayu
wkwk serah dah serah...
melda
plagiarisme
melda
bener kata author sebelah plak ketiplak jiplak mirip banget isinya kaya MELODY, plagiarisme
Tama
MELODY
Najwa Wira
plagiarisme
Najwa Wira
sama percis kaya karya 'Melody' di sebelah
Najwa Wira
semakin di baca, semakin mirip alurnya sama yang di fz/Drowsy//Drowsy/ banyak banget yang plagiarisme
Evhy Ayu: Terima kasih Kak, silakan dibaca sampai ending ya. maaf banget saya bukan plagiat, kalau sama mungkin alurnya, dan saya tidak baca cerita Melodi. dan ini bukan karya saya yang pertama, ini karya saya yang ke 8 ^^
total 1 replies
DISTYA ANGGRA MELANI
Dasar si naomi gk nyadar diri dah dipungut kok seolah " dy berkuasa kaya anak kandung... Smg cepet kebongkar tu sifat jhat nya.. Biar nyesel no bpk ma ibu kandung nada.. Smngt trus berkarya
Evhy Ayu: enggak akan selamanya yang jahat itu selalu menang☺
DISTYA ANGGRA MELANI: Tp gak selamanya dy menang kan pasti nada yg menang.. Naomi itu ibarat kacang lupa kulit nya..
total 3 replies
Sumintiari Widiastuti
Luar biasa
Evhy Ayu: Terima kasih Kak^^
total 1 replies
kayla
bagus ceritanya menarik 😍😍😍
Evhy Ayu: Makasih Kak❤❤
total 1 replies
zhouzhou_zz
Ceritanya bikin nggak bisa berhenti baca, lanjutkan thor!
Evhy Ayu: Masyallah, terima kasih. Oke siap ☺☺
total 1 replies
foxy_gamer156
Setiap kata-kata terasa seperti lukisan di pikiran.
Evhy Ayu: Terima kasih, komentarnya Kak. ^^
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!